*** Dua puluh menit telah berlalu sejak Gerald dan Jesslyn meninggalkan bandara menuju villa yang menjadi tujuan mereka. Suasana di dalam mobil terasa hening, tanpa sepatah katapun yang terucap di antara keduanya. Jesslyn duduk dengan perasaan gugup, menundukkan wajahnya dan sibuk memilin jari-jari tangannya, mencerminkan kegelisahan yang ada dalam dirinya. Di sisi lain, Gerald fokus pada jalanan yang terbentang di depannya. Dengan penuh konsentrasi, ia mengemudikan mobil dengan hati-hati demi keselamatan dirinya dan Jesslyn. Meskipun demikian, di dalam hatinya ia merasakan gelombang emosi yang berkecamuk, berusaha sekuat tenaga untuk menahan agar tidak meledak. Buliran keringat tampak jelas di sekitar pelipis sang mafia, meskipun AC di dalam mobil berfungsi dengan baik. Hal tersebut m