“Lapor, Rapunzel tadi pagi udah gue anterin ke stasiun dengan selamat.” Aku tersedak kuah soto yang baru saja masuk ke tenggorokanku karena melihat Aric yang dengan tiba-tiba duduk di hadapanku. Ia seperti hantu yang mendadak muncul entah dari mana. Aric memandangku dengan sebelah alis terangkat. “Lo nggak akan mati cuma gara-gara tersedak kan?” tanyanya enteng. Aku menyambar es teh di sebelah mangkuk sotoku dan segera meminumnya. Mataku memandang tajam ke arah Aric, berharap dia hancur lebur karena tatapanku. “Lo tuh kayak setan, bikin kaget orang aja,” semburku marah ketika batukku sudah reda. “Setan cuma bikin lo kaget? Nggak takut? Reputasi setan hancur sudah hanya karena seorang Lula,” cibirnya yang membuatku berdecak sebal. “Lo tadi ngomongin apa, si