Ilsung Yang Terlalu Baik

1085 Kata
Bupyeng-Gu, Incheon 2007 Kata orang kita tidak boleh terlalu baik pada seseorang karena pada akhirnya kita akan dimanfaatkan namun kalimat itu tidak belaku bagi seorang Kim Il Sung, Ilsung memiliki senyuman seperti matahari hangat dan membuat siapa saja merasa nyaman di dekatnya, dia juga terkenal ramah di sekolahnya. Ilsung baru saja duduk di mejanya ketika seseorang menghampriinya, “Selamat pagi, Ilsung,” sapanya dengan senyum manis yang dibuat-buat. Ilsung menatap tiga anak laki-laki dan satu perempuan di hadapannya. Mereka adalah teman sekelas Ilsung. “Selamat pagi, Haena,” gumam Ilsung menjawab sapaan dari Haena. Gadis itu kemudian duduk di depannya. “Apa kau sedang sibuk?” Tanya Haena dengan lembut. Ketiga anak laki-laki di belakang Haena tampak sedang berbisik satu sama lain. “Haena pasti berhasil kan?” Tanya Ilnam dengan tatapan penuh harap. “Kau tenang saja, Ilsung tidak mungkin menolak permintaan Haena.” Ujar Jisung dengan penuh percaya diri. “Tidak, ada apa?’ tanya Ilsung sambil tersenyum, dia memasukkan tasnya ke dalam laci dan menatap Haena. Sejak masuk ke SMA ini Ilsung diam-diam menyukai Haena, sebenarnya bukan diam-diam lagi tapi seluruh sekolah juga sudah tahu jika Ilsung menyukai gadis itu. Ilsung tak salah jika menyukai Haena, gadis itu punya wajah yang kecil dan juga imut, hidung bangir, tidak terlalu mancung namun sangat prorposional dengan wajahnya yang bulat. Ditambah dengan make up tipis yang disapukan Haena di wajahnya, gadis itu terlihat cantik di mata Ilsung. Namun bukan itu yang Ilsung sukai dari Haena, pertemuan pertama mereka yang membuat Ilsung menyukai gadis itu. Haena menggigit bibirnya, selain cantik Haena juga sangat mahir di depan Ilsung terutama untuk mengelabui Ilsung. “Apa kau sudah mengerjakan PR Matematika?” tanya Haena. Sebenarnya dia sudah tahu jawaban dari pertanyaannya. Ilsung sangat rajin mengerjakan PR, dia juga selalu masuk sepuluh besar, jadi pasti dirinya sudah menyelesaikan PR matematikanya hari ini. Ilsung mengangguk. “Tentu, kau juga sudah kan, Haena?” Tanya Ilsung dengan wajah polos. “Aku belum mengerjakannya, aduh bagaimana ini,” Haena memulai aktingnya, gadis itu pura-pura memegang perutnya dan memasang wajah kesakitan, “Aduh perutku sakit sekali,” gumam Haena sambil memegang perutnya. “Haena apa kau baik-baik saja?” gumam Ilsung dengan wajah khawatir. “Ilsung perutku sakit sekali, aku belum mengerjakan PR, bagaimana ini, kau tahu kan jika tidak mengerjakan PR kita akan dapat nilai D, aku tidak mau dapat D, apa yang harus aku lakukan?” gumam Haena dengan wajah memelas. “Haena, ada apa?” Tanya Ilsung dengan wajah panik, dalam hati Haena dia bersorak karena bisa mengelabui Ilsung. Gadis itu memang sengaja berakting di depan Ilsung agar Ilsung mau mengerjakan PRnya, sungguh gadis yang licik. “Perutku sakit sekali, Ilsung,” rintih Haena, tiga siswa di belakang Haena tersenyum penuh arti, Ilnam dan Jisung segera menghampiri Haena. Ketiganya bersekongkol dengan Haena sejak awal. “Haena, apa kau tidak apa-apa?” tanya Jisung dengan wajah khawatir. Melihat Jisung , Ilsung yang berniat mengantar Haena ke UKS mendadak mundur. Jisung adalah pacar Haena, meski menyukai gadis ini, Ilsung tidak mau merebut pacar orang, jadi dia hanya bisa memendam perasaannya pada Haena. “Ilsung apa yang kau lakukan pada Haena?’ Tuduh Jisung dengan pandangan penuh kebencian. Ilsung panik meski dia tidak melakukan apa-apa pada Haena tapi dia merasa tidak enak karena Haena sakit di depannya. “Aku tidak melakukan apa-apa.” Jawab Ilsung dengan tatapan mata polos. Jisung sengaja menuduh Ilsung agar tujuannya tercapai, anak itu memang licik sama seperti Haena. “Lalu kenapa Haena seperti ini? Pasti kau yang membuat asam lambungnya naik,” tuduh Jisung. Bukannya segera membawa Haena ke UKS, Jisung sengaja menuduh Ilsung agar anak itu merasa bersalah. “Aku meminta Ilsung untuk meminjamkan PRnya, tapi dia menolak memberikannya,” gumam Haena mengadu pada Jisung. Jika ada tokoh antagonis yang berhak mendapatkan penghargaan, mungkin Haena akan menjadi salah satunya. Aktingnya benar-benar meyakinkan. “Aku tidak pernah berkata seperti itu. Haena mungkin kau salah---“ “Alah kau ini benar-benar jahat, mentang-mentang murid teladan dipinjami PR saja tidak boleh. Lihat sekarang, Haena sakit karena asam lambungnya naik dan kau penyebabnya karena telah membuat Haena banyak pikiran.” Ilsung tidak tahu bahwa Haena punya penyakit asam lambung. Haena memang berniat meminjam PR darinya namun Ilsung bukan menolaknya. Ilsung ingin Haena mengerjakan PRnya sendiri, jika Haena kesulitan maka Ilsung mau membantunya, namun sepertinya Haena salah paham. “Haena aku tidak tahu kalau kau punya asam lambung, maafkan aku,” gumam Ilsung merasa sangat bersalah. Jisung tersenyum dalam hati. Rasa bersalah dari Kim Ilsung adalah hal yang diinginkan oleh anak itu. “Jika kau merasa bersalah, kerjakan PR kami, aku akan membawa Haena ke UKS sekarang,” ujar Jisung membantu Haena berdiri. Dua orang di belakangnya tampak tersenyum karena sepertinya rencana mereka berhasil. Ilnam mengeluarkan lima buku dari dalam tasnya lalu meletakkannya di meja. “Kerjakan dengan benar, jangan sampai salah,” perintah Ilnam seperti boss. Ilsung menghela napasnya, dia benar-benar khawatir dengan keadaan Haena. Apa Haena baik-baik saja? Pikirannya dipenuhi dengan banyak kekhawatiran. Lelaki itu menghela napas. Dia melirik jam di pergelangan tangannya. Masih ada setengah jam sebelum guru masuk ke kelas, dia harus menyalin PRnya dengan cepat . “Hya! Kim Ilsung!” Ilsung yang baru menulis beberapa kalimat di buku Haena mendadak dikejutkan oleh suara seorang siswi. Bukan hanya suaranya saja yang membuat Ilsung terkejut, tapi juga gebrakan di mejanya. Ilsung mendongak dan langsung mendapati Kim Heejin tengah berdiri sambil menatapnya dengan tatapan geram. “Heejin, ada apa?” gumam Ilsung dengan tangan gemetar. Heejin merupakan salah satu murid yang paling disegani di sekolah. Meskipun dia perempuan tapi banyak murid yang takut padanya, Heejin memiliki perawakan tinggi dengan potongan rambut yang seperti anak laki-laki, tak lupa celana training panjang di balik rok pendeknya yang membuat penampilan Heejin berbeda. Heejin terkenal pendiam namun jago dalam berantem. Dia juga penyendiri karena tak punya teman di sekolah ini, sebenarnya bukan tak punya teman hanya saja semua murid segan berteman dengannya kerena penampilannya. “Apa kau bodoh?” “Huh?” Ilsung menatap Heejin dnegan tatapan tak mengerti. Ini pertama kalinya mereka bicara dan pertanyaan pertama yang dilancarkan dari bibir Heejin. “Ah sepertinya kau memang benar-benar bodoh,” gumam Heejin dengan cuek. Gadis itu mengambil lollipop dari dalam sakunya lalu berjalan meninggalkan Ilsung yang masih bengong. Ilsung tak mengerti kenapa Heejin tiba-tiba mendatanginya dan mengatakan bahwa dia bodoh. “Apa maksudnya? Kenapa dia berkata seperti itu?” Jawab Ilsung dengan tatapan polos. Ilsung berusaha mengabaikan omongan Heejin namun tidak bisa. Ini bukan waktunya untuk memikirkan hal lain, Ilsung harus segera menyelesaikan PR di hadapannya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN