Dana Pov Suara panggilan dihape Om Aris yang tiba - tiba membuatku menunda sesaat untuk bicara. Ini keberuntungan, paling tidak aku masih bisa menghirup oksigen untuk menetralkan degup jantung yang tiba-tiba terasa lebih cepat, ada rasa bersalah dan rasa takut jadi satu saat ini. Bagaimana kalau om Aris tidak terima dengan pengakuanku nanti? Bagaimanakah nasib percintaanku selanjutnya? Lagi pula ini rasanya terlalu cepat dan diluar rencanaku semua, hanya karena foto Ana di laptopku tadi membuat semua yang aku rencanakan berubah, duh keadaan ini menguntungkan atau nggak sih? "Apa tadi Dan, mau ngaku apa?" Suara om Aris membuatku menoleh. Aku sampai tidak sadar om Aris sudah selesai menelpon, walaupun sambil bertanya dia masih mengetikkan sesuatu dihapenya. "Ehm soal Ana dan saya dimasa