Waktu terus berjalan sebagaimana mestinya. Vivi sudah dipulangkan ke rumah orang tuanya. Lantas diantar ke tempat peristirahatan terakhir oleh orang-orang yang masih mampu berdiri dengan tegak mengantarnya sampai akhir. Sementara Panji yang sudah mengakui keberadaannya, pulang ke rumahnya sendiri. Mendekap mamanya dan membisikkan sesuatu yang menenangkan di telinga wanita paruh baya itu. "Bang?" "Iya, Ma." "Mama nggak lagi mimpi, kan?" Bu Hana bertanya pelan. "Kenapa saat Abang pulang malah Adek yang pergi? Dia masih kecil. Banyak susahnya daripada senengnya." Panji memejamkan matanya dalam-dalam, kemudian mengusap bahu mamanya lembut. "Mama nggak mimpi. Ini Panji, Ma. Dan Vivi sudah tenang di sana. Mama yang ikhlas." "Mama nggak tega sama Bu Intan." Bu Hana malah menangis lagi. "D