TENTANG SESEORANG

1409 Kata
"Kamu makan di sini saja dulu Ghe," Jingga mengajaknya bergabung. "Apa kamu bisa?" Ghea menatap Almeer. Almeer hanya mengangguk. "Ok tante, aku dan Al gabung makan malam," Ghea duduk di hadapan Daru dan Hana. "Danis mana?" Ghea melihat sekeliling. "Ada rapat," ucap Jingga, "Tapi seharusnya dia sudah pulang sekarang." "Kita makan saja lebih dulu, nanti keburu dingin," Jingga memperhatikan kalau jam di dinding sudah menunjukkan lewat waktu makan malam. Keenan dan Jingga mengambil terlebih dahulu lalu mempersilahkan anak menantu dan keponakan mereka untuk menikmati menu yang tersaji. "Om, tante, ini enak sekali.." Ghea memuji sayur sop buatan Jingga. Daru tersenyum, "Ini favoritku." "Tante buat untuk menantuku ini," Jingga menatap Ghea. "Menantu pertama jadi kesayangan," Ghea tergelak. Daru dan Hana hanya tertawa. Sekilas Daru memperhatikan kalau Almeer hanya diam saja tak menunjukkan ekspresi apapun. Lelaki itu dingin dan tidak ramah. Tiba tiba Danis muncul dan duduk di samping Hana. Ia mencomot sepotong tempe, "Tidak menungguku?" "Ayahmu sudah kelaparan. Ini hampir jam delapan malam," jawab Jingga. "Iya sori, rapatnya telat," jawab Danis. "Ghe, besok aku mampir ke hotel, ada yang harus dibahas," Danis menatap kakak sepupunya itu. "Ok," Ghea mengangguk. "Sudah jangan bahas pekerjaan di meja makan. Kamu makan dulu," Jingga menyodorkan piring ke arah putra sulungnya itu. "Siap bu.." Danis mengambil nasi dan mulai menikmati makan malamnya. Selama makan, Daru berulang kali diam diam melirik ke arah Almeer. Lelaki itu tidak banyak bicara dan terkesan sombong. Apa yang membuat Ghea menyukainya? Lelaki ini dan Darma seperti bumi dan langit. Sepupuku itu memang sedikit sombong, tapi dia ramah dan mudah bergaul. Bagaimana Ghea dan Almeer bisa saling berkenalan dan memiliki hubungan dekat seperti sekarang? Daru mengenang kejadian sekitar setahun lalu ketika Darma datang ke rumahnya dalam kondisi tidak menentu. Sepupunya itu berdiam diri. Bahkan tak diduga, ada air mata mengalir di pipinya. Daru tahu kalau Darma berusaha menahannya, tapi kesedihan begitu hebat sehingga akhirnya sepupunya itu tak lagi sanggup mengendalikan diri. Saat itu, ia hanya bisa diam dan membiarkan Darma mengeluarkan segala kegundahannya meski tanpa kata kata. Ia pernah bertanya kenapa, tapi Darma hanya menggeleng. Sampai saat ini, ia juga tidak tahu penyebab keduanya putus. Lama berselang, tidak ada angin dan hujan, di pernikahannya beberapa hari lalu, tiba tiba saja Ghea datang bersama Almeer. Meski sejujurnya, sebelumnya Danis juga sempat menginformasikan kabar tersebut. Hal itu membuat Darma kembali terpuruk dan akhirnya mengajak Asti sebagai plus one di acara pernikahannya. Jadi, apapun dan bagaimanapun sosok lelaki bernama Almeer ini, Daru memiliki kesulitan untuk menyukai dan menerima kehadirannya. Ia memang mencoba, tapi.. Ya, kita lihat nanti. Time will tell. "Tante, om, ini sudah larut malam, aku dan Al harus pergi," Ghea berpamitan, "Maafkan kalau beres makan langsung pulang." Jingga hanya tertawa, "Tidak apa apa." "Aku antar Ghea dan Al ke depan dulu," Jingga menatap suaminya. "Iya," Keenan mengangguk. Danis menatap Hana dan Daru. Mereka kemudian menunduk. "Ada apa?" Keenan menahan senyumnya. Danis tak lagi bisa menahan diri, "Aku tidak suka lelaki itu. Jujur, aku bingung juga, dimana Ghea mengenalnya?" "Sama," Hana mengangguk. Sedangkan Daru hanya diam. Keenan mencoba bersikap bijak, "Kita belum mengenalnya dengan baik." "Tapi ayah harus mengakui, dia terlihat sombong bukan?" tanya Hana. Keenan hanya tertawa, "No comment." Tak lama Jingga kembali ke ruang makan, "Ibu kenyang sekali rasanya." "Ayah juga," Keenan bangkit dari kursi dan merangkul istrinya, "Kita ke ruang tengah sayang. Biarkan anak anak di sini." "Iya.." Jingga dan Keenan pergi ke ruang tengah. "Kakak sependapat denganku bukan? Kalau si Almeer itu terlihat sombong dan angkuh?" Hana menatap Danis. Danis tertawa, "Kamu jangan galak begitu. Kakak sependapat." Daru ikut tertawa, "Aku juga sependapat." "Apa kak Danis tahu, bagaimana kak Ghea dan lelaki itu saling berkenalan?" Hana penasaran. Danis menggeleng, tapi kemudian mengangguk. "Ih, bagaimana sih?" Hana bingung. "Tahu atau tidak?" "Kakak tahu kalau awal Ghea mengenalnya itu dari pekerjaan. Tapi detailnya tidak terlalu jelas," ungkap Danis. "Memang dia pengusaha hotel atau apa?" Hana penasaran. Danis menggeleng, "Dia itu kontraktor. Aku dengar kalau tender proyek pembangunan jalan tol itu dimenangkan oleh perusahaannya, PT Uthman Karya." "Oww.." Daru mengangguk angguk. "Tidak lebih baik dari Darma juga," Hana mengerucutkan bibirnya, "Aneh juga kak Ghea bisa tertarik pada lelaki semacam dia. Lelaki itu seratus delapan puluh derajat berbeda dari Darma." Daru kembali diam. Aku juga memiliki pemikiran yang sama. Almeer adalah lelaki yang sepertinya tidak memiliki kesamaan dengan Darma. Entah apa yang membuat Ghea tertarik. Dia bahkan tidak bicara sepatah katapun pada ayah dan ibu mertuaku. Tapi, lagi lagi, urusan hati memang penuh misteri. "Kenapa kamu melamun?" Hana menatap Daru. "Aku juga bertanya tanya hal yang sama. Yang membuatku terganggu, dia seperti tidak memerdulikan kita sebagai bagian dari circle nya Ghea," terang Daru. "Mmm.. Dia bahkan tidak berbasa basi pada ayah dan ibu..." "Selain kesan sombong, ada juga kesan tidak sopan," Daru mengungkapkan pemikirannya. "Eh iya juga ya... Ibu dari tadi cuma mengobrol dengan Kak Ghea. Ih aku jadi tambah kesal..." Hana geleng geleng kepala. Daru mengacak acak rambut Hana, "Kesal yang terlambat." "Kita lihat saja nanti kelanjutan hubungan mereka," ucap Danis. "Oh ya, bagaimana kabar Runa?" Danis menatap Daru. "Membaik. Dia kehilangan ingatan jangka pendek dan itu wajar. Yang penting secara fisik dia tidak terganggu. Runa sehat," jawab Daru lagi. "Yang tidak sehat persoalan hubungannya dengan Abizar," Hana langsung cemberut menatap Danis. "Kak, bisa tidak sih untuk menasihatinya atau apalah. Jangan terlalu cuek." "Banyak sekali laki laki yang mengejar Runa. Kalau dia mengabaikannya, aku akan mengikhlaskan Runa dengan orang lain," Hana berucap. Danis hanya tertawa, "Apa Runa protes dengan sikap Abizar? Atau kamu yang protes?" "Runa tidak protes, tapi dia bersedih," Hana mengerucutkan bibirnya. "Kakak tidak mungkin mencampuri urusan Abizar. Apalagi urusan perempuan.. No way!" Danis menggelengkan kepala. "Daru lebih berhak bicara daripada kakak," Danis menolaknya. "Iya sih.. Cuma tadinya aku pikir, as a friend begitu.." ungkap Hana lagi. "Tapi sudahlah." Daru tersenyum, "Iya sudah. Biarkan mereka menyelesaikan semuanya sendiri. Aku tahu kalau Abizar menyayangi adikku. Ini hanya soal karakter saja. Runa mau tidak mau harus menerimanya." "Kalau keduanya saling sayang, pasti seperti kita juga. Mereka akan menikah suatu hari nanti," Daru menepuk bahu Hana. "Iya, iya," Hana mengangguk. "Kembali ke laptop soal Almeer Uthman, mmm.." Ia menatap Daru dan Danis bergantian, "Apa bisa kita mencari tahu lebih lanjut tentang dia?" "Perasaanku tidak enak saja sih," ungkap Hana. "Apa dia lelaki baik atau tidak? Aku.. Ingin tahu lebih jauh." Danis menatap Hana, "Kakak tidak enak kalau mencari tahu mengenai Almeer di belakang Ghea." "Ahh.." Hana lalu menoleh ke arah suaminya. Daru tertawa, "Kita lihat nanti.." Hana menghela nafas, "Aku tidak akan mengusik kalau perasaanku biasa saja. Ada yang salah dengan lelaki itu." *** Malam itu, Abizar menatap laptop dengan serius. Ia berkutat dengan kasus yang sedang ditanganinya. Abizar mengecek beberapa laporan investigasi dan membaca data data penting tentang tindak pidana khusus tersebut. Mereka sedang mengumpulkan bukti bukti agar bisa menangkap para tersangka. Kejaksaan bergerak sendirian dengan membentuk tim khusus yang merupakan penugasan langsung dari Jaksa Agung. Sambil bekerja, beberapa kali matanya menatap Runa yang tertidur pulas. Ia berdiri dan melangkah ke tempat tidur lalu mengecup kening tunangannya itu. "Kamu calon istriku sekarang," Abizar menggumam sambil menarik selimut agar tubuh Runa tertutupi hingga ke batas bahu dan leher. Setelahnya ia membawa ponselnya dan berjalan ke ruang tengah. Abizar lalu menelepon Daru. Daru : "Halo." Abizar : "Sori malam malam. Ada hal penting yang ingin aku tanyakan, tapi kejadian yang menimpa Runa membuatku melupakannya." Daru : "Ada apa?" Abizar : "Oh ya, sebelum bicara lebih lanjut. Aku harus bilang kalau.. Mmm.. Aku melamar Runa. Dan dia bilang IYA." Abizar : "Sebagai kakaknya, kamu yang pertama tahu. Aku juga belum bilang papa dan mamaku." Daru tertawa : "Gosh! Kamu membuatku kaget." Daru : "Kamu tidak mengigau? Ini sungguh terjadi?" Abizar tergelak : "Ini real. Aku sudah membeli cincin berbulan bulan lalu. Hanya saja, kasus besar yang sedang aku tangani membuatku memutuskan untuk menunda semuanya." Abizar : "Tapi, hari ini, semua terjadi. Aku sudah meminta Runa menikahiku." Daru : "Selamat bro.. Aku ikut senang dan ya.. CONGRATS!" Abizar : "Thanks.." Abizar : "Doakan aku. Bicara soal kasus yang sedang aku tangani, mmm.. Ada yang ingin aku tanyakan. Ini sebetulnya rahasia. Please, Hana juga jangan tahu." Daru : "Ok, bilang saja." Abizar : "Aku melihat seseorang di pernikahanmu. Orang itu sedang kita awasi. Ada kemungkinan kalau dia terlibat kasus besar yang sedang aku tangani." Abizar : "Aku ingin tahu, kenapa dia bisa menjadi tamu undangan? Apa ada hubungan dengan keluargamu? Atau apa ada kaitan dengan keluarga Hana?" Daru : "Ohh.. Siapa dia?" Abizar : "Namanya Almeer Uthman."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN