30

1102 Kata

Akrobat yang Vero lakukan sukses membuat calon penerus tahta Husodo itu tampak seperti mumi. Tangan dan kakinya terlilit perban, begitu juga dengan kepala berbalut plester. Perbedaan mereka hanya terletak pada ajal yang tak kunjung menjemput Vero. "Hiks!"  Vero trauma. Seumur hidupnya ia tidak akan sudi lagi menaiki kursi roda. Ia lebih baik ngesot, mengepel lantai untuk sampai ditempat tujuan. "Mommy Abang pengen kencing."  Sial! Rahangnya terasa kaku dan sulit dibuka. Vero ingin menangis, tapi ia malu. Stefany sedari tadi memandangnya dengan pandangan mencemooh. Keaktifannya berbuah celaka. Niat menyelamatkan sang mommy, ia justru menganiaya dirinya sendiri. Untung tidak disapa para malaikat di alam baka. Mellia mendekat, membawa pot urinal yang dirinya ambil dari kamar mandi. “Mom

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN