BAB 18

850 Kata
Sultan mencari Natalia hingga kehabisan nafas. Ia tak berhasil juga menemukan istrinya. Bahaya kalau sampai Natalia salah paham. Sultan kembali mencari ke sana dan ke mari. Namun tak juga terlihat Natalia di manapun.   "Sultan." Sultan langsung menoleh. "Papa." "Kamu cari Natalia ?" "Iya, papa tahu dimana?" "Dia sudah pulang duluan katanya." "Tapi kunci mobil sama saya." "Dia naik taksi. Katanya perutnya tidak enak. Dan tidak mau ganggu kamu yang sedang bertemu dengan kawan lama." Sultan tertegun. Mungkinkah Natalia mendengar semuanya? "Terima kasih, Pa. Aku langsung pulang kalau begitu." Sultan langsung pergi menuju parkiran dan masuk ke dalam mobil.   Sepanjang jalan Sultan merasa resah. Ia begitu bodoh. Ia takut sekali Natalia marah dan pergi meninggalkannya. Ia tak mau Natalia salah paham.   Sultan langsung membuka pintu mobil saat tiba di rumah. Ia langsung berlari menuju kamar. Pintu kamar tertutup. Sultan mengatur nafasnya sejenak. Ia coba untuk mengetuk pintu terlebih dahulu.   "Nat, ini aku Sultan. Boleh aku masuk?" Sultan diam menunggu jawaban. "Nat, aku mohon, ijinkan aku masuk." Natalia mendengar itu. Ia mendekat ke arah pintu. Ia meraba pintu di mana ada suaminya. "Nat, aku tahu kamu dengar aku kan? Aku mohon Nat. Buka pintunya." "Untuk apa, Sultan?" Tanya Natalia akhirnya. Sultan tersentak. Untuk apa? "Nat, aku suamimu, aku tidak mau jika sampai kamu salah paham." "Kenapa kamu takut aku salah paham?" Sultan diam lagi.   "Karena aku...." Sultan diam. Tenggorokannya serasa sakit. "Karena apa?" "Karena, aku mencintaimu, Nat."   Natalia tersentak. Ia langsung menyentuh jantungnya. Jantung yang mendadak berdetak dengan cepat. Hati-hati nya berbunga-bunga seketika. Bibir yang terkatup sedari tadi mendadak ingin menyunggingkan senyum. Air mata Natalia menetes lebih deras lagi. Kali ini bukan karena sedih, tapi lebih pada bahagia.   "Nat...." Natalia membuka pintu dan langsung memeluk Sultan. Sultan tersenyum senang karena istrinya tak lagi marah. Sultan membalas pelukan sang istri dengan sama posesif nya. Ia tenggelamkan wajahnya di pundak sang istri. Mencium aroma harum tubuhnya. "Ucapkan sekali lagi." "Aku mencintaimu, Nat." "Aku lebih lebih lebih dan lebih mencintaimu, Sultan!!!" Sultan tersenyum senang. Ia menggendong Natalia. Membuat Natalia terpekik kaget. Sultan membawa masuk Natalia ke dalam kamar dan merebahkannya di ranjang. Natalia nampak pasrah.   "Sayang, jangan suka salah paham ya? Kalau memang ada yang mengganjal di hati kamu. Langsung bilang sama aku. Jangan suka mengambil keputusan sendiri lagi, paham." Natalia mengangguk. "Iya, maaf. Habis aku tadi cemburu sekali. Kamu terlihat sangat akrab dengan orang itu. Bahkan ia sangat menginginkan kamu untuk jadi menantunya. Aku sebagai istrimu kan merasa sedih melihat itu semua." Sultan menghela nafas. "Kalau kamu menganggap aku adalah suami kamu. Harusnya kamu datangi kami, genggam tanganku dan aku pastikan kamu akan aku kenalkan kepada mereka sebagai istriku."   Natalia menatap Sultan tak percaya. Ia merasa sangat di hargai. "Sungguh?" "Sungguh, sayang, aku menikahimu di depan agama dan Negara. Kenapa juga aku malu mengakui kamu sebagai istriku?" "Walaupun itu di depan mantan kamu itu?" "Di depan orang tuanya sekalian." Natalia langsung memeluk Sultan lagi. Namun, ia ingat satu hal. Natalia melepas pelukannya.   "Kenapa?" Tanya Sultan. "Ayana berhijab, aku terbuka. Apa kamu tidak malu?" "Malu? Ya aku malu." Jawaban Sultan membuat Natalia tersentak kaget. Ia menunduk kecewa dan sedih. Benarkan? Natalia hanyalah wanita m***m yang tidak bisa membuat suaminya bangga.   "Aku malu pada Allah, Nat. Aku cemburu pada pria yang melihat kemolekan tubuhmu. Aku tidak bisa menikmati mulusnya paha-mu sendiri. Aku tidak bisa menikmati jenjangnya lehermu sendiri. Aku tidak bisa menikmati wangi parfum mu sendiri. Aku cemburu, Nat."   "Kamu cemburu?" "Ya, aku cemburu." "Kenapa tidak bilang selama ini." "Karena kamu adalah Natalia. Aku tidak mengatur mu. Kamu punya pribadi sendiri. Aku tidak mau menuntut mu lebih. Aku tidak mau mengatur mu. Kamu sudah dewasa bahkan sudah punya suami. Kamu yang bisa memilih untuk diri kamu sendiri. Aku tidak mau kamu berubah karena aku. Karena jika aku membuat kamu kecewa maka kamu akan melepaskan semuanya. Namun, jika kamu berubah karena Allah maka sampai kapanpun kamu akan tetap mempertahankan itu hingga maut menjemput."   Natalia tertegun. Ia selama ini Sultan tidak pernah sekalipun memaksanya melakukan hal-hal berbau agama. Hanya sholat Sultan berani meminta Natalia untuk melakukannya. Selebihnya Sultan tak pernah menyinggungnya.   "Sultan." "Ya?" "Kalau aku berhijab, apa aku masih boleh mesumin kamu?" Sultan melongo. Otak istrinya emang 99% m***m kayanya. Mau berhijab aja yang di pertimbangkan masalah mesumnya??   "Boleh, asal di depanku. Bersamaku dan berdua saja." "Kamu posesif ya?" "Bukan posesif, tapi aku tidak mau ada yang dengar atau lihat kamu sedang goda aku." "Kenapa? Malu?" "Bukan, tapi aku tidak mau ada yang lihat aku yang langsung nyerang kamu kalau kamu mesumin aku." Natalia terdiam. Nyerang?   "Maksudnya?" "Coba m***m, nanti kamu langsung tahu maksudnya." Natalia semakin melongo. Natalia memang m***m. Tapi kalau di suruh m***m secara langsung kok jadi grogi ya? "Nat...." "Aku mendadak malu, hahaha," jawab Natalia. Membuat Sultan gemas. "Ya udah, aku mau istirahat aja. Aku capek banget." Sultan langsung merebahkan dirinya. Di susul Natalia.   Natalia yang melihat itu langsung berjalan otak mesumnya. Ia berguling dan terus berguling hingga bibirnya menempel pada bibir Sultan.   Sultan tersentak dan langsung membuka matanya. Ia melihat bibir Natalia sudah menempel padanya. Dengan cepat Sultan memeluk tubuh Natalia dan membalas ciumannya.   Mereka berciuman dengan panas dan dengan cinta untuk pertama kalinya.            
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN