Ch.4 Racun

1117 Kata
Untungnya dulu Ia pernah belajar pada neneknya tentang racun karena neneknya seorang ahli racun. Resep racun serta penawarnya itu diberikan turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. 'Ah! Ini racun harimau putih. Mereka ternyata tidak main-main untuk membunuh putri Liu Xiao Lan ini. Dari yang aku tau racun ini akan membuat korbannya perlahan jatuh sakit kemudian akan menyerang urat syaraf otaknya yang dapat menyebabkan organ dalam tubuh tidak dapat bekerja lagi dan dapat menyebabkan kematian tak heran aku merasa mudah lelah '. Saat Ia sibuk dengan pikirannya sendiri tiba-tiba suara ketukan pintu menyadarkan Ia dari lamunannya. Tok tok tok "Masuk" kata Xiao Lan. Orang yang mengetuk tadi pun masuk ternyata itu adalah Yin Li yang membawa obat dan sarapan pagi. Xiao Lan pun langsung meletakkan cermin perunggu dan menyambut Yin Li dengan senyum hangatnya. "Ah! Nona anda sudah bangun. Hamba bawakan sarapan dan obat" kata Yin Li dengan senyum hangatnya. "Oh! Yin Li terima kasih" jawab Liu Xiao Lan. Kemudian Xiao Lan memakan makanan itu dan meminum obat. "Yin Li bisa kau bawa aku keluar? Aku bosan terus terbaring di tempat tidur ini badanku jadi kaku semua" keluh Liu Xiao Lan. "Baiklah Put .. eh maksudku Nona" jawab Yin Li. Saat keluar kamar udara segar segera menyambut Xiao Lan. "Haa ~ segarnya" ucapnya. Melihat tuannya senang tanpa sadar sudut bibir Yin Li terangkat. 'Syukurlah tuan putri baik-baik saja, semoga saja Ia akan semakin baik lagi 'Yin Li membatin. Mereka berdua berjalan beriringan di lorong paviliun perguruan Ying You Sect itu. Dari kejauhan nampak seseorang juga tengah berjalan santai memakai hanfu berwarna biru laut berjalan ke arah mereka. Orang itu tak lain adalah guru Xu. Saat melihat Xiao Lan Ia menyapa. "Putri! Eh ... maksudku Nona Lan anda keluar?" Tanya Tao Xu. "Ya! Guru Xu, saya merasa bosan terus berada di dalam kamar dan terbaring di tempat tidur. Saya harus mencari angin segar" Xiao Lan menjawab dengan nada lembut dan sopan. "Itu benar anda sudah terlalu lama terbaring dan memerlukan udara segar" jawab Guru Xu. "He ... he ... guru Xu kalau boleh aku ingin berkeliling untuk melihat-lihat" Xiao Lan bertanya. "Tentu saja tidak ada yang akan menghalangi nona" jawab Guru Xu. Kemudian Guru Xu membawa Xiao Lan dan Yin Li melihat-lihat perguruan Ying You Sect. Perguruan ini sangat luas. Di perguruan ini para murid belajar tentang obat-obatan dan beladiri serta racun mematikan. Sebuah ide terlintas di pikiran Xiao Lan. "Em anu Guru Xu saya ingin mengajukan beberapa permintaan, apakah boleh?" Tanya Xiao Lan ragu-ragu. "Em tentu selama dalam kemampuan saya" jawab guru Xu. "Em ... it ... anu saya ingin meminjam beberapa peralatan medis yang ada disini dan saya ingin meminta guru untuk mengajari saya dan Yin Li beberapa seni beladiri setidaknya sampai kami bisa melindungi diri sendiri" ucap Xiao Lan dengan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal . "Baik permintaan nona tentu saya bisa melakukan" jawab Guru Xu tidak keberatan. "Terima kasih Guru Xu" ucap Xiao Lan gembira. Kemudian Guru Xu meminjamkan peralatan medis yang di minta Xiao Lan. Xiao Lan tentu senang dan langsung menerimanya. Setelah beberapa kata dan terima kasih Ia pamit untuk kembali kekamarnya dengan menyeret Yin Li. Di dalam kamar "Nona, mau di apakan alat-alat medis ini?" Tanya Yin Li heran. Yang ia tahu tuannya tidak pernah berlajar tentang pengobatan. "Lihat saja nanti" jawab Xiao Lan singkatnya. "Yin Li kemarilah". Xiao Lan melambaikan tangannya memerintah. Yin Li dengan polos menuruti perintah tuannya itu. Segera Xiao Lan dengan sigap mengambil lengan Yin Li dan memeriksa denyut nadinya. 'pelayan kecilku yang siaplah menjadi seorang pelayan yang hebat karena aku akan mengubahmu menjadi monster' "Ada apa nona?" Tanya Yin Li yang kebingungan dengan senyum tuannya itu atau lebih tepatnya sebuah seringai bengis yang membuat ia merasa merinding. Tanpa menjawab pertanyaannya, Xiao Lan mengeluarkan beberapa jarum akufuntur dan menusukkannya dilengan Yin Li sebelum Yin Li dapat bereaksi. "Nona apa yang anda lakukan?" Jawab Yin Li kaget dengan tindakan tuannya itu. "Sudah diam dan turuti saja" bentak Xiao Lan. Yin Li pun diam pasrah dengan perlakuan tuannya, toh dia pelayan yang terserah tuannya mau memperlakukannya seperti apa. Setelah beberapa saat darah hitam Mulai dari lengan Yin Li. "Sudah sekarang kau bersihkan tubuhmu dan sesudah itu bawahkan aku air hangat" "Baik nona" kemudian Yin Li beranjak pergi. Lengannya terasa seperti mati rasa. Setelah memastikan Yin Li pergi, Xiao Lan mengeluarkan beberapa jarum dan menusukannya ke lengannya. Kemudian ia menunggu beberapa saat dan keluarlah darah hitam pekat yang sangat busuk. Namun secara bersamaan ia merasa punggungnya panas seperti terbakar. Rasa panas itu tepat berasal dari tanda lahir Xiao Lan yang berbentuk teratai. Tanpa menghiraukan rasa panas itu ia akan terus menusukkan beberapa jarum lagi di lengannya yang lain. Setelah beberapa saat kemudian ia merasa lelah dengan kegiatannya itu. Beberapa saat kemudian pintu kamar di buka dan nampaklah Yin Li yang membawa wadah berisi air hangat. "Nona, ini air hangatnya" "Letakkan di sini" "Baik nona" Setelah meletakkan wadah berisi air hangat itu Yin Li menoleh kearah tuannya itu. Betapa kagetnya dia melihat tuannya penuh dengan darah hitam di lengan bajunya. "Nona apa yang terjadi? Kenapa nona bisa seperti ini?" Tanya Yin Li panik. "Tidak usah panik aku hanya melakukan beberapa hal kecil" ucap Xiao Lan enteng sambil mengompres lengannya dengan air hangat. "Oh ya bagaimana perasaanmu?" tanya Xiao Lan "Ini aneh nona perasaan saya terasa lebih segar setelah nona menusukkan jarum-jarum tadi" ucap Yin Li dengan polos. "Itu kabar baik" ucap Xiao Lan dengan senyum manis. "Terima kasih nona" "Ah .. Yin Li tinggalkan aku sendiri aku ingin istirahat sebentar" "Baik nona kalau begitu hamba undur diri" Setelah Yin Li pergi kemudian Xiao Lan berbaring ditempat tidur dan terlelap. ○○○○○○○○ 'Dimana ini? Tempat apa ini? Apa aku mati lagi? ' Pikir Xiao Lan. Sekarang ia beradah disebuah tempat yang sangat indah. Tempat itu seperti dunia fiksi. Disana ada deretan pohon peach blossom memagari jalan yang ia lewati saat ini. Di bawah ada sebuah jembatan dimana disebelah kanannya terdapat air terjun yang sangat indah. Di seberang jembatan ada lima buah pilar tiang yang beragam warna yaitu: merah, kuning, hijau, biru, dan putih. Ditengahnya terdapat sebuah meja batu giok yang bisa dijadikan tempat Kultivasi. Karena penasaran ia menghampiri lima pilar itu. Setelah membuka tempat itu dan melihat meja batu itu ia kaget. Karena ukiran di atas meja batu itu sangat akrab. Ukiran yang membentuk bunga teratai yang sangat cantik berwarna hitam. Ukiran itu mirip sekali dengan kalung yang ia kenakan di kehidupannya sebelumnya. Kalung yang ' dia ' diberikan dihari ulang tahun yang ke-17. Ia merabah ukiran tersebut, beberapa saat kemudian secara tidak sengaja tangannya tergores dan darahnya menetes tepat diatas ukiran bunga teratai itu. Setelah itu terdengar suara gemuruh dari balik air terjun dan keluarlah .... ❤
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN