Alula hanya tersenyum. “Nangis di depan dosen, takut nilai saya yang biasanya A, terjun bebas jadi C. Dari A, alim dan anggun, jadi C, cengeng.” Keduanya lantas tertawa. Lutfan mengirim pesan kepada sang ibu ketika mobil berhenti di lampu merah. [Bu, tolong panggilkan tukang urut perempuan. Buat mijat Alula. Dia terjatuh tadi. Ini aku sudah perjalanan pulang.] Lutfan juga membuka botol air mineral dan memberikan kepada Alula. “Terima kasih.” Alula menerimanya. Sepanjang perjalanan, keduanya asyik mengobrol ngalor-ngidul. Keduanya seperti mendapat teman bicara yang satu frekuensi. Hingga kemudian, mereka sampai di sebuah rumah sederhana. Rumah bergaya Jawa kuno dengan halaman luas itu banyak terdapat banyak jenis pohon dan bunga. Terlihat begitu asri. “Masyaallah, ini keren sekali,”