Rafli side "Lo kelihatan bahagia banget, Raf." "Biasanya, calon penganten mah glowing, shimering, splendid." "Dih, si Beast akhirnya bisa nikah sama pujaan hatinya.“ “Dah nggak sembunyi-sembunyi sama ngumpetya kalo man lihat gimana cantiknya Bu Dokter yang senyumnya bikin ginjal bergetar." Baru saja aku duduk bersama sahabatku di sebuah Cafe tidak jauh dari Batalyon, dua orang berwajah tengil ini sudah menyapaku dengan hebohnya. Tapi seheboh dan sememalukan mereka, tetap saja pertanyaan tersebut membuatku tersenyum juga. Bagai-mana tidak, semua yang mereka katakan memang benar. "Makanya cepat nyusul, perasaan dari dulu yang jomblo gue, kenapa sekarang jadi gue duluan yang ngasih undangan pernikahan?" Jawabanku yang menohok dua laki-laki yang kini berdinas di luar Jawa ini langsung

