Rara bergerak gelisah. Tangannya gemetar, membuat Restu semakin panik ketika melihat kakaknya hanya berdiam diri tanpa suara. Gadis kecil itu tak pernah melihat Rara seperti sekarang ini. Baginya rara selalu terlihat dingin, meski terkadang hangat kala memerankan segala peran seorang kakak pada adiknya. "Mbak.." cicit Resti takut. Rara membalikkan tubuh. Memaksakan segaris senyum. Ia angkat tangannya yang bergetar untuk membelai lembut puncak kepala Resti. "Mbak nggak-apa, Dek. Mbak butuh waktu sendiri." ujar Rara sebelum menutup pintu kamar. Rara, pebisnis berdarah dingin itu begerak lambat menuju meja kerjanya. Membuka laptop, lalu mengetikan sebilah nama yang ia ketahui. Lebih tepatnya beberapa potong saja yang ia tahu di jejaring internet. Bumi Pakualam Rara membekap mulut den