Mama Kana bilang, Panji akan segera pulang. Namun, setelah telfonan waktu itu hingga sebulan lagi berlalu, Panji tetap tak kunjung pulang. Niat hati, Jani ingin sekali berpikir positif. Sayangnya, dia sensitif sekali hingga apa-apa, rasanya tidak enak kalau tidak pakai menangis. Orang-orang di rumah saja jadi khawatir kalau Jani terlalu stress memikirkan Panji. Ya mau bagaimana lagi tidak dipikirkan pemirsa? Panji adalah suaminya. Papa dari calon anaknya kelak. Sudah pasti Jani mengkhawatirkan pria itu. Bagaimana keadaannya sekarang, morning sicknya masih parah atau tidak. Bahkan, Jani tidak tahu apakah Panji sudah mengetahui kehamilannya atau belum. Dia ingin sekali menyusul Panji dan mengatakan kabar bahagia ini kepadanya. "Kak sarapan dulu, ya?" Bu Intan menghampiri Jani yang tenga