Jannah menghela napas berat, lalu mengeluarkannya pelan. Ia paham dengan perasaan anak asuhnya ini, tetapi bagaimanapun juga tidak baik jika Alula masih memikirkan Frengki. Keadaan sudah tidak sama lagi. ”Alula, Sayang. Dosa hukumnya jika memikirkan suami orang. Belajar, ya. Dia sudah punya istri, biar dipikirkan istrinya. Entah di mana dan kenapa, nggak usah lagi peduli. Sekarang kamu hanya harus fokus melupakan. "Tapi, Bu firasatku nggak–" "Nggak ada tapi-tapi. Entah kamu mikir Ibu ini kejam atau apa terserah. Tapi Ibu galak gini demi kebaikanmu. Jangan jadi wanita menya-menye yang masih mengharapkan mantan, dikasih janji manis sedikit aja luluh. Jadilah wanita berwibawa dan badas. Mantan, libas." Pelan, akhirnya Alula mengangguk. "Ya sudah, biar Ibu yang bawa bukunya dan yang buat