Tanpa menunggu persetujuan Alula, Lutfan melenggang menuju masjid. “Ck, dasar tukang maksa.” Alula pun berjalan memasuki area taman. Sementara dari masjid, suara qiraat terdengar mengalun syahdu dan menggetarkan kalbu. Sebenarnya bisa saja mereka melanjutkan perjalanan karena panti sudah dekat. Namun, entah apa yang membuat Lutfan sangat suka menahan Alula. Di taman, gadis itu mengedarkan pandang. Banyak makanan dijajakan di taman tersebut. Pilihannya jatuh pada penjual es degan. Dengan langkah pelan, Alula menghampiri penjualnya. “Bu, saya pesan satu nggak usah pakai es.” “Siap, Mbak.” “Ada orang salat Jum’at kedainya nggak tutup, Bu?” tanya Alula. “Enggak, Mbak. Hanya saja saya nggak melayani kalau yang beli laki-laki. Kebanyakan yang beli juga para perempuan dan anak kecil yang