Emran tentu saja kaget mendengar ucapan Ary barusan, dia mengusap punggung Ary yang kini masih berada dalam pelukannya, lalu dia menggiring Ary untuk duduk dipinggir tempat tidurnya. "Ada apa? Ceritakan dulu sama aku kamu tuh kenapa kok tiba-tiba datang minta dihamili?" "Nggak ada jalan lain Om, mereka tidak setuju dengan hubungan kita," isak Ary. Emran menarik tipis garis bibirnya, ini yang dia khawatirkan. "Tapi tidak begitu juga caranya sayang, itu bukanlah jalan keluar tapi justru menggali lubang untuk kita sendiri." "Aku nggak yakin mereka berubah kalau kita hanya menunggu restunya Om. Kalau nggak Ayo kita nikah, aku ikut Om pulang ke Medan," ucap Ary masih sambil tersedu-sedu. Emran begitu teriris hatinya mendengar ucapan Ary. Sangat terasa olehnya bahwa Ary sangat menginginkan