Do Yun baru saja kembali ke rumah setelah membersihkan restoran beginilah rutinitas Do Yun. Setiap hari dia balik ke rumah menjelang pagi, restoran Baek Jung buka hingga jam dua belas malam, sebelum pulang Do Yun harus memeriksa semua kompor dalam keadaan mati. Juga mencuci piring yang ada di restoran Baek Jung.
Baek Jung dan Nam Joon Woo sudah pulang terlebih dahulu. Do Yun harus melaksanakan tugasnya dengan baik meskipun Baek Jung tidak mengawasinya. Bibinya pasti akan menyalahkan Do Yun jika terjadi sesuatu pada restorannya.
“Do Yun kau tidak pulang?” Tanya Sejin, salah satu karyawan bagian dapur tengah menatap Do Yun dengan wajah kasihan.
“Ah, Hyung, aku akan pulang nanti setelah membersihkan ini,” jawab Do Yun . Do Yun dan Sejin sudah cukup akrab. Sejin sangat ramah dan Do Yun suka melihat Sejin memasak di dapur. Do Yun memanggil Sejin dengan sebutan Hyung, atau sebutan bagi laki-laki yang berusia lebih tua, panggilan ini berlaku antar laki-laki jika perempuan biasanya akan memanggil seorang laki-laki yang lebih tua dengan sebutan Oppa.
“Apa kau tidak lelah?” Tanya Sejin dengan nada kasihan. Setiap hari Sejin melihat Do Yun berjibaku antara sekolah dan mengerjakan pekerjaan di restoran, dia bahkan datang lebih awal. Sejin juga mendengar bahwa Do yun tidak dibayar bekerja di restoran Baek Jung. Dia merasa kasihan pada Do Yun, ia masih terlalu muda untuk bekerja sekeras ini. Do Yun menggeleng sambilk tersenyum. Anak itu tahu bahwa hidup bersama Baek Jung dia harus bekerja keras. Dia tidak mungkin hanya menumpang hidup begitu saja.Lagian Do Yun suka di sini. Dia suka pekerjaan ini.
“Tidak Hyung, aku biak-baik saja.” Sejin bisa melihat wajah Do Yun yang terlihat pucat tapi anak itu menyangkalnya. “Kenapa Hyung masih ada di sini?” Tanya Do Yun dengan tatapan heran. Meskipun baru beberapa minggu mengenal Sejin tapi Do Yun cukup tahu setiap kali pulang dari sini Sejin akan berkumpul dengan teman-temannya untuk minum atau sekadar makan di kafe dan pergi ke tempat karaoke.
“Aku akan pulang sebentar lagi, aku hanya memastikanmu baik-baik saja,” kata Sejin dengan tulus. Lelaki itu mengambil tas ranselnya dan menepuk pundak Do Yun.”Jangan bekerja terlalu keras,” tukas Sejin. Do Yun mengangguk lalu melambaikan tangan pada lelaki yang keluar dari restoran itu.
Keadaan menjadi hening hanya terdengar suara alat pel dan detak jarum jam. Bunyi bel yang tepasang di atas pintu terdengar, menandakan seorang telah masuk ke dalam restoran, “Maaf, kami sudah tu … Aeyong? “ Mata Do Yun membulat tak percaya ketika mendapati Aeyong atau putri Baek Jung masuk ke dalam restoran. Akhir-akhir ini Aeyong jarang pulang, katanya dia menginap di rumah teman dan mengerjakan PR juga berlatih dance untuk audisi idol. Baek Jung tentu saja senang sekali karena Aeyong menuruti permintaanya untuk menjadi idol. Wanita itu sudah tidak sabar memiliki anak seorang idol yang nantinya akan bisa dia banggakan pada para tetangga.
Aeyong berjalan dengan tertatih. Wajahnya terlihat pucat. “Kenapa kau diam saja, Do Yun! Cepat bantu aku,” teriak Aeyong dengan kesal karena sejak tadi Do Yun hanya melamun di depannya tanpa membantunya sedikit pun.
Do Yun segera meletakkan alat pel dan berjalan dengan cepat menghampiri Aeyong, “Apa yang terjadi? Kenapa kakimu seperti ini?” Do Yun menatap Aeyong yang berjalan dengan tertatih. “Sudah jangan banyak tanya, cepetan bantu aku duduk dulu. Kakiku sakit sekali,” gerutu Aeyong. Do Yun membantu Aeyong untuk duduk di kursi. Tanpa disuruh lelaki itu mengambil handuk bersih, es batu dan juga minum untuk Aeyong. Dia bolak-balik tiga kali untuk melakukan semua itu. Aeyong menatap Do Yun sambil mengulum senyum.
Gadis itu belum pernah melihat seseorang seperti Do Yun. Do Yun tidak pernah membantah sekalipun Baek Jung memerintahkannya macam-macam. Ketika Aeyong berniat untuk membantu Do Yun, Baek Jung melarangnya. Tentu saja dia tidak akan membiarkan berlian miliknya tergores sedikit pun.
Do Yun kembali dengan napas yang ngos-ngosan. Dia begitu gesit, padahal lantai masih basah namun lelaki itu tidak terpeleset sama sekali.
“Kau tidak apa-apa kan?” Tanya Do Yun khawatir. Aeyong mengangguk. Gadis itu meneguk orange juice pemberian Do Yun dengan tergesa, “Ah, sekarang aku seperti hidup lagi,” gumamnya dengan senyum manis di bibirnya.
“Kakimu kenapa? Apa kau berlatih terlalu keras lagi?” Tanya Do Yun. Tebakan Do Yun tak meleset, Aeyong tak bisa menolak pemintaan Baek Jung meskipun menjadi idol bukan cita-citanya.
“Kau tahu sendiri kan ibuku seperti apa,” celetuk Aeyong. Salah satu hal yang bikin Do Yun betah tinggal di sini meskipun Baek Jung selalu memberikannya pekerjaan yang berat adalah karena Aeyong dan Paman Nam baik padanya. Do Yun merasa beruntung punya teman seperti Aeyong.
“Aeyong, boleh lepas sepatumu. Aku akan mengobatimu,” perintah Do Yun dengan lembut Aeyong menggeleng. “TIdak usah, ini hanya terkilir. Kau tidak perlu khawatir,” tukas Aeyong. Aeyong tidak mau merepotkan Do Yun, anak ini baik sekali dan sangat polos bahkan Aeyong selalu merasa bersalah setiap kali melihatnya karena Baek Jung dan suaminya tidak memperlakukan dengan baik.
Do Yun ingin mengobati kaki Aeyong namun dia tidak mungkin menyentuhnya begitu saja, sementara Aeyong tidak enak jika Do Yun mengobati kakinya karena anak itu harus menyentuh kakinya.
“Jika tidak diobati nanti sakitnya semakin parah,” ujar Do Yun dengan wajah khawatir. Melihat Do Yun yang berusaha untuk mengobatinya Aeyong merasa kasihan dan akhirnya menuruti permintaan Do Yun. Do Yun berjongkok di hadapan Aeyong, “Kau mau apa?” gumamnya dengan terkejut. “Aku akan mengobatimu, Aeyong,” ujar Do Yun lembut.
“Tidak usah aku bisa sendiri,” tolak Aeyong. Do Yun membiarkan Aeyong meraih kompres di tangannya, namun Aeyong kesulitan untuk meraih kakinya sendiri dan hampir oleng. “Sudah kubilang kan lebih baik aku saja,” tukas Do Yun mengambil kompres dari tangan Aeyong. Anak itu menatap Aeyong dengan tatapan iba, dia tidak bisa membayangkan jika dirinya di posisi Aeyong. Gadis itu harus menjalankan impian ibunya dan bukan impiannya sendiri. Pasti itu berat bagi Aeyong.
Do Yun membuka sepatu Aeyong dengan perlahan lalu melepaskan kaos kaki gadis itu. Kaki Aeyong bengkak karena tadi di sempat terkilir saat belajar dance. Aeyong menatap Do Yun yang dengan telaten mengobatinya, anak ini membuatnya penasaran, tentang alasan dia berada di sini dan satu dua hal yang lainnya, “Do Yun, apa kau punya impian?” Tanya Aeyong tiba-tiba.