BAB 9

1006 Kata
Natalia menarik lengan Sultan untuk masuk ke dalam kamarnya. Semua keluarga Sultan sudah pulang dari jam 9 malam. Mereka masih tidur di apartement Sultan. Sementara Sultan sudah harus tidur bareng Natalia.   Sultan nampak canggung di dalam kamar. Sementara Natalia cuek aja. Ia mulai membuka perhiasannya satu persatu. Lalu di taruhnya di kotak perhiasan yang ia taruh di laci. Sultan hanya bisa melihat setiap gerakan Natalia tanpa berani mendekat atau mengucapkan sebuah kalimat. Kamar Natalia nampak hening.   Hingga Sultan harus buang muka, saat melihat Natalia mulai membuka gaun pengantinnya. Natalia menahan senyumnya saat melihat Sultan dari kaca riasnya. Natalia memang sengaja menggoda Sultan. Natalia melepas gaunnya dan berdiri. Menampilkan tubuh Natalia yang hanya mengenakan bra tanpa tali dan celana dalam senada.   Sultan yang tak sengaja melihat itu langsung menahan nafasnya dan buru-buru lari ke dalam kamar mandi. Untunglah kamar Natalia tersedia kamar mandi di dalamnya.   Hahahaha dasar payah. Gumam Natalia.   Sultan bersandar di pintu kamar mandi. Ia menguncinya. Sultan mencoba mengatur nafasnya agar stabil. "Sultan." Sultan terlonjak kaget. "A-apa?" Tanya Sultan gugup. "Lagi apa? Lama banget?" Tanya Natalia. Sultan mengatur nafasnya dan mencoba menenangkan dirinya. Ia mencuci wajahnya dan langsung membuka pintu. Bersikap seolah ia baik-baik saja. Natalia menatapnya dengan raut penasaran. "Abis cuci muka?" Tanya Natalia. Sultan langsung mengangguk dan melewati Natalia begitu saja.   Natalia melihat punggung Sultan dan memilih masuk ke dalam kamar mandi untuk mencuci wajahnya yang penuh makeup. Saat Natalia menutup pintu kamar mandi. Sultan langsung buru-buru membongkar tas nya dan mengganti pakaiannya dengan cepat. Ia memakai kaos dan celana pendek. Dan buru-buru merapihkan tasnya kembali. Ia menggantung pakaiannya di taruh di belakang pintu.   Sultan bingung harus apa lagi. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi jika Natalia keluar dari kamar mandi. Akhirnya Sultan memilih mengambil ponselnya dan browsing di sana. Entah apa yang ia baca. Setidaknya ia tak memikirkan hal-hal yang membuatnya mati kutu.     Natalia menatap Sultan heran. Karena sedari tadi mereka hanya saling diam. Natalia memang tidak memakai pakaian seksi. Ia hanya pakai piyama Doraemon nya. Sengaja, agar Sultan tidak kabur di malam pertama.   Tapi, kalau melihat Sultan yang acuh saja. Natalia merasa kesal juga. Masa sudah dua jam mereka di dalam kamar. Tapi tidak ada kegiatan yang mengasikan sama sekali. Dua jam Natalia menahan diri untuk tidak menyerang duluan. Tapi menunggu Sultan beraksi itu ibarat menunggu hujan salju di Jakarta.   Akhirnya Natalia bangun dan mendekat ke arah Sultan yang tengah duduk di sofa. Sultan melirik Natalia. Tapi berusaha tetap acuh. Natalia yang gemas akhirnya langsung lompat ke atas tubuh Sultan. Membuat Sultan tersentak kaget. Natalia merebut ponselnya dan langsung mencium bibir Sultan.   Sultan diam. Ia tak bergerak sama sekali. Sementara bibir Natalia mulai menjelajahi setiap inci wajahnya. Jantung Sultan sudah tak berfungsi dengan baik. Paru-paru nya apa lagi. Sultan hanya diam. Ia merasakan setiap ciuman dari bibir lembut Natalia. Tapi bingung harus apa. Mendorong tubuh Natalia tak enak, karena Natalia sudah berhak atas dirinya.   Natalia menatap Sultan dengan nafas memburu. "Kenapa tidak membalas ciumanku?" Tanya Natalia. Sultan lagi-lagi diam. "Kenapa?" Tuntut Natalia. "A-aku, bingung, Nat." Jawaban yang luar biasa. Natalia menghela nafas. Lalu menatap Sultan.   "Kamu, ijinin aku buat cium kamu kan?" Sultan bingung harus jawab apa. "Sultan?" Akhirnya Sultan mengangguk. Natalia tersenyum senang. Ia kembali memeluk tubuh suaminya. Natalia menahan tawa saat dadanya merasakan detak jantung Sultan yang seperti genderang mau perang. Hahaha   "Ke-kenapa?" Tanya Sultan bingung. "Nggak apa-apa." Natalia hanya terlalu bahagia karena ia bisa memeluk Sultan tanpa ada omelan. Sultan tak lagi mencegah dirinya menyentuh tubuh Sultan. "Kamu nggak ngantuk?" Tanya Sultan. Natalia manyun. "Mana ada malam pertama ngantuk?" Jawab Natalia. Sultan kembali diam.   "Sultan." "Apa?" "Boleh aku cium leher kamu?" Sultan langsung menelan Salivanya. "Sultan." "Eh... Aku bau, nanti kamu pingsan," jawab Sultan absurd. Natalia langsung terbahak. Tak kuasa menahan tawanya lebih lama lagi. Sultan tambah canggung saat melihat Natalia menertawakannya. Sultan mencoba bangun dari tidurannya. Natalia pun turun dari tubuh Sultan. Mereka duduk berdua di sofa.   "Nat, maaf ya. Aku nggak bisa malam ini." Natalia mengangguk. "Beneran nggak apa-apa?" Tanya Sultan memastikan. Natalia mengangguk lagi. Sultan pun bernafas lega. "Kalau gitu, aku tidur ya. Kamu juga tidur, kamu pasti capek kan?" Natalia mengangguk. Sultan bangun. Tapi Natalia masih duduk di tempatnya. "Kenapa?" Tanya Sultan bingung. "Aku capek." "Ya makanya, ayo, istirahat." "Gendong...." Rengek Natalia. Sultan melongo.   "Sultan, please, gendong." Akhirnya Sultan mengangguk dan menggendong tubuh Natalia. Ia membaringkan tubuh Natalia di ranjang. Menyelimutinya dan mengusap rambut Natalia. "Tidur ya." Natalia mengangguk. "Kamu nggak tidur?" "Tidur kok." "Tidur dimana?" "Di sofa aja." Natalia langsung melempar selimut nya. Membuat Sultan kaget. "Kenapa, Nat?" "Aku tanya sama kamu. Apa aku penyakitan?" "Nggak." "Apa aku bau?" "Nggak, Nat, kenapa sih?" "Kamu yang kenapa, kenapa kamu malah mau tidur di sofa di banding tidur di samping aku?" "Bukan gitu, Nat. Aku cuma ...." "Aku tahu kok kamu nggak mau nyentuh aku. Aku nggak masalah kok. Masih ada hari esok. Tapi aku nggak suka kalau kamu nggak mau tidur di samping aku kaya gini. Aku sebagai istri, merasa terhina!!" Teriak Natalia kesal.   Sultan pucat. Ternyata ia salah besar. Natalia tersinggung dengan ucapannya. Ia mendekat, memeluk tubuh Natalia yang hampir menangis. Mengusap lembut rambut Natalia. "Maafkan aku, ia aku akan tidur di samping kamu. Maaf ya." Natalia mengangguk. Sultan melepaskan pelukannya dan menatap Natalia.   "Jangan marah ya." Natalia mengangguk. Sultan tersenyum dan mengecup kening Natalia. Membuat Natalia tersentak kaget. "Kamu nggak malu cium aku?" Tanya Natalia. "Nggak, kan kita cuma berdua. Tadi aku malu karena banyak orang." Wajah Sultan memerah. Natalia langsung memeluk tubuh Sultan lagi.   "Makasih ya." "Iya, sekarang tidur ya." "Nggak Ml?" Seketika Sultan menahan nafas. "Sa...sabar ya... Aku...aku belum siap." "Hahahaha, kamu kaya anak perawan," ledek Natalia. Sultan memerah seketika. "Ya, nggak apa-apa Sultan, kita pelukan aja ya, please." Sultan diam. Bingung mau jawab apa. "Suami, masa pelukan juga di tolak sih?" "Ia, nggak apa-apa. Pelukan." Natalia langsung senang. Ia merebahkan dirinya dan di susul Sultan. Natalia langsung memeluk tubuh Sultan. "Peluk balik dong," pinta Natalia. Dengan ragu Sultan memeluk pinggang Natalia. Dan mencoba memejamkan matanya.   Wangi nafas mu, Nat. Aku bergairah... Tapi aku malu melakukannya... Sabar ya, Nat.  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN