BAB 07 - DANCE OF LOVE

2025 Kata
DOL.07 AKU MEMILIHNYA TIFFANY SHERIA  "Tiffany, apa sore ini kamu ada waktu? Kamu tidak ada kelas tambahan kan?" Brenda yang sedang berdiri di sampingku bertanya padaku dengan suara rendah saat Senior Rei memberi pengarahan di depan kami semua. Aku menoleh pada Brenda dan berbalik bertanya, "Memangnya kenapa, Brenda?" "Bagaimana kalau sepulang kelas ballet dance nanti kita pergi makan bersama? Hari ini adalah hari ulang tahun Becky. Ia mengajak kita makan di luar bersama setelah kelas selesai." "Baiklah. Semoga saja Senior Rei tidak menahanku lagi." Saat aku sedang berbincang bersama Brenda dengan suara rendah di barisan paling belakang, tiba-tiba Senior Rei yang dari tadi berbicara di depan memanggil namaku dan Brenda, "Brenda, Tiffany, apa kalian mengerti apa yang aku katakan?" "A-apa Senior?" Brenda berbalik bertanya dengan gugup. Dan aku bertanya dengan wajah kebingugan, "Ada apa, Senior?" "Apa kalian tidak mendengar pembicaraanku dari tadi?" Belum sempat kami menanggapi pertanyaannya Senior Rei kembali besuara, "Saat aku bicara, kalian jangan lengah dan juga ikut berbicara di belakang. Karena aku tidak suka mengulang pembicaraan. Brenda, kamu ikut serta dalam pertunjukan The Nutcracker. Silahkan cari rekan-rekanmu. Peserta kelompok sudah di umumkan di papan pengumuman." "Baik, Senior." Brenda menjawab dengan wajah menunduk.  Kemudian Senior Rei menoleh padaku dan kembali berkata, "Dan kamu Tiffany, setelah kelas ini selesai kamu harus mengikuti kelas tambahan." Aku hanya diam menunduk dan tidak menanggapi ucapan Senior Rei. Saat ini aku sangat kesal padanya. Kenapa selalu aku yang ia perhatikan? Apa ia sedang menargetkanku? Kemarin ia telah menyuruhku untuk ikut kelas tambahan di saat semua orang sudah pulang. Hari ini ia juga menyuruhku seorang untuk ikut kelas tambahan. Apa ia sedang tidak waras? Padahal aku juga ingin ikut pergi bersama teman-temanku sepulang dari kelas ballet ini. Awalnya aku berpikir dengan belajar bersama asisten dosen akan membuat kelas menjadi longgar, karena umur kami hanya berbeda beberapa tahun. Tapi ternyata asisten dosen yang satu ini malah lebih disipilin dibanding dosen yang sebenarnya. Ya, Tuhan... Aku tidak menyesal jika Engkau mengirim asisten dosen setampan ini. Tapi kenapa Engkau mengirim asisten dosen sedisiplin ini? Bahkan ia lebih disiplin di banding Madam Jean, ucapku membatin. Saat aku bicara pada diri sendiri di dalam hati, Brenda kembali bicara dengan suara setengah  berbisik. "Tiffany, Senior Rei menyuruhmu mengikuti kelas tambahan. Bagaimana dengan acara nanti?" "Aku akan pergi. Aku akan mencari akal untuk bisa kabur, Brenda." aku menjawab dengan yakin. "Oke... Oke..." Setelah mengatakan hal itu, aku kembali memfokuskan pandangan pada Senior Rei yang masih berbicara di depan. "Oke. Sekarang kita mulai kelasnya. Mark, Loly dan Brenda, kalian yang tampil hari ini sebelum kita memulai kelas." Mark, Loly dan Brenda adalah mahasiswa yang menampilkan beberapa gerakan di 30 menit awal kelas hari ini, sesuai dengan aturan yang telah dibuat Senior Rei. Setelah mereka tampil di depan kami semua, kami pun memulai kelas ballet dance bersama. Sore ini, Senior Rei mengajarkan beberapa gerakan tari yang sering membuat kami para penari pemula merasa kesulitan. Ia mengajarkan teknik menari yang singkat dan mudah untuk dipraktikan tanpa keluar dari teknik dasar. Jika diperhatikan dari penampilannya yang terlihat begitu tenang dan gentle tanpa ada unsur feminitas, tidak akan ada orang yang menyangka bahwa seorang Senior Rei bisa menari ballet. Dari perawakannya yang cool, minim bicara dan suka menyendiri, ia seperti sosok misterius yang membuat orang selalu penasaran tentangnya. Selalu tampil menarik dengan selera fashion yang sporty dan stylish, ia menjadi seorang mahasiswa  yang sangat mencuri perhatian sekampus Tisch ini. Ia yang berwajah tampan, berpenampilan menarik serta memiliki segudang prestasi, tidak heran jika sangat banyak wanita di kampus ini menyukainya dan jatuh cinta padanya. Termasuk diriku yang sering dibuat kesal olehnya. Kelas ballet dance hari ini berjalan dengan lancar selama 3 jam dengan beberapa kali jeda. Karena kelas ini hanyalah kelas praktik dan bukan kelas teori, membuat kelas ini terasa begitu singkat walau sudah latihan beberapa jam lamanya. Selain itu, wajah Senior Rei yang tampan sebagai pemandangan utama dan cara mengajarnya yang simple, membuat kelas ballet dance terasa menyenangkan. Sehingga waktu pun terasa cepat berlalu hingga kelas ballet hari ini pun berakhir. Saat kelas ballet dance telah usai, semua teman-temanku yang akan menghadiri acara makan malam untuk merayakan ulang tahun Becky dengan segera bersiap untuk pulang. Begitu juga dengan diriku yang ingin ikut menghadirinya, aku mengemasi barang-barangku ke dalam tas yang tadinya aku letakan di sudut ruang studio. Dan di saat aku mengemasi barang milikku ke dalam tas, Senior Rei datang memghampiriku sembari berkata, "Tiffany..." "Ya, Senior." Aku menjawab sambil memutar tubuhku menghadapnya. "Kamu tunggu aku di studio ini sebentar. Aku ada keperluan." "Baik, Senior." Baru saja Senior Rei melangkah keluar ruangan, aku pun langsung melompat kegirangan. Karena akhirnya aku bisa kabur dari kelas tambahan bersama Senior Rei dan pergi bersama-sama temanku sore ini. Tapi aku tidak ingin pergi keluar studio ini dengan begitu saja. Aku harus memiliki cara sendiri agar bisa pergi keluar gedung Tisch ini tanpa ketahuan olehnya. Sehingga aku berpikir untuk melakukan penyamaran agar bisa mengelebui pria jeli itu jika nantinya kami bertemu di luar ruang studio. Aku tidak tahu Senior Rei pergi kemana dan berapa lama. Jadi akan ada kemungkinan kami bertemu di luar sana. Aku mengambil masker dari dalam tasku dan memakainya. Lalu menoleh pada Brenda yang berdiri di sampingku dan berkata, "Brenda, pinjam aku bandana mu." "Untuk apa, Tiffany?" "Tentu saja untuk dipakai, Brenda." "Oke." Ia melepas bandana yang ada di kepalanya dan memberikan kepadaku dengan wajah kebingungan.  Setelah memakai bandana itu, aku berbicara pada Shella yang juga mengambil tasnya di dekatku. "Shella, pinjam aku kacamatamu." "Untuk apa, Tiffany? Apa kamu ingin bolos kelas tambahan?" "Siapa yang ingin bolos kelas tambahan? Aku hanya ingin pergi menghadiri acara ulang tahun Becky."  "Itu sama saja, Tiffany. Apa kamu ingin dimarahi oleh Senior Rai esok hari karena kabur hari ini? Ia lebih disiplin dari Madam Jean." "Kamu tenang saja, Shella. Pinjami aku kacamatamu itu. Besok akan aku kembalikan." Sambil memberikan kacamata miliknya, Shella pun kembali berkata, "Kamu ini kenapa Tiffany? Mau kaluar studio, apa perlu memakai perlengkapan senjata seperti itu?" "Kamu tidak mengerti, Shella." Aku memakai kacamata yang baru saja ia berikan dan kembali berkata, "Aku pergi dulu ya. Aku harus pergi sebelum Senior Rei kembali. Aku tunggu kalian di depan di McD depan kampus." "Oke." Brenda menjawab dengan wajah yang masih kebingungan. Selama Senior Rei tidak ada di dalam ruang studio ini, dengan segera aku keluar studio menyelinap pergi mendahului teman-temanku yang masih ada di dalam studio. Aku berjalan keluar dari ruang studio dengan langkah tergesa-gesa. Lalu menoleh ke kiri dan ke kanan saat sampai di koridor yang ada di depan beberapa ruang studio dance untuk melihat situasi di sekitar. Saat aku tidak melihat keberedaan Senior Rei di setiap sudut koridor dan merasa aman, aku pun mengambil langkah besar menuju lift yang ada di sudut koridor sembari berbicara pada diriku sendiri dengan suara rendah, "Senior Rei tidak ada di sini. Yes!" Namun sepertinya dewi fortuna sedang tidak berpihak padaku. Saat aku baru saja sampai di depan pintu lift dan pintu lift itu terbuka, orang yang aku lihat di dalam lift adalah Senior Rei yang sedang memainkan ponselnya. Seketika aku merasa gugup melihatnya yang tiba-tiba ada di hadapanku. Aku yang telah melakukan penyamaran berpura-pura tidak melihatnya dan hendak melewatinya. Namun ia yang baru saja keluar dari lift sambil mengangkat wajahnya menyadari kehadiranku. Senior Rei yang menyadari kehadiranku, dengan segera menarik tasku  untuk menahanku yang hendak kabur darinya sembari berkata, "Hey, Tiffany! Apa kamu ingin bolos kelas tambahan?"  Dengan gugup aku menjawab, "Tidak. Aku tidak ingin bolos kelas tambahan. Aku... Aku hanya ingin pergi ke bawah sebentar untuk menemui temanku, Senior." "Ke bawah sebentar untuk menemui teman? Lalu kenapa kamu lari?" Ia berbicara sambil mengangkat sedikit sudut bibirnya menertawakanku. Aku yang merasa sedikit takut ia akan marah, saat ini bersandar ke dinding koridor dengan gugup. Kemudian sebelum aku menanggapinya, Senior Rei mendekat padaku dan bersuara di dekat telingaku, "Sebegitu takutnya kah kamu denganku?" Aku hanya berdiri dengan wajah menunduk tanpa menanggapi pertanyaannya. Kemudian Senior Rei melepaskan tasku dan berlalu pergi meninggalkanku yang saat ini masih berdiri dengan perasaan gugup dan jantung yang berdebar kencang karena ketahuan olehnya. **** REI MAXWELL "Rei, bagaimana dengan kelas ballet dance yang kamu ajar?" Madam Jean yang saat ini duduk di kursi kerjaranya bertanya padaku yang duduk di hadapannya.  Sebenarnya Madam Jean tidak cuti total dari pekerjaannya. Meski beliau tidak lagi masuk ke dalam kelas praktik tari dan di gantikan olehku, namun beliau masih pergi ke kampus untuk mengerjakan pekerjaan di kantor Tisch of the Arts. Dan siang ini sepulang dari mengikuti kelas di NYU Tandon School of Engineering yang ada di Brooklyn, beliau memintaku untuk menemuinya di kantornya yang ada di kampus NYU Tisch of the Arts, Boardway untuk membicarakan beberapa hal. "Selama aku mengajar di sana, semuanya berjalan dengan baik, Madam." "Apa kamu telah melihat mereka yang bertalenta itu?" Aku menganggukan kepala sembari menjawab, "Sudah, Madam." "Bagaimana menurutmu? Apa mereka bisa diikut sertakaan dalam acara pagelaran seni yang akan diselenggarakan beberapa bulan lagi?" "Bisa, Madam. Mereka semua memiliki talenta untuk menari dan memiliki karakteristik masing-masing." "Waktu itu aku telah memberimu daftar kelompok tari dan para pemeran utama dari tema ballet Cinderella, The Nutcracker dan Swan Lake. Bagaimana  menurutmu? Apa semuanya sudah cocok? Atau masih ada yang harus diganti?" "Untuk pemeran utamanya sudah pas, Madam. Hanya saja pemeran pedukung tarinya yang beberapa orang harus di ganti." "Siapa saja yang ingin kamu ganti, Rei?" "Pada tema Swan Lake, pemeran utamanya sudah pas. Yaitu Mark berperan sebagai Pangeran Siegfried  dan Tiffany berperan sebagai Putri Odette. Yang ingin aku ubah adalah pemeran Odile. Aku ingin yang berperan sebagai Odille adalah Brenda yang saat ini ada di kelompok The Nutcracker. Selain itu aku juga ingin menambahkan Shella, Becky dan Audrey di kelompok Swan Lake. Karena menurutku mereka yang pantas tampil di cerita bertema Swan Lake yang terdiri dari empat babak itu." "Oke. Semua hal yang berhubungan dengan pembagian kelompok dan pemeran dalam cerita kamu saja yang mengatur, Rei. Karena aku yakin, kamu sangat paham dan sudah mulai mengenal junior yang kamu ajar itu." "Baik, Madam. Terima kasih telah mempercayaiku." "Tapi, Rei... Ada tiga tema pertunjukan balet yang akan di selenggarakan. Dengan kesibukanmu setiap hari yang kuliah dengan dua jurusan, kamu tidak mungkin mengajari juniormu di ketiga kelompok itu. Aku akan meminta dua orang temanmu yang lainnya untuk membantumu. Jadi setiap kalian akan menghandle satu tema pertunjukan saja." "Terima kasih atas pengertiannya, Madam." "Kamu akan mengajar di kelompok mana, Rei?" Saat Madam Jean mengajukan pertanyaan kepadaku, dalam waktu bersamaan wakah Tiffany Sheria muncul dalam benakku. Dengan yakin aku menjawab, "Aku akan berada di kelompok Swan Lake saja, Madam." "Baiklah. Kalau begitu aku akan meminta Lysa untuk melatih kelompok Cinderella dan Rose di kelompok The Nutcracker." "Baik, Madam." "Terima kasih, Rei. Kamu telah banyak membantuku." "Sama-sama, Madam." "Sekarang kamu bisa kembali melakukan kegiatanmu. Beberapa jam lagi juga akan masuk kelas." Aku tersenyum pada Madam Jean dan kembali berkata, "Baik, Madam. Kalau begitu, aku permisi dulu." "Silahkan, Rei." Madam Jean mengangguk sambil membalas senyumanku. Aku melangkah dengan pasti keluar dari ruang Madam Jean. Ruang Madam Jean ada di lantai dasar kampus Tisch of the Arts. Setelah aku kelaur dari ruangan beliau dan berjalan di lobby gedung Tisch, aku yang biasanya bertemu dengan Tiffany Sheria di studio saat jam ballet dance, kini bertemu dengannya lebih awal. Sepertinya ia akan mengikuti kelas lain sebelum mengikuti kelasku. Namun saat kami bertemu di lobby, ia malah terlihat kaget melihat kehadiranku. Melihatnya yang tiba-tiba menghentikan langkah seolah hendak menghindariku, membuatku ingin menghampirinya. Aku berjalan ke arahnya yang saat ini berdiri di dekat pintu masuk lobby. Dengan gugup ia bersuara sambil mengulurkan tangannya, "Eh... Eh... Berhenti!" Dengan santai aku berkata, "Ha? Bukankah ini adalah murid baruku? Tiffany kan?" "Murid baru? Apa maksud Senior?" Aku tersenyum tipis padanya dan menjawab, "Tidak perlu banyak tanya. Kedepannya jangan bolos lagi. Seringlah mengikuti kelasku agar kamu menjadi penari yang baik. Karena aku yang akan menjadi pelatihmu di kelompok Swan Lake." "Tapi..." "Sudahlah, jangan banyak bicara. Bergembiralah, berlatih dengan baik dan semangat!" Tiffany Sheria terlihat sangat kesal kepadaku. Namun aku tidak mempedulikannya dan berlalu pergi meninggalkannya yang menatapku dengan tubuh mematung. Tidak tahu kenapa aku merasa begitu senang karena akan lebih sering bertemu dengannya setelah ini. Diantara semua pilihan yang aku miliki, aku memilihnya sebagai wanita yang boleh singgah dalam pikiranku.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN