DOL.06 MUNGKINKAH AKU TELAH MENYUKAINYA?
REI MAXWELL
Menjadi seseorang yang menguasai berbagai seni adalah keinginanku, terutama di bidang seni tari. Karena menurutku tari adalah sebuah karya seni yang indah yang terlahir dari berbagai gerakan yang muncul dari pikiran seseorang yang ingin mengekspresikan diri. Musik memiliki hubungan yang kuat dengan tari. Karena dengan adanya musik, beberapa gerakan terilhami hingga menjadi sebuah tarian yang indah untuk dipertontonkan atau hanya dinikmati sendiri. Kecintaanku terhadap seni tari mengantarku untuk melanjutkan pendidikan seniku di NYU Tisch of the Arts, tepatnya di Tisch Dance.
Selama lebih dua tahun terakhir aku berada di Tisch Dance, aku telah belajar dan mendalami berbagai jenis tarian classic dan modern yang ada di kurukulum Tisch Dance. Aku mengikuti berbagai kelas dan pelatihan tari yang diadakan kampusku pada kelas utama maupun di kelas tambahan. Selain itu jika ada waktu luang, aku akan menyempatkan diri untuk berlatih di studio-studio profesional lainnya yang ada di New York. Dengan banyaknya belajar dan berlatih berbagai jenis dance, aku pun sering mendapatkan nilai yang baik dalam berbagai ujian dan juga sering memenangkan berbagai kompetisi seni tari. Dan dengan banyaknya prestasi yang telah aku raih selama lebih dari dua tahun ini, aku pun di tunjuk sebagai asisten dosen oleh Madam Jean yang merupakan dosen sekaligus kepala Tisch Dance.
Saat ini Madam Jean yang merupakan ahli ballet dance, tengah hamil anak ketiganya. Hal itu membuat beliau tidak bisa mengajar ballet dance di kelas pemula. Dengan profesiku yang tidak hanya sebagai mahasiswa Tisch Dance, beliau memintaku untuk menggantikannya mengajar di kelas ballet dance hingga semester ini berakhir. Dan semenjak beberapa hari yang lalu, setiap sore aku tidak hanya berlatih modern dance bersama-sama temanku. Tapi juga mengajari ballet dance kepada para juniorku di kelas ballet dance.
Tari ballet terdiri dari dua jenis, yaitu ballet klasik dan ballet revolution. Ballet klasik adalah gerakan ballet yang paling formal dengan teknik ballet tradisional, seperti pada tari ballet Rusia, ballet Prancis dan ballet Italy. Sedangkan ballet revolution adalah ballet dance yang memiliki gerakan yang lebih modern, yang dipadukan antara gaya dan genre klasik Kuba, Amerika Latin modern dan hip hop. Dan selama mengajar di kelas ballet dance memggantikan Madam Jean, aku akan mengajarkan ballet revolution kepada juniorku.
"Gerakan dasar tari ballet terdiri atas lima bentuk dasar yang mengatur setiap gerakan, baik untuk gerakan kepala, bahu, tangan, dan kaki. Gerakan itu seperti gerakan pointe, piroutte dan plie. Seperti yang telah kalian ketahui dan kalian pelajari selama ini, gerakan pointe adalah gerakan berdiri dengan ujung kaki yang menjadi ciri khas tarian ballet. Gerakan piroutte merupakan gerakan seperti angsa menari. Sedangkan gerakan plie sendiri ialah gerakan kaki yang ditekuk namun badan harus tetap berdiri tegak. Selain itu, juga ada gerakan mengangkat kaki hingga 180 derajat dan gerakan balet lainnya. Dengan gerakan-gerakan tersebut, tarian balet akan terlihat sangat indah." Aku yang sedang mengajar kelas ballet berbicara pada para juniorku yang ada di dalam studio ballet.
"Agar bisa menjadi seorang ballerina profesional, kalian harus bisa mempelajari dan menguasai teknik-teknik ballet dengan baik. Namun di beberapa hari ini selama kelas ballet berlangsung denganku, masih banyak di antara kalian yang belum menerapkan teknik dengan baik. Sehingga aku berpikir, masing-masing kalian harus memperagakan teknik yang kalian kuasai sebelum kelas di mulai. Tidak semuanya, tapi setiap kali tatap muka tiga orang dari kalian harus tampil secara bergantian sebelu kita memulai kelas. Apa kalian semua mengerti?"
"Mengerti, Senior." Para junior perempuan yang mengikuti kelasku menjawab dengan serentak.
Aku sudah terbiasa berhadapan dengan orang banyak. Aku juga sudah terbiasa mengajar di kelas modern dance yang memiliki banyak mahasiswa prianya. Namun di kelas ballet dance ini aku merasa sedikit gugup. Karena aku harus berhadapan dengan begitu banyak mahasiswa wanita yang sering menatapku dengan tatapan yang sulit aku mengerti. Dari 100 persen orang yang mengikuti kelas ballet dance, hanya ada 8 hingga 10 persen mahasiswa pria sedangkan sisanya adalah wanita. Dari begitu banyak junior wanita yang aku temui di kelas ballet dance sore ini, ada seorang junior wanita yang menarik perhatianku. Ia adalah Tiffany Sheria dari Tisch Dance tingkat pertama yang beberapa hari lalu telah aku tabrak di McD yang ada di depan gedung kampus. Dan setiap kali bertemu dengannya di kelas ballet dance pada sore hari, entah kenapa aku selalu memiliki perasaan berbeda terhadapnya. Mungkinkah aku telah menyukainya?
"Sekarang, siapa diantara kalian yang ingin tampil pertama kalinya sebelum kita memulai kelas sore ini?"
Juniorku yang bernama Becky mengangkat tangannya lebih dulu dari teman-temannya sembari berkata, "Aku, Senior Rei."
"Oke. Silahkan Becky."
Becky bangkit dari duduknya dan melangkah ke tengah studio. Kemudian ia pun bergerak menampilkan teknik épaulement (dibaca ay-pohl-MAHN) di depan teman-temannya. Teknik épaulement adalah teknik gerakan bahu yang mengkhususkan pola keseimbangan lewat pengaturan posisi bahu, kepala, dan leher.
Setelah Becky tampil dan kembali duduk di posisi semula, aku kembali berkata, "Siapa lagi?"
"Aku, Senior Rei." Shella yang terkenal cerewet di dalam kelas ini mengangkat tangannya.
"Silahkan, Shella."
Dengan segera Shella maju ke depan dan menampilkan teknik ballet yang ingin ia praktikan. Ia menampilkan gerakan pointe dengan berdiri dengan ujung kaki yang menjadi ciri khas tarian ballet. Tidak butuh waktu lama baginya mempraktikan teknik itu. Hingga akhirnya ia pun kembali ke posisi duduknya semula di antara teman-temannya.
"Yang ketiga?" Aku yang masih berdiri berbicara pada para juniorku yang duduk di lantai. Aku melirik mereka satu-persatu lalu mataku berhenti pada Tiffany Sheria yang dari tadi memperhatikanku. Aku dengar dari Madam Jean, ia adalah salah seorang dari beberapa mahasiswa wanita yang memiliki talenta lebih. Sehingga aku yang ingin melihat kemampuannya pun berkata, "Tiffany..."
"Y-ya aku, Senior." Ia yang baru saja tersadar dari lamunannya menjawab dengan gugup sambil mengangkat tangan kanannya.
"Aku ingin kamu mempraktikan gerakan pirouette."
"Baik, Senior." Ia menjawab sambil bangkit dari duduknya dan mempraktikan gerakan pirouette di tengah studio di hadapan teman-temannya.
Gerakan piroutte merupakan gerakan seperti angsa menari, yaitu berputar di satu kaki yang merupakan salah satu langkah tari yang paling sulit. Tiffany Sheria mempraktikan pirouette dengan membalikkan tubuhnya sendiri, sambil menyeimbangkan dengan satu kaki. Dan ia memulai gerakan itu pada posisi ke empat. Namun saat ia melakukan putaran seperti angsa menari itu, aku menemukan sedikit kesalahan pada gerakaannya. Hingga akhirnya aku pun berkata saat ia selesai mempraktikan, "Tiffany, setelah kelas ini berakhir, kamu harus tetap ada di sini."
Spontan Tiffany Sheria menatapku dengan wajah kaget. Kemudian ia pun bertanya seolah tidak menerima ucapanku, "Senior, kenapa hanya aku yang yang tetap di studio ini setelah kelas berakhir?"
"Karena kamu melakukan kesalahan saat mempraktikan gerakan pirouette."
"Apa salahku, Senior? Aku rasa aku telah melakukannya dengan baik."
"Saat melakukan gerakan pirouette, engkel kaki harus fleksibel dan kuat. Usahakan agar lutut selalu satu garis dengan tungkai dan kakimu, baik ketika berputar maupun ketika diam. Tapi saat melakukannya tadi aku tidak melihat tungkai dan kakimu satu garis. Jadi kamu harus belajar lebih lagi."
"Tapi, Senior... Aku sudah ada janji dengan teman-temanku sore ini."
"Kenapa kamu lebih mementingkan pergi bermain dibanding belajar? Jika kamu begini, aku jadi berpikir kenapa Madam Jean merekomendasikan dirimu menjadi salah satu murid yang akan ikut pertunjukan nanti."
"Pertujukan?" Tiffany Sheria bertanya dengan wajah kaget.
Aku menganggukan kepala dan menjawab, "Ya. Setelah kalian mengikuti ujian bulan depan, dua bulan berikutnya kampus kita akan mengadakan pertunjukan seni bersama dengan anak theater. Dan Tisch Dance mendapat bagian untuk menampilkan pertunjukan balet bertema Cinderella, The Nutcracker dan Swan Lake. Info lebih lanjut dan siapa saja yang terpilih untuk ikut serta dalam pertunjukan tersebut, akan segera di umumkan di papan pengumuman. Jadwal latihan bagi yang ikut tampil juga akan diumumkan nanti. Dan kamu Tiffany, kamu harus mengikuti kelas tambahan setelah ini."
"Tapi, Senior..."
"Aku asisten dosen yang menggantikan Madam Jean. Jadi apa yang aku katakan kalian harus mengikutnya. Jika aku mengatakan A, berarti kalian harus melakukan A. Mengerti?" Aku bicara dengan wajah datar dan penuh tekanan di depan para juniorku dan Tiffany Sheria yang yang masih berdiri di hadapanku. "Oke, sekarang kita mulai kelasnya."
****
"Oke latihannya kita cukupkan sampai di sini untuk hari ini. Sampai jumpa esok sore di jam yang sama." aku berbicara kepada para juniorku untuk mengakhir kelas ballet dance hari ini.
Semua juniorku yang tadinya berdiri dengan rapi di posisi mereka masing-masing saat latihan, langsung bergerak bertebaran ke berbagai sudut dan sisii ruang studio untuk mengambil barang-barang milik mereka. Kemudian merekapun keluar dari studio secara berkelompok atau perorangan melewatiku yang masih berdiri di depan studio tidak jauh dari pintu masuk sambil menyapaku.
"Baik, Senior. Sampai jumpa."
"Sampai jumpa, Senior Rai."
"Senior Rai, sampai jumpa besok di kelas yang menyenangkan."
"Senang bisa mengikuti kelas bersama Senior Rei."
Aku mengangguk menanggapi sapaan mereka yang melewatiku. Namun mataku selalu mengawasi juniorku yang bernama Tiffany Sheria yang saat ini sedang berusaha mengelabuiku. Ia berjalan bersama dengan temannya Brenda di antara para junior lain yang keluar ruang studio dengan berkelompok. Sayangnya ia salah mengelabui orang, karena aku bukan orang yang mudah untuk dikelabui.
Saat Tiffany Sheria berjalan bersama teman-temannya dengan cara mengendap-endap, aku yang melihatnya langsung bersuara, "Tiffany, aku rasa kamu ingat bahwa kamu harus tinggal di ruangan ini bersamaku."
Spontan Tiffany Sheria menghnetikan langkahnya saat ia berada di ambang pintu studio. Dan kemudian ia pun berkata pada teman-temannya, "Brenda, teman semuanya, kalian duluan saja. Aku masih ada latihan."
"Oke, Tiffany. Sampai jumpa besok."
"Aku akan membelikan makanan dan membawanya pulang untukmu, Tiffany." Brenda menambahkan sambil melepaskan tangan Tiffany Sheria.
Beberapa saat kemudian, semua orang yang mengikuti kelas ballet dance telah pergi keluar studio menyisakan aku dan Tiffany Sheria. Aku yang tadinya berdiri di dekat pintu studio berjalan ke sudut ruangan. Lalu aku menekan stop kontak untuk menyalakan lampu studio, lalu melirik ke jendela kaca yang memperlihatkan suasana Boardway di New York dengan langit yang sudah mulai menggelap. Saat ini hari sudah menujukan pukul 8 malam. Dan matahari pun sudah mulai tenggelam.
"Senior, kenapa harus sekarang? Kita bisa melakukan latihan tambahan pada esok hari atau di hari yang lainnya."
"Aku ingin kamu memperbaiki kesalahanmu hari ini."
"Tapi, Senior..."
"Sudah, Tiffany. Jangan lagi mencari cara agar bisa pergi. Semua ini untukmu, untuk penampilanmu yang lebih baik. Karena sebelum cuti bekerja, Madam Jean telah memilihmu menjadi pemeran Odette pada pertunjukan Swan Lake."
"Baiklah." ia menjawab dengan wajah menyerah.
"Sekarang mari kita mulai latihannya. Aku ingin kamu kembali memperagakan gerakan pirouette, Tiffany."
Tiffany Sheria yang tadinya sudah mempersiapkan diri saat bicara padaku, melangkah ke tengah studio. Ia memperagakan gerakan pirouette beberapa kali dengan beberapa gerakan awal. Sedangkan aku berdiri di tidak jauh darinya memperhatikan setiap langkah dan gerakan yang ia buat. Ia melakukan semua gerakan dengan baik, namun dimataku ada keganjalan dari kakinya saat berputar dan bertumpu pada satu kaki. Tungkainya terlihat tidak berada dalam satu garis dengan kakinya, membuatku merasa ada yang ganjal. Sebenarnya jika di lihat secara keseluruhan, semua gerakan ia lakukan dengan baik. Namun mataku yang terlalu jeli membuatku melihat ada yang berbeda dari gerakan tersebut.
"Tiffany..." aku kembali bersuara saat Tiffany Sheria baru saja menghentikan gerakannya.
"Ya, Senior."
"Kamu bisa melakukan beberapa gerakan dengan baik, namun tetap saja aku merasa ada yang kurang. Kamu tidak perlu menari, tapi aku ingin kamu mempraktikan berdiri dengan satu kaki seperti pada gerakan pirouette."
"Baik."
Saat Tiffany Sheria berdiri dengan satu kaki, aku memperhatikan kakinya dan kembali berkata, "Kenapa tungkaimu tidak bisa segaris dengan kaki?"
Tiffany Sheria terdiam sejenak dan kembali berkata dengan wajah menunduk, "Senior, kakiku yang ini memang seperti ini sejak aku lahir."
Sontak aku merasa kaget mendengar jawaban Tiffany Sheria. Muncul sedikit rasa bersalah di hatiku karena telah menyinggung hal yang sedikit berbeda pada anggota tubuhnya. Dan kemudian aku pun berkata, "Maaf, Tiffany. Aku tidak bermaksud apa-apa. Aku hanya ingin melatihmu agar gerakanmu sempurna. Tapi karena kondisinya seperti itu, ya sudah. Bukan masalah besar. Saat menari tidak terlihat. Hanya saja mataku terlalu jeli hingga melihatnya sedikir berbeda. Sorry."
"Tidak apa-apa, Senior. Aku mengerti." Tiffany Sheri menanggapinya dengan senyuman.
"Oke, kalau begitu kamu ulangi gerakannnya beberapa kali. Kemudian kita lanjutkan besok."
"Baik, Senior."