Cara Untuk Bilang Tidak

1064 Kata
Do Yun menepuk-nepuk pundak Aeyong dengan gerakan yang lucu. Jika biasanya seseorang akan memeluk atau menghibur dengan cara memberikan kalimat penghiburan atau sebuah pelukan Do Yun bukan tipe yang bisa melalukan semua itu. Anak itu masih malu-malu dengan Aeyong meski mereka bia dibilang sudah dekat. Aeyong dan Do Yun pernah bertemu beberapa kali di acara keluarga. Do Yun sangatlah pendiam dan lebih suka menyendiri di pojok ruangan sambil membaca komik. Aeyong pernah menyapanya beberapa kali, tapi Do Yun selalu tak berani menyapanya duluan. Do Yun merasa kasihan setelah mendengar cerita Aeyong. Baek Jung menelan semua pil di tangannya saat itu. Dia hampir mati jika Aeyong tak segera menelepon 911 dan ambulance segera datang ke rumahnya. Aeyong snagat takut jika hari itu adalah hari terakhir dia bersama Baek Jung. Aeyong menarik tangannya yang terlihat gemetar. Namun terlambat Do Yun terlebih dahulu melihatnya. Anak itu sedikit menyesal karena telah menanyakan pertanyaan yang membuat Aeyong harus menceritakan semua cerita pahit di masa lalu. Aeyong sangat menyayangi Baek Jung bahkan dia bersedia menuruti Baek Jung untuk latihan dance meski kakinya harus terkilir seperti ini. “Kau yakin tidak perlu ke dokter?” Tanya Do Yun dengan tatapan khawatir. Aeyong menggeleng. “Aku tidak ingin merepotkan eomma dia pasti akan langsung membawaku ke rumah sakit mahal demi semua ini.” Aeyong memalingkan wajahnya. Mungkin terdengar berlebihan tapi Baek Jung sangat overprotective terhadap Aeyong, Dia tidak akan membiarkan purinya terluka dan lansung membawanya ke rumah sakit. Baek Jung selalu berpesan agar Aeyong menjaga tubuhnya dengan baik. Tubuh seorang idol itu seperti sebuah aset yang berharga, tergores sedikit saja atau punya luka sedikit saja tidak baik bagi idol apalagi yang lukanya menimbulkan bekas. Baek Jung akan sangat khawatir jika mendengar Aeyong terluka.  “Aku harap kau lekas sembuh,” ujar Do Yun dengan tatapan polos. “Do Yun, mau ke warnet bareng gak? Aku yang bayar deh. Aku butuh refreshing ke warnet bareng yuk,” ajak Aeyong. Do Yun menggigit bibirnya sudah lama sekali dia tidak ke warnet. Tapi Baek Jung akan marah jika Do Yun pergi ke warnet, wanita itu melarang Do Yun menghabiskan waktunya dengan sesuatu yang tak berguna. “Aku tidak bisa pergi denganmu. Nanti bibi akan marah,” tukas Do Yun, “Kau tidak akan dimarahi kali ini aku akan bilang kau menemaniku latihan dance dan aku akan membelamu jika ibuku marah padamu,” Aeyong memberikan penawaran yang bagus. Do Yun tampak berpikir. “Kau lama sekali berpikir, udahlah ayo berangkat,” tukas Aeyong sambil menarik tangan Do Yun. *** “Ma aku ingin bicara sesuatu,” Harin menatap mamanya dengan tatapan serius membuat Ilsung rasanya ingin pingsan begitu saja. Chanmi menatap putrinya dengan mata penasaran “Kamu mau ngomong apa, Harin?” tanya Chanmi. Bukan hanya Chanmi saja yang penasaran dengan apa yang akan Harin bicarakan Kim Ha Yoon, sang suami juga tengah menatap putrinya dengan tatapan yang sama. Ilsung yang duduk di samping sang kakak langsung meraih tangan sang kakak dan memberikan cubitan kecil, anak itu berbisik di telinga Harin, “Bukankah kau mengatakan bahwa kau tidak akan mengadu pada mama dan papa?” Kim Ilsung melayangkan protes pada sang kakak. Bagaimana tidak keduanya sudah mencapai kata sepakat untuk menyembunyikan ini dari orang tua mereka. Ilsung tidak ingin merepotkan kedua orang tuanya. Dia juga tidak yakin bahwa dirinya akan belajar piano dalam waktu yang lama. Bagaimana jika ini hanya hobi sesaat?” Ilsung tidak ingin mengecewakan kedua orang tuanya. “Kau hanya memberiku lima belas ribu won untuk tutup mulut apa itu cukup. Kan sudah kubilang kau harus memberiku dua puluh ribu won mana uangnya,” Kim Harin melotot ke arah sang adik. Ilsung panik, Masalahnya dia hanya punya sepuluh ribu won buat seminggu ini jika dia berikan lima ribu won pada Harin dia tidak akan bisa pergi ke penyewaan komik yang dia suka. “Sudah kubilang aku akan mencicilnya aku pasti akan membayarmu,” gerutu Ilsung. Chanmi dan Ha Yoon tampak curiga dengan kedua anaknya. “Kalian sedang membicarakan apa sih kenapa bisik-bisik?” tegur Chanmi. Ilsung mencoba tersenyum senormal mungkin. “Aku akan memberimu sepuluh ribu Won Kak, tapi jangan bilang mereka dan kasih aku waktu sebulan lagi.” Bisik Ilsung dengan tatapan mata memelas. “Kami sedang tidak membicara apa-apa, Eomma,” Ilsung menyenggol lengan Harin tampak meminta bantuan. Mereka harus bekerja sama agar orang tua mereka tidak curiga. “Apa sekolah kalian baik-baik saja? Ada masalahkah?’ Tanya Ha Yoon dengan perhatian. Ilsung menggeleng dengan cepat, dia kembali menyenggol tangan harin agar sang kakak membantunya. “Tidak ada masalah kok,  Appa. Iya kan Kak?” tukas Ilsung. Tak berapa lama kemudian Harin mengangguk, Gadis itu mengambil sarapan yang sudah mamanya siapkan lalu memakannya. “Syukurlah kalau begitu, jika ada masalah jangan ragu untuk bilang,” tukas Ha Yoon. Ilsung mengangguk. “Oh ya, Ma. Minggu depan mama ada Festival. Mungkin papa harus pergi keluar kota selama dua minggu. Mama mau ikut?” Tawar Ha Yoon. “Appa aku ikut dong,” bukannya Chanmi yang menjawab tapi justru si putri sulung yang menjawab ucapannya. Ha Yoon menggeleng pelan. “Bukannya kau ada jadwal les selama dua minggu kau tidak boleh membolos Harin,” tolak Ha Yoon. Sebenarnya Harin tidak benar-benar mau ikut  dia punya rencana untuk ini. Ilsung menyendok makanan di hadapannya dengan tenang. Ayahnya adalah seorang pianis terkenal yang sering diundang ke acara-acara penting bahkan tahun lalu dia juga memenangkan penghargaan. Maka tidak heran jika kursus piano yang Ha Yoon dirikan dibanjiri oleh anak-anak yang ingin belajar piano. Meski sudah sukses Ha Yoon terkadang turun tangan sendiri untuk mengajari muridnya. “Yeobo,  aku tidak bisa ikut denganmu. Kau tahu kan aku harus menjaga anak-anak dan juga mengawasi kursus, apa kau tidak apa-apa untuk berangkat sendiri?” Tanya Chanmi merasa khawatir. Ha Yoon mengangguk, “Baiklah aku akan berangkat sendiri kalau begitu.” Tukas Ha Yoon sambil menyunggingkan senyumnya. “Pa, kenapa kau tidak mengajak Ilsung saja. Bukankah Ilsung lagi libur semester dan dia tidak punya sesuatu yang dia kerjakan. Iya Kan Ilsung?” Ilsung yang sedang menelan makanannya hampir tersedak dan merasakan perih di hidungnya. Kakaknya benar-benar melemparkan bom padanya. “Apa kau mau ikut denganku, Ilsung?” Tanya Ha Yoon meminta pendapat Ilsung. Ilsung tidak bisa menjawab dengan cepat anak itu menghabiskan minumannya. Jika sudah seperti ini mana mungkin dia menolak. Dia memang ingin sekali datang ke Festival musik. “Baiklah, Appa aku akan menemanimu,” tukas Ilsung berusaha menyembunyikan kebahagiaannya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN