“Kalian mencontek kan? Atau kalian memaksa Ilsung untuk mengerjakan PR kalian?” gumam Pak Nam dengan tatapan mata curiga. Haena menunduk dan tak berani menjawab, dalam hatinya dia mengutuk Ilsung, pasti lelaki itu yang mengadu pada Pak Nam, dasar bocah sialan, umpat Haena dalam hati. Jisung, Ilnam , Doksung tampak tak berani menatap Pak Nam. Guru itu terkenal killer dan tak akan mengampuni siapapun yang mencontek.
“Kami tidak mencontek, kami mengerjakannya sendiri,” sanggah Jisung dengan berani.
Pak Nam mengamati mereka dengan tatapan tak percaya, “ Jika kalian tidak mencontek lalu bagaimana mungkin kalian bisa mendapat nilai seratus seperti Ilsung?”
Ilsung merupakan juara kelas, jadi Pak Nam tidak heran jika Ilsung selalu mendapat nilai tinggi saat ujian maupun nilai PRnya.
“Bapak jangan asal nuduh, Ilsung tuh yang nyontek PR kita,” sanggah Jisung. Sebuah alasan yang tidak masuk akal, mana mungkin Pak Nam percaya kalau Ilsung mencontek, Ilsung tidak akan pernah melakukan perbuatan seperti itu.
“Iya, aku lihat Ilsung meminjam PR Haena, Haena dan kami mengerjakan PR bersama, jadi jika nilai kami sama itu wajar, Pak. Jika Bapak tak percaya kami punya bukti,” Ilnam mengeluarkan hape dari sakunya lalu menunjukkan sebuah photo ke hadapan Pak Nam. Photo yang menunjukkan bahwa mereka benar-benar belajar bersama.
“Bapak lihat kan? Kami benar-benar belajar dan mengerjakan PR bapak bersama,” tambah Doksung. Pak Nam menatap Ilsung. Dari tadi Ilsung hanya menunduk. Dia tak tahu harus bagaimana.
Pak Nam menatap Ilsung dengan wajah serius, “Ilsung, apa kau benar-benar mencontek PR mereka?” tanya Pak Nam. Ilsung mendongak dan menatap sekeliling. Orang pertama yang dia tatap adalah Haena, Pak Nam selalu memberikan hukuman kepada siapapun yang mencontek baik dalam ujian maupun PR. Lelaki itu ingin menanamkan kejujuran dan kerja keras pada muridnya, jadi mereka harus mandiri dan mengerjakan PR mereka sendiri.
Tatapan Ilsung berhenti pada Haena, gadis itu terlihat memelas. Ilsung tak tega jika harus membiarkan Haena dihukum jika dia mengatakan yang sebenarnya.
“Ilsung, jawab aku. Apa benar kau mencontek?” Tanya Pak Nam sekali lagi. Lalu dengan gerakan lemah Ilsung mengangguk, dia tidak akan membiarkan Haena dihukum, “Maafkan aku, Pak. Aku memang mencontek,” ujar Ilsung mengakui semuanya. Raut wajah Pak Nam benar-benar kecewa. Dia tidak menyangka bahwa Ilsung akan berbuat seperti itu.
“Bapak, kecewa sama kamu, sekarang ikut Bapak, kamu harus menerima hukumanmu,” perintah Pak Nam. Dengan wajah pasrah Ilsung mengikuti langkah Pak Nam. Dari kejauhan tampak Heejin tengah mengamati semua yang terjadi. “Kau memang benar-benar bodoh Ilsung,” gumamnya dengan ekspresi yang tak terbaca.
Heejin menunggu di koridor dengan wajah ingin sekali mengomel. Dia masih tidak habis pikir bahwa Ilsung menerima hukuman dari Pak Nam begitu saja. Seharusnya dia mengatakan yang sebenarnya, tapi anak itu memilih diam dan menerima hukuman demi Haena.
Ilsung berjalan menuju ke arah Heejin. wajahnya tampak lelah tapi begitu melihat Heejin yang tengah membawakan tas miliknya dia menyunggingkan senyumnya. Senyum bodoh yang selalu dibenci Heejin.
"Kenapa kau belum pulang?" Tanya Ilsung dengan tatapan polos. Heejin berdecak malas, jika bukan karena Pak Nam yang memintanya memberikan tas Ilsung dia sudah pulang dari tadi.
"Kau masih bertanya, harusnya kau sadar diri karena siapa aku di sini," kata Heejin dengan wajah yang ditekuk. Ilsung yang membutuhkan waktu lama untuk paham tampak menatap Heejin dengan tatapan penuh tanya hingga akhirnya dia sadar Heejin masih di sana karena dirinya.
"Maaf aku merepotkanmu, Heejin," kata Ilsung. Heejin melemparkan tas milik Ilsung. Gadis itu terlihat kasar namun sebenarnya tidak, Ilsung mengenal Heejin dengan baik. Meski setiap kali bertemu dengannya seperti adu mulut tapi Ilsung memandang Heejin sebagai orang baik.
"Kau memang merepotkan," ujar Heejin sambil berbalik. Gadis itu berjalan meninggalkan Ilsung.
"Heejin, tunggu! Ayo kita pulang bersama, aku akan membelikanmu es krim," kata Ilsung yang merasa berhutang budi pada Heejin. Heejin mempercepat langkahnya. Keadaan sekolah tampak sepi karena seluruh murid sudah pulang dari tadi. Ilsung mendapat hukuman untuk membersihkan toilet pria, dia butuh waktu dua jam untuk membersihkan semuanya.
"Aku tidak mau pulang denganmu, jauh-jauh deh," Kata Heejin. Ilsung pantang menyerah, anak itu berjalan dengan langkah cepat hingga dia sejajar dengan Heejin sekarang.
"Kenapa kau begitu marah padaku?" Tanya Ilsung tidak mengerti. Anak itu mencekal lengan Heejin membuat gadis itu harus berhenti dan bicara dengannya.
"Lihatlah kau begitu bodoh Ilsung, kenapa kau mau dimanfaatkan oleh Haena seperti itu. Jadi orang jangan terlalu baik, Ilsung," kata Heejin dengan wajah geregetan, bagaimana tidak Ilsung selalu baik kepada semua orang. Berbuat baik adalah satu hal yang bagus namun Ilsung tidak pernah sadar karena dia terlalu baik banyak orang yang memanfaatkannya salah satunya adalah Haena. entah karena Ilsung polos atau bodoh dia selalu saja membantu orang lain dengan kemampuannya.
"Tidak ada yang salah dengan berbuat baik, bukan? Aku hanya berusaha membantu. Ibuku selalu mengajarkanku untuk berbuat baik, dan aku rasa aku akan terus membantu orang sebisaku." Kata Ilsung sambil tersenyum polos. Rasanya Heejin ingin menjitak kepala Ilsung sekarang juga. ini bukan waktunya untuk berdebat mengenai berbuat baik itu bagus atau tidak, namun Ilsung harus sadar akan sesuatu.
Heejin menarik napas sebelum bicara, dia tidak mau kehabisan kesabaran saat bicara dengan Ilsung, "Dengar ya, Ilsung, aku tidak bilang berbuat baik itu tidak bagus, hanya saja kau harus tahu batas sampai mana kau berbuat baik. Kau tahu Haena hanya memanfaatkanmu, hanya karena kau menyukainya bukan berarti kau harus membantunya setiap saat. Berbuat baik boleh, bodoh jangan," kata Heejin panjang lebar. Ilsung tampak memperhatikan Heejin tanpa berkedip, beberapa deitk kemudian anak itu tersenyum. Ini pertama kalinya Ilsung mendengar Heejin bicara panjang lebar. Selain mengatakan bahwa Ilsung bodoh ternyata Heejin adalah gadis yang baik, buktinya dia tampak mengkhawatirkan Ilsung sekarang.
"Kenapa kau menatapku seperti itu?" Kata Heejin yang merasa tidak nyaman ditatap Ilsung selama beberapa detik tanpa berkedip. Ilsung mengulum senyumnya.
"Aku hanya merasa kau sedang mengkhawatirkanku sekarang. Terima kasih sudah mengkhawatirkanku. Kau teman yang baik, Heejin," kata Ilsung yang merasa terharu.
Rasa geregetan Heejin sudah tidak tertahankan lagi, gadis itu maju satu langkah dan sedikit berjinjit untuk menjitak kepala Ilsung. Ilsung tampak mengaduh kesakitan, "Aw, sakit Heejin. kenapa kau menjitakku? Apa salahku padamu?" Kata Ilsung tidak terima.
"Itu karena kau terlalu bodoh." Gumam Heejin dengan tatapan kesal.