"Kamu jahat, Noah! Bisa-bisanya kamu mengkhianatiku dengan nenek peyot itu! Padahal, dari segi apapun, masih cantik dan seksi aku kemana-mana! Hiks, hiks" Seina pun keluar dari kantor Noah, dan melajukan mobilnya tanpa arah. Air mata terus mengalir di pipinya, mengaburkan pandangannya. Kepalanya penuh dengan pikiran tentang apa yang baru saja ia lihat. “Noah… aku sudah mencoba mempercayaimu,” gumam Seina dengan suara gemetar. “Tapi kamu malah mengkhianatiku aku seperti ini. Bukankah kamu yang marah-marah saat aku dekat dengan Nico? Lalu sekarang apa? Kamu malah asyik pangku-pangkuan dengan Maya! Dasar lelaki arogan!” Seina menggigit bibirnya, mencoba menahan isak tangis yang semakin keras. Tanpa sadar, ia mengarahkan mobilnya ke pantai—a tempat di mana ia selalu mencari pelarian saat me