BAB 8

1297 Kata
Sehari sebelum pernikahan, keluarga Sultan berkumpul di kosan Sultan. Untunglah kosan Sultan itu terhitung besar. Jadi untuk beberapa keluarga masih bisa lah di tampung. Mereka semua nampak sibuk menyiapkan hantaran untuk di bawa saat hari pernikahan.   Kosan Sultan nampak sangat penuh sekali. Sultan hanya duduk memperhatikan semuanya. "Sultan, jangan melamun, nak." Mama memperingati. Sultan hanya tersenyum ke arah sang mama yang sibuk menghias kue. "Mama buat sendiri ya?" Tanya Sultan. Mama mengangguk. "Iya dong, mau coba?" Tanyanya. "Emang boleh?" "Boleh, mama buat banyak kok." "Asik, mau dong." Sultan pun mendekat kepada sang mama dan mencomot sepotong kue. Ia memakannya dengan lahap. "Enak, Ma." "Mama gituloh."  Sultan nyengir.   "Sultan." Papa memanggil, Sultan pun langsung menghampiri sang papa. "Ya, Pa?" "Cincin sudah kamu beli?" "Iya, udah." "Berapa gram? Jangan bikin malu ya, mereka itu keluarga kaya." "Satu gram, Pa." Papa langsung melotot. "Bercanda, Pa," lanjut Sultan sebelum sang papa marah-marah. "Udah masalah itu papa tenang aja ya, aku dan Natalia sudah persiapkan kok. Dan cincin itu pilihan Natalia sendiri," jelas Sultan kepada sang papa.   "Benar ya?" "Iya, Papa." Papa pun kembali sibuk dengan kerjaan yang tadi tertunda. Sultan sebenarnya ingin bantu, tapi tak di ijinkan. Alasannya nanti berantakan semua kalau pengantin ikut bantu-bantu. Ada-ada saja.     Malam menjelang artinya sebentar lagi Sultan dan Natalia akan resmi menyandang status suami istri. Mereka akan menikah jam 9 pagi di kediaman Natalia. Sultan memang meminta resepsi di rumah saja. Tidak perlu di gedung.   Dan untunglah pak Komar adalah orang yang baik dan sederhana pula. Jadi tak harus mengikuti ego untuk pamer kekayaan saat pesta pernikahan. Cukup buat tenda di rumah saja. Kalau dekorasi bagus maka tenda itu bisa di sulap bak gedung istana.   Sultan duduk di sisi ranjang sembari melihat pakaian pengantinnya. Ia menghela nafas dan memutuskan untuk sholat malam. Agar hatinya lebih tenang menjelang pernikahan.   Sultan bersimpuh dan terus berdoa. Semoga pilihannya memang pilihan yang di tentukan oleh Allah bukan oleh nafsu setan. Ia tak mau terjebak dalam nasfu sesaat. Ia mau pernikahannya hanya sekali seumur hidupnya. Dan semoga saja setelah menikah, Sultan mampu sedikit merubah kebiasaan buruk Natalia menjadi lebih baik. Walau berhijab adalah pilihan pribadi masing-masing. Sultan tak bisa memaksakan.   Setelah di rasa cukup tenang. Sultan merebahkan diri di ranjang yang sudah di isi keluarganya. Hanya papa dan mama sih. Masih ada tempat kosong untuk Sultan merebahkan diri. Ia mencoba memejamkan matanya. Namun ternyata tak semudah yang ia fikir. Namun Sultan memaksakan diri untuk tetap memejamkan matanya.     Sultan dibangunkan oleh sang mama. Semua orang sudah siap dengan seragam batik yang Sultan beli bersama Natalia. Mereka nampak cantik dan gagah. Sultan menghela nafas karena kini saat dirinya untuk mandi dan berpakaian layaknya sang pengantin.   Keluarga sudah menunggu. Tak lama Sultan keluar. Ia sudah rapih dan bahkan sudah membawa buket bunga.   Semua keluarga takjub melihat Sultan yang nampak sangat gagah dan tampan. "Tampannya anak, Mama." Mama memuji Sultan. Tanpa sadar Sultan menyunggingkan senyumnya.   Dengan berpakaian toxedo hitam, kemeja putih dan dasi kupu-kupu. Membuat penampilan Sultan bagaikan seorang pangeran. Di tambah tinggi badannya yang menjulang. Sultan bagaikan seorang model papan atas.   "Sudah, ayo berangkat." Papa tak sabar melihat keluarganya yang alay karena mengagumi anaknya. Padahal papa juga tak kalah ganteng. Tapi tidak ada yang memujinya sedari tadi.   Merekapun masuk ke dalam mobil tak lupa memasukan semua hantaran yang mereka buat kemarin malam.     Tak butuh waktu lama. Keluarga Sultan sudah sampai di kediaman Natalia. Sultan turun dari mobil dengan debaran jantung yang semakin terasa kencang. Sumpah... Sultan gugup!!   Saya terima nikah dan kawinnya, Natalia Caroline Pradyta dengan mas kawin tersebut, tunai!!   Sultan terus mengingat kalimat yang akan ia sebutkan nanti saat akad. Jangan sampai lupa, Sultan!   Mereka masuk ke dalam tenda dan di sambut dengan meriah. Pak Komar dan Bu Amalia mengalungkan bunga melati di leher Sultan. Memeluk Sultan dan mencium keningnya. Mereka pun di persilahkan masuk ke dalam tenda perkawinan.   Semua keluarga bengong. Ini tenda loh... Kenapa terlihat megah sekali. Mereka sampai bingung membedakan mana gedung mana tenda. Karena sama persis. Hebat sekali dekorasinya.   Sultan duduk di tempat yang sudah di sediakan. Ia menunggu Natalia sembari menandatangani semua berkas pernikahan. Tak lama pembawa acara memanggil mempelai wanita. Semua orang termasuk Sultan melihat ke arah dalam. Di mana Natalia akan muncul dari sana.   Detak jantung Sultan sudah tak menentu. Ia penasaran sekaligus bingung. Penasaran dengan penampilan Natalia dengan gaun pengantin. Bingung karena ia akan resmi menjadi suami seorang Natalia.   Sultan menahan nafas saat mendengar suara ketukan sepatu. Dan semakin lama semakin jelas terdengar. Hingga Natalia muncul dengan gaun pengantin berwarna putih yang pas di tubuhnya yang langsing dan seksi. Semua orang tak berkedip pun dengan Sultan.   Riasan wajah Natalia terkesan sederhana dan natural. Rambutnya ia biarkan tergerai, tidak di sanggul atau di bentuk macam-macam. Kedua telinganya memakai anting berlian model panjang. Dan kalung berlian. Simple namun elegan. Tak lupa, Natalia juga menambah aksesoris gelang berlian di tangannya. Sangat cocok dan manis sekali.   Natalia berjalan mendekat sembari mengangkat roknya sedikit. Di bantu oleh beberapa temannya. Ia duduk di samping Sultan. Mereka nampak saling tersenyum malu-malu. Wajah Sultan jelas seperti kepiting rebus. Sementara Natalia seperti biasa, tersenyum m***m dan hendak menggoda Sultan.   Jemari Sultan yang ada di bawah meja, di genggam oleh Natalia. Membuat Sultan mendelik. "Nat...." "Kenapa?" Tanya Natalia seolah tak terjadi apa-apa. Sultan bingung dan melihat sekeliling. Tamu undangan melihat ke arah mereka berdua. Sultan tak berkutik.   Natalia menahan tawa saat merasakan jemari Sultan mulai basah karena keringat. Penghulu di depan mereka mulai memberikan nasehat-nasehat. Mereka berdua fokus mendengarkan. Hingga acara ijab qobul di laksanakan.   "Pak Komar, mau menikahkan putrinya sendiri atau perwakilan dari saya saja?" Tanya pak penghulu. "Saya yang akan menikahkan putri saya." Penghulu mengangguk dan sedikit menggeser duduknya agar pak Komar bisa berhadapan dengan Sultan.   "Silahkan, jika bapak ada nasehat yang hendak di sampaikan," ujar pak penghulu. Pak Komar mengangguk. "Nak Sultan." "Ya, Pak?" "Tolong jaga anak saya, sayangi dia, seperti saya menyayanginya. Cintai Natalia seperti kamu mencintai ibumu. Bimbing Natalia agar menjadi wanita seutuhnya. Bersabarlah dalam menghadapinya. Jangan kau marahi karena memarahi sama saja membuat jarak antara kau dan Natalia. "Saya hanya bisa mengatakan itu saja, selebihnya saya serahkan kepada kamu, sebagai calon suaminya." Sultan mengangguk. Rasanya berat sekali menjanjikan hal yang tak pasti seperti ini. Sultan melirik Natalia yang masih saja menggenggam jemarinya bahkan sekarang lebih kencang.   Sultan pasrah, ia tahu jika Natalia sedang menahan tangisnya. Rasanya tak tega juga melihat Natalia seperti ini. Sebagai seorang gadis yang akan menikah pastilah berat. Karena ia akan meninggalkan rumah keluarganya. Rumah yang membesarkannya. Ia pasti akan merindukan semua yang ada di dalam rumahnya. Tapi, semua akan berubah jika ia telah resmi menjadi seorang istri. Karena seorang istri akan ikut suami kemana pun suami pergi.   Tanpa sadar Sultan membalas genggaman jemari Natalia. Membuat Natalia tersentak dan menatap Sultan. Sultan hanya diam. Hingga ijab qobul di laksanakan.   "Ikuti setelah saya." Sultan mengangguk. Pak Komar memberikan tangannya yang langsung di Jabat oleh Sultan. Jemari Natalia menarik tangan kiri Sultan. Karena yang kanan di pakai untuk ijab qobul. Sultan menarik nafas. Satu fokus ke acara ijab qobul. Satu lagi fokus pada tangan Natalia yang menggenggam jemari kirinya dengan erat.   "Saya nikahkan dan kawinkan, Sultan Pandawara dengan anak saya, Natalia Caroline Pradyta binti Komar Prada, dengan mas kawin cincin emas 10 gram di bayar tunai!!"   "Saya terima nikah dan kawinnya, Natalia Caroline Pradyta binti Komar Prada dengan mas kawin tersebut, tunai!!"   "Sah?"   "Saaahhhhhh."   "Barrakallah... Alhamdulillah."   Semua orang mengucap puji syukur karena acara akad nikah telah selesai di laksanakan dengan lancar tanpa ada hambatan apapun. Sultan menghadap Natalia. Natalia mencium punggung tangan Sultan.   Mereka pun saling bertukar cincin. Dan Sultan di minta untuk mencium kening Natalia. Sultan menelan salivanya dengan susah payah. Ia menatap Natalia. Natalia menunduk bersiap untuk di kecup keningnya. Namun hingga leher Natalia pegal. Sultan tak juga mengecupnya.   "Sultan," bisik Natalia kesal. "Maaf, aku malu," jawab Sultan membuat semua orang tertawa. Natalia menepok jidatnya.          
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN