DOL.08 KITA AKAN TERHUBUNG DI DUNIA INI
TIFFANY SHERIA
Latihan menari setiap sore hari cukup membuat tubuhku merasa lelah. Setelah kabur secara diam-diam dari Senior Rei dan pergi makan malam bersama teman-temanku di acara ulang tahun Becky, aku pun pulang ke apartemenku bersama Brenda untuk beristirahat. Aku yang sudah pulang ke apartemenku, membersihkan diriku dan mengganti pakaianku. Setelah itu aku pun duduk dengan santai di atas tempat tidur sambil membaca buku materi kelas akademik yang akan aku hadiri esok pagi.
"Tiffany, bagaimana pendapatmu tentang Senior Rai?" Brenda saat ini ada di dalam kamarku bertanya padaku.
Aku berhenti membaca sejenak dan menjawab, "Menurutku ia seperti tentara."
"Hahahahahah..." Spontan Brenda tertawa terbahak-bahak mendengar jawabanku. Kemudian ia kembali berkata, "Kenapa kamu menyamakan Senior Rai dengan tentara. Jelas-jelas seorang dancer dengan tentara sangat jauh berbeda."
"Bagaimana tidak? Ia selalu menyuruhku latihan tambahan di luar jam kuliah yang sebenarnya. Dan yang mengikuti kelas ballet tambahan itu hanya aku. Padahal masih banyak mahasiswa yang lain. Aku juga ingin bebas seperti kalian. Untung saja tadi sore aku bisa kabur darinya meski sebelumnya kami bertemu."
"Aku akui nyalimu cukup besar mengelabui Senior Rai yang sangat disiplin itu, Tiffany. Ia lebih disiplin dibanding Madam Jean."
TING!
Saat kami sedang berbincang-bincang, tiba-tiba ponselku berbunyi pertanda ada pesan masuk. Dengan segera aku meraih ponselku yang ada di atas tempat tidur. Lalu aku membaca pesan yang masuk ke dalam grup kelas Tisch Dance (Tingkat I).
Madam Jean telah menambah +1646xxxxxxx
"Ini Rei Maxwell, asisten dosen yang mengajar di kelas ballet dance tingkat pertama menggantikanku untuk sementara waktu. Semuanya, ayo beri sambutan."
-Madam Jean-
TING!
"Selamat datang, Senior Rai."
-Audrey-
TING!
"Senior Rai, kami sangat senang akhirnya Senior ada di grup ini."
-Mark-
TING!
"Hallo Senior Rei, senang bisa latihan ke depannya bersama Senior."
-Shella-
TING!
"Rai dan Rei. Aku jadi bingung. Nama Senior sebenarnya apa? Rai atau Rei?"
-Becky-
TING!
"Senior kelahiran tahun berapa?"
-Lily-
TING!
"Senior, apa Senior sudah memiliki kekasih? Jika belum, bolehkah kita pergi kencan saat weekend?"
-Shella-
TING!
"Senior, hobby nya apa?"
-Ericka-
TING!
"Senior alamtnya dimana? Kapan-kapan bolehkah aku mampir?
-Riry-
TING!
"Senior, bisakah jam kelas ballet dance-nya ditambah? Agar aku bisa melihat ketampanan Senior lebih lama. Hehehe..."
-Richa-
TING!
"Senior, bolehkah kami meminta fotomu? Send picture."
TING!
"Senior, apa zodiac mu?"
TING!
"Senior, kenapa Senior hanya diam? Kami butuh jawaban. (sad emoticon)"
TING!
(Picture) (Picture) (Picture) (Picture) (Picture)
-Riry-
Aku merasa kaget saat Riry teman sekelasku mengirimkan pesan berisikan foto Senior Rei yang diambil secara candid. Foto candid yang dikirimkan oleh Riry itu semuanya berlatar belakang suasana kampus. Seperti Senior Rei yang sedang berjalan di lobby kampus, Senior Rei sedang memilih buku di NYU Bookstore, Senior sedang makan di McD, dan foto Senior Rei yang sedang berjalan di pedestrian. Semua foto itu terlihat seperti foto yang di ambil oleh seorang paparazzi.
TING!
"Ugh... This is my angel (love emoticon)"
-Audrey-
TING!
"Senior Rai benar-benar tipeku."
-Brenda-
TING!
"Sudah... Sudah... Mungkin Senior Rei sudah tidur. Sekarang waktunya kalian istirahat."
-Madam Jean-
TING!
"Baik, Madam. Good night, Senior."
-Becky-
TING!
"Good night, Babe. Sweet dream."
-Shella-
"Good night, all!"
-RM-
TING!
TING!
TING!
TING!
TING!
Semua teman-temanku yang ada di grup Tisch Dance (Tingkat I) menyambut Senior Rei dengan hangat. Seolah grup kami ini kedatangan seorang selebriti papan atas yang patut untuk disapa. Ya, tidak bisa aku pungkiri jika ia memang sangat populer di kampus NYU Tisch of the Arts. Sehingga semua mahasiswa wanita yang ada di grup kelasku menghujaninya dengan berbagai pesan dan pertanyaan yang kadang menjurus ke urusan pribadi. Tak satu pun pesan yang dikirimkan oleh teman-temanku dibalas oleh Senior Rei. Kecuali hanya ada pesan ucapan selamat malam yang ia kirimkan di tengah keributan grup sebelum kembali menghilang. Dan Senior Rei tidak mencantumkan namanya pada kontaknya, kecuali hanya ada inisial "RM" tanpa ada foto profil kontak. Benar-benar pria yang aneh.
Aku telah mengetik pesan penyambutan yang hangat dengan menambahkan emoji hati, lalu menghapusnya karena aku rasa pesan itu terkesan mencolok. Dari tadi aku sudah berulang kali mengetik pesan penyambutan kepada Senior Rei di grup kelas. Namun juga berulang kali aku menghapusnya. Meski jika bertemu ia selalu membuatku kesal, tapi aku tetap menyukainya. Apalagi melihatnya yang tidak banyak bicara dan sangat tertutup di grup, membuatku semakin penasaran padanya.
"Tiffany, kenapa kamu selalu mengetik tapi tidak mengirim pesan?" Brenda yang saat ini juga sedang melihat grup kelas bertanya padaku.
"Aku... Tidak. Aku hanya membaca pesan yang dikirimkan oleh teman-teman saja." Aku menjawab dengan sedikit gugup. "Brenda, apa menurutmu Senior Rei adalah orang yang sombong? Teman-teman semuanya menyapanya dengan begitu ramah. Bahkan menggodanya di grup kelas. Tapi ia hanya membalas dengan ucapan selamat malam. Benar-benar pria yang aneh."
"Mungkin saja Senior Rai seorang yang pemalu. Atau ia mungkin ia adalah orang yang sibuk sehingga tidak mempedulikan pesan masuk kecuali pesan penting."
"Ya, mungkin saja."
Setelah berbicara pada Brenda yang saat ini tengah duduk santai sambil memainkan ponselmya di sofa yang ada di dalam kamarku, aku pun memeriksa member grup kelas yang ada di aplikasi chatting d ponsellku. Langakah pertama aku mengisi informasi kontak. Lalu aku mengirim permintaan pertemanan dan mengirimkan pesan penyambutan kepada Senior Rei seolah kami baru kenal.
"Aku Tiffany. Dari kelas Tisch Dance Tingkat I. Aku adalah wanita yang Senior tabrak di McD beberapa hari yang lalu. Masih ingat tidak?"
-Tiffany Sheria-
Lima belas menit kemudian...
Aku memandangi ponselku dan permintaan pertemananku kepada Senior Rei yang belum ia konfirmasi. Kemudian aku menoleh pada Brenda dan bertanya, "Brenda, apa Senior Rei sudah mengkonfirmasi permintaan pertemananmu?"
"Sudah..." Brenda menjawab dengan senyum lebar memamerkan ponselnya padaku.
Kenapa ia belum mengkonfirmasiku? Apa Senior Rei tidak menyukaiku? ucapku membatin dengan perasaan sedikit kecewa.
Aku terus membaca buku yang ada di tanganku sambil sesekali melihat ponselku. Lalu aku melirik pada jam dinding, hari sudah menunjukan pukul 12 malam dan belum ada tanda-tanda permintaan pertemananku dikonfrimasi. Sudah larut malam, kenapa ia belum konfirmasi? aku bertanya dalam hati sambil menatap layar ponselku.
TING!
Tidak lama kemudian, di saat aku lengah, ponselku pun tiba-tiba berbunyi pertanda ada pesan masuk. Seketika jariku kaku melihat nama RM muncul di layar ponselku sebagai pengirim pesan. Saat aku membuka pesan tersebut, aku tidak melihat pesan teks yang ia kirimkan kecuali pesan suara.
(Pesan Suara)
-RM-
Aku menyentuh simbol pesan suara itu dan mendengarnya, "Ya, aku tahu."
Seketika hatiku menghangat mendengar suaranya yang enak di dengar itu. Aku sangat suka mendengar suaranya yang begitu tenang. Namun aku juga sangat kesal jika bertemu dengannya. Karena ia selalu bersikap sesuka hatinya saat berhadapan denganku. Bahkan menargetkanku menjadi orang yang selalu ia tegur di saat kelas ballet dance berlangsung.
Setelah mendengar suaranya yang menenangkan beberapa kali, rasa ingin tahuku tentangnya pun semakin bertambah. Aku menyentuh layar ponselku dan membuka profil kontaknya. Kemudian aku memeriksa wall kontaknya yang berisikan beberapa moment. Tidak ada foto tentang dirinya, namun ada beberapa video tumpukan buku dan suasana studio dance kosong yang tidak aku ketahui lokasinya.
****
REI MAXWELL
Aku yang telah beberapa hari mengajar di kelas ballet dance, malam ini diundang oleh Madam Jean bergabung di grup chatting dari Tisch Dance (Tingkat I). Hal ini dilakukan agar mempermudahku untuk menghubungi adik tingkatku dan juga memberi informasi dari mereka. Baru saja aku bergabung ke dalam grup chatting tersebut, banyak juniorku yang menyambutku dengan sapaan ramah. Mereka tidak hanya menyapaku, tapi juga menghujaniku dengan berbagai pertanyaan yang menjurus ke masalah pribadi.
Aku hanya membaca pesan yang mereka kirimkan, namun tidak membalasnya. Karena aku tidak akan pernah menanggapi pertanyaan orang-orang yang menanyakan masalah pribadiku. Meski aku memiliki banyak kenalan, tapi aku tidak memiliki banyak teman. Aku adalah pribadi yang tertutup, dan tidak mudah untuk memasuki zonaku. Karena aku bukanlah tipe orang yang suka mengumbar kehidupan pribadiku kepada orang lain, sehingga aku memilih untuk sering menyendiri. Kalau pun aku bertemu dan berbincang dengan teman-temanku, aku akan mebicarakan hal yang umum dan sewajarnya. Bahkan di kampus tempat aku belajar, tidak ada yang mengetahui bahwa aku memiliki saudara kembar kecuali Jason yang merupakan teman dekatku. Begitulah saking tertutupnya aku.
Dari semua pesan yang masuk ke dalam grup chatting, banyak junior wanita yang menyapaku dan menggodaku dengan berbagai cara. Aku hanya diam dan merasa geli membaca pesan tersebut tanpa menggubrisnya. Namun aku akan selalu tersenyum sendiri setiap kali orang-orang yang menyapaku dengang panggilan yang membingungkan. Mereka terlihat sulit dalam membedakan mana yang 'Rai' dan mana yang 'Rei'. Sehingga memanggilku yang sebenarnya adalah Rei Maxwell menjadi 'Rei' atau 'Rai'. Namun tidak masalah bagiku, karena pada dasarnya Rai dan Rei itu sama, meski orangnya berbeda.
Aku melihat nama-nama member grup yang merupakan adik tingkatku yang telah mengirimkan pesan. Namun aku tidak menemukan nama Tiffany Sheria yang menyapaku. Hingga akhirnya aku pun melihat pada layar ponselku permintaan pertemanan dari kontak yang bernama 'Tiffany Sheria'. Melihat namanya muncul di layar ponselku sebagai pengirim pesan dan orang yabg telah menambahkanku dalam daftar teman, membuat hatiku pun merasa senang.
Aku tidak langsung mengonfirmasi kontaknya sebagai teman pada kontakku. Tapi aku memilih untuk membaca pesan darinya terlebih dahulu.
"Aku Tiffany. Dari kelas Tisch Dance Tingkat I. Aku adalah wanita yang Senior tabrak di McD beberapa hari yang lalu. Masih ingat tidak?"
-Tiffany Sheria-
Membaca pesan darinya membuatku tersenyum. Apalagi ia mengungkit kembali saat pertama kalinya kami bertemu dalam jarak yang begitu dekat dengan cara yang kurang mengenakan. Dimana saat itu aku yang sedang sibuk menelepon dan ingin memesan makanan, tanpa sengaja menabraknya yang saat itu juga sedang tidak fokus berjalan. Aku masih ingat, moment pertama kali aku bertemu dengannya adalah saat aku melihatnya sepintas di koridor depan studio dance saat aku selesai latihan. Sedangkan pertemuan keduaku dengannya adalah pertama kalinya aku melihat wajahnya dari dekat. Pertemuan kedua yang tidak disengaja dan terkesan konyol ini sangat membekas dalam ingatanku. Bahkan aku juga mengingat waktunya, yaitu jam 12 menit 12 waktu New York. Waktu dengan angka yang cantik untuk bertemu wanita yang cantik.
Aku yang baru saja selesai membaca pesan yang dikirimkan oleh Tiffany Sheria, ingin membalasnya dengan pesan suara. Aku merekam suaraku beberapa kali, namun tidak jadi mengirimnya karena merasa tidak percaya diri. Setelah merekam suara beberapa kali, akhirnya aku pun mendapatkan suara yang pas untuk dikirim pada Tiffany Sheria. Aku mengkonfirmasi pesan permintaan pertemanannya itu, lalu mengirmkan pesan suara kepadanya
"Ya, aku tahu." Aku kembali memutar rekaman pesan suara yang baru saja aku kirimkan pada Tiffany Sheria.
Kemudian aku tersenyum sendiri melihat layar ponselku yang berisikan pesan masuk dari Tiffany Sheria sambil berkata dalam hati, mulai sekarang kita akan terhubung di dunia ini.