Part 24

1132 Kata

"Kenapa kamu juga ikut menangis, Rana?" Aku menyentuh sudut mataku, dan ternyata benar, air mata menggenang disana, dan saat aku mendongak, aku mendapati Rafli yang tengah tersenyum geli melihatku sekarang ini. Sungguh perubahan mood yang cepat, beberapa saat lalu laki-laki segarang dirinya meneteskan air mata mengenang Ibunya, dan detik berikutnya kini dia mentertawakanku yang terlarut dalam sedih mendengar ceritanya. Kupukul bahu itu kuat, mencebik kesal karena dia mentertawakanku. "Aku sedih tahu, Raf. Ini malah diketawain." Bukannya mengurungkan tawanya, tawanya justru semakin menjadi, seolah dia tidak pernah menceritakan kenangan yang menyakitkan. Tapi sungguh, mendengar tawanya yang menunjukkan jika dia baik-baik saja jauh lebih menenangkan untukku daripada melihat sosoknya yang

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN