Alula terdiam. Sejurus kemudian, ia terbahak-bahak. “Ibu jangan konyol, deh. Nggak mungkin pria galak gitu deketin aku. Siapalah aku ini, Bu.” “Yakin dia galak? Tapi sepertinya baik dan sabar.” Alula terdiam, lalu mengangguk. “Iya, sih. Tapi kayaknya nggak mungkin. Hubungan kami hanya formalitas dosen dan mahasiswa. Ibu ini ada-ada aja. Lagian, aku masih trauma." “Siapa tahu, kan? Bagaimana kalau dia suka sama kamu?” "Nggak mungkin!" "Mungkin saja. Bu Nur juga sayang gitu sama kamu." “Ibuu, udah, ah. Aku mau ke kamar dulu. Eh tapi, ini tadi interogasinya udah aja ya?" Jannah mengangguk. “Udah. Sana istirahat.” Alula mengedipkan satu mata, kemudian berlalu dari sana. Ia sama sekali tidak terpengaruh dengan ucapan Jannah. Pun tidak terlalu memusingkan itu. Baginya, Jannah hanya meng