BAB 11

713 Kata
Hari ini Sultan memilih pergi ke cafe bareng Natalia. Soalnya kalau kelamaan di rumah berdua Natalia jantung Sultan selalu sakit. Karena detak jantung yang tidak terkontrol. Akhirnya Sultan memberikan alasan ingin mendekor cafe milik Natalia agar cepat selesai.   Natalia pun menyetujuinya walau sebenarnya malas. Natalia lebih senang berdua di kamar dari pada di luar. Nggak leluasa nyentuh Sultan. Udah jadi suami aja masih susah di gapai. Mana masih perawan lagi Natalia. Padahal ini hari kedua mereka menikah. Masa masih malu aja sih? Heran Natalia.   Sultan membuka pintu mobil untuk Natalia. Tentu saja mobil milik sang istri. Sultan kan kere. Hanya punya sepeda motor saja. Mereka pun pergi menuju cafe milik Natalia. Natalia yang bosan karena sedari tadi hanya diam. Akhirnya memilih menggoda sang suami. Ia membuka kancing kemejanya hingga setengah. Belahan d**a bahkan bra nya terlihat sangat jelas.   "Sultan, sayang," panggil Natalia. Sultan langsung menoleh dan tersentak. Reflek Sultan mengerem mobilnya. Untunglah jalanan sedang sepi kalau ramai bisa tabrakan beruntun mereka. "Nat, kancing kan kemejamu!!" Bentak Sultan panik. "Kenapa emang?" Tanya Natalia seperti orang tak berdosa. Emang nggak dosa sih goda suami sendiri. Sultannya aja.   "Malu, nanti di lihat orang gimana?" Tanya Sultan. Sesekali melihat sekeliling. "Jangan alasan, kamu tahu mobil ku itu tidak tembus pandang dari luar." Sultan semakin melotot. Pasalnya Sultan baru tahu kalau kaca itu tidak tembus pandang dari luar. "Se-serius?" "Serius lah, aku punya harga diri kali, aku cuma mau tunjukin ke kamu doang kok." Sultan melirik sekilas belahan d**a Natalia. d**a yang tadi pagi ia sentuh dan remas.   Oh Tuhan... Wajah Sultan sudah Semerah kepiting rebus. Ia memalingkan wajahnya ke luar jendela. "Sultan," panggil Natalia. "Hmmm?" "Lihat sini dong." "Tutup dulu kancing baju mu." "Nggak mau." "Ya, aku nggak bisa lihat kamu." "Sultan, ingat dosa loh...." Sultan langsung menatap Natalia. Natalia tersenyum.   "Pegang dong." "Apanya?" "Ini." Natalia menunjuk buah dadanya yang terlihat menantang. Sultan kesulitan bernafas. "Sayang... Pegang doang kok." "Tapi...aku...."   TIN...TIN TIN....!!   Sultan terlonjak kaget. Ia melihat ke arah kaca spion. Ternyata sudah ada mobil di belakangnya. Sultan pun melupakan Natalia dan kembali menjalankan mobilnya. Natalia merenggut sembari membenarkan kancing kemejanya.     Natalia turun duluan sebelum Sultan. Sultan hanya bisa mendesah, ia tahu istrinya kecewa. Tapi, Sultan tak bisa apa-apa, karena nyatanya Sultan masih belum siap lepas perjaka. Ia takut terlalu khilaf. Bisa-bisa Sultan mengunci pintu kamar terus, kalau sudah merasakan sekali.   Ih... Membayangkan itu Sultan jadi malu sendiri. Ia langsung turun dari mobil dan menyusul Natalia ke dalam cafe. Sultan mencari Natalia yang tak ada di manapun. Loh... Kemana istrinya itu.   "Siang pak," sapa beberapa waiters. Sultan hanya mengangguk dan tersenyum tipis. "Maaf, apa kalian melihat ibu Natalia?" Tanya Sultan. Mereka saling pandang. "Ke belakang, Pak." Sultan mengangguk dan berterima kasih.  Lalu buru-buru ke belakang. Di mana dapur berada.   Sultan masuk dan melihat Natalia sedang memperhatikan chef yang sedang memasak. "Nat," panggil Sultan. Natalia langsung menoleh. "Ya?" Jawab Natalia cuek. Sultan agak kaget melihat Natalia yang cuek seperti itu. Para chef pun melihat ke arah Sultan. Merasa tak enak hati. Sultan mendekat ke arah Natalia dan menyentuh lengannya. Natalia melihat wajah Sultan.   "Ke ruang kamu, yuk," ajak Sultan lembut. Natalia akhirnya mengangguk. Dan mengikuti kemana Sultan pergi. Jemari Natalia di genggam oleh Sultan membuat Natalia berbunga-bunga. Para pekerja pun melihat mereka senyum-senyum sendiri. Karena terlihat sangat romantis.   "Bu Natalia beruntung ya, dapetin pak Sultan." Bisik-bisik terdengar. Dengan bangga Natalia memeluk lengan Sultan. Hingga mereka masuk ke dalam ruang kerja Natalia. "Duduk lah." Natalia pun duduk. Sultan ikut duduk di samping Natalia. "Nat." "Ya?" "Jangan bersikap cuek sama aku, apa lagi di depan orang seperti tadi ya," nasehat Sultan lembut. Natalia langsung mengangguk. Ia bagaikan tersihir oleh ucapan Sultan.   Sultan mengusap rambut Natalia dan menatapnya lembut. "Cium dong." Sultan diam. Tapi tak butuh waktu dua kali untuk meminta. Sultan langsung mengecup lembut kening Natalia. "Bibir juga," pinta Natalia. Sultan menghela nafas. "Sultan...." Rengek Natalia. Sultan pun memejamkan matanya dan mendekatkan bibirnya. Kalian tau, jantung Sultan sudah mau lompat keluar dari tempatnya.   Tapi ia harus bisa. Hanya sekedar ciuman Sultan. Tidak lebih....!   Bibir mereka akhirnya bertemu. Satu detik. Tidak... Kurang dari satu detik Sultan sudah melepas ciumannya. Dan buru-buru keluar dari ruangan. Natalia menyentuh bibirnya. Ia tersenyum, setidaknya Sultan sudah mulai berani mencium bibirnya walau baru seperkian detik. Tak masalah bagi Natalia. Waktu masih banyak untuk Natalia menaklukkan Sultan.  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN