“Katanya Azel, lo minta gue jemput?” Pertanyaan itu terlontar dari mulut Aric ketika aku baru saja membuka pintu rumah. “Nggak. Siapa juga yang minta lo jemput,” balasku segera. Diam-diam aku mengamati penampilan Aric malam ini. Dia mengenakan kaos hitam polos dibalut dengan jaket jins. Rambut hitamnya tampak sedikit berantakan yang membuatnya, entah bagaimana, jadi lebih tampan. Sebelah alisnya terangkat, seakan tak yakin dengan ucapanku barusan. “Dasar manja,” ledeknya seraya berbalik dan berjalan menuju mobilnya yang terparkir di depan rumah kontrakanku. “Ayo, buruan.” Setelah mengunci pintu rumah, segera kususul Aric. Cowok itu bersandar pada pintu mobil dan terlihat mengamatiku. Ketika sudah berada di dekatnya, ia membuka pintu mobil dan mempersilakanku masuk.