Permintaan Gila Bella

1378 Kata
Kini Jeff dan Lauren telah kembali ke rumah. Mereka berdua sudah berada di dalam kamar. Jeff yang masih harus menjalani perawatan tampak berbaring di atas ranjang dengan selang infus dan oksigen yang terpasang. "Dad, kamu istirahat dulu ya. Aku mau ke kamar Ryco. Kamu nggak apa-apa 'kan kalau aku tinggal sebentar?" pamit Lauren yang sudah tidak sabar ingin datang menemui sang putra. "Baiklah, sayang. Kebetulan aku ngantuk setelah minum obat. Pergilah temui Ryco. Oh ya, saat bertemu dengannya nanti tolong jangan lupa untuk meyakinkannya ya agar Ryco mau menikahi Bella. Masalah waktunya aku serahkan pada Ryco saja." "Tapi, Dad… Ini bukan waktu yang tepat untuk aku membicarakan tentang pernikahan itu. Ryco belum ada sehari kembali ke rumah ini. Aku tidak mau membuatnya jadi tidak nyaman." "Mom, hanya kamu yang bisa meluluhkan hatinya. Aku hanya bisa memohon padamu. Tolong bantu aku kali ini saja, tolong yakinkan Ryco agar siap menikah dengan Bella." "Kalau Ryco masih tidak mau bagaimana, Dad? Apa kamu akan terus memaksanya?" tanya Lauren yang merasa pusing akan obsesi suaminya. Seketika air muka Jeff berubah saat pertanyaan itu terlontar dari mulut sang istri. "Dia harus mau, karena hanya Bella yang menjadi pilihannya saat ini, atau kalau dia tetap menolak maka dia harus memiliki calon istri pilihannya sendiri, seorang wanita dari keluarga terpandang dan tentunya sederajat dengan kita!" jawabnya terdengar ketus. "Apa kamu benar-benar serius memberi Ryco kesempatan untuk menemukan jodohnya sendiri sesuai pilihannya, Dad?" "Ya, jika dia masih menolak Bella yang jelas-jelas sudah sempurna dan tidak ada kurangnya itu! Lagipula aku yakin, sampai saat ini dia pasti tidak memiliki kekasih yang akan dikenalkan pada kita!" "Tapi tidak ada salahnya jika kita memastikannya lebih dulu, Dad. Mungkin bisa jadi diam-diam Ryco sudah memiliki tambatan hati, makanya dia menolak dengan bela, hanya saja Ryco tidak mau berkata jujur karena takut sama kamu," jawab Lauren yang sangat berharap saat ini putranya mencintai wanita lain, karena hanya itu satu-satunya alasan agar Ryco bisa menyudahi perjodohan antara dua keluarga terpandang di kota ini yang sudah berlangsung sejak lama. "Coba saja kamu pastikan pada Ryco langsung, aku mau istirahat." "Ya sudah, Daddy istirahat ya. Ingat pesan dokter, jangan terlalu banyak pikiran. Pokoknya Daddy harus tenang dan hanya boleh fokus untuk sehat ya, jangan pikirkan hal-hal yang tidak penting. Aku mau temui Ryco dulu. Selamat tidur!" Lauren pun mendaratkan sebuah kecupan mesra di permukaan dahi sang suami sebelum berlalu pergi. Sementara Ryco tampak duduk termenung di balkon kamar sendirian, memandang lurus ke depan dengan tatapan kosong. Pikirannya melayang entah di mana. Walau raganya berada di sini, tapi tidak dengan pikirannya saat ini. Bagaimana tidak, ia merasa gelisah setelah melakukan sesuatu hal yang diminta oleh Bella sebagai syarat untuk mengakhiri segala ikatan yang mengikat keduanya dalam perjodohan. "Ok, aku akan berhenti mengemis cinta seperti ini di hadapanmu. Aku janji ini yang terakhir kamu melihatku seperti ini, tapi aku mau kamu mengabulkan satu keinginanku untuk yang terakhir kalinya jika kamu memang benar-benar ingin terlepas dari perjodohan yang direncanakan oleh kedua orang tua kita sejak lama." "Apa, Bella? Apa yang kamu inginkan? Aku akan berusaha untuk mengabulkan keinginanmu asalkan setelah ini kamu berhenti menggangguku dan jangan pernah datang lagi di kehidupanku. Aku yakin kamu pasti akan bahagia walau tanpaku Bella, aku yakin kamu pasti akan menemukan pria yang benar-benar tulus mencintaimu dengan tulus setelah ini." "Izinkan aku memilikimu sekali ini saja, sebelum aku pergi." "Apa maksudmu?" tanya Ryco yang masih tidak mengerti. "Aku ingin tidur denganmu, maka setelah itu aku akan pergi jauh sampai kamu tidak akan bisa menemuiku lagi." "Apa kamu gila, Bella?" "Anggap saja ini sebagai tanda perpisahan kita, maka aku tidak akan penasaran lagi." "Kenapa harus dengan cara seperti itu? Apa tidak ada hal lain yang bisa dilakukan?" tawar Ryco tidak setuju dengan permintaan wanita yang tampak frustasi itu. "Aku hanya mau itu satu, tidak ingin yang lainnya." "Bella, kamu hanya akan rugi jika melakukan itu denganku, lalu kamu pergi dan aku tidak melakukan apa-apa untuk bertanggung jawab." "Aku tidak akan merasa rugi, Ryco. Dengan hal itu aku bisa berhenti penasaran. Aku bahkan tidak masalah dengan apa pun konsekuensinya. Aku hanya mau melakukannya sekarang sama kamu, sebelum kita berpisah untuk selamanya. Aku mau momen terakhir hari ini bisa menjadi kenangan terindah untukku." "Maaf, Bell, untuk hal yang satu itu aku tidak bisa menurutinya." Ryco sempat menolak, namun tiba-tiba saja Bella malah memeluk tubuhnya erat-erat. "Aku mohon, Ryco. Kalau kamu menolak, itu artinya perjodohan kita akan terus berlanjut sampai kita benar-benar menikah. Kalau kamu setuju, maka aku akan kabur dari rumah dan menyatakan pada Daddy kalau akulah yang ingin membatalkan perjodohan kita karena alasan lebih mencintai pria lain." Entah apa yang ada di pikiran Bella pada saat itu hingga dirinya meminta hal yang sulit untuk Ryco lakukan. Hal yang tentunya membuat Ryco merasa bimbang karena ia sangat menginginkan semuanya berakhir dan pria itu bisa menjalani kehidupannya dengan tenang tanpa bayangan sosok Bella lagi. Hingga sekelebat kejadian siang tadi mengacaukan isi pikiran Ryco, karena ia benar-benar menuruti keinginan Bella untuk mengakhiri semuanya membuat pria itu tersentak saat sebuah tangan menyentuh permukaan pundaknya. "Ryco, apa yang kamu lakukan di sini, Nak?" tanya seseorang dengan suaranya yang lembut. Dan ternyata ia adalah Lauren. Ryco yang semula tertunduk lesu dan dihantui rasa gelisah segera mengangkat kepalanya. Lalu ia bangkit dari berdiri berhadapan dengan sangat ibu. "Hei, Mom. Aku nggak ngapa-ngapain kok. Lagi menikmati pemandangan sore saja. Mommy sejak kapan ada di sini?" "Baru saja kok, soalnya begitu sampai rumah Mommy harus urusin semua keperluan Daddy dan menemaninya dulu sampai tertidur. Oh ya, Mommy sempat tidak percaya saat Bill mengatakan kalau kamu pulang ke rumah. Terima kasih ya sayang, karena akhirnya kamu mau kembali menghabiskan hari-hari di rumah ini walau hanya untuk sementara waktu, tapi Mommy sangat senang karena bisa menghabiskan banyak waktu selama kamu berada di sini. Lalu bagaimana dengan perasaanmu? Apakah kamu bahagia, atau malah sebaliknya sampai Mom bisa lihat langsung kegelisahan di kedua matamu?" Lauren yang seolah mampu membaca isi pikiran Ryco coba bertanya karena ia tidak ingin putranya menyimpan kegelisahannya seorang diri. Ryco dengan cepat mengusap wajahnya yang tampak gusar karena tak mampu menyembunyikan pikirannya yang tidak dapat tenang setelah kejadian itu terjadi. "Hum, aku tidak apa-apa kok, Mom. Aku hanya sedikit kelelahan karena belum sempat istirahat." "Mom tahu kamu berbohong. Ayo dong jujur sama Mommy, Ry. Apa yang kamu pikirkan saat ini? Apa kamu masih marah sama Daddy karena perkataannya di rumah sakit atau kamu memikirkan hal yang lain?" tanya Lauren lebih mendetail lagi. "Bukan hal penting sama sekali, Mom. Aku benar-benar hanya kelelahan dan butuh istirahat sebentar saja kok." "Benarkah?" Lauren kembali bertanya seraya menaikkan sebelah alisnya hingga melengkung. Pertanyaan itu tentunya langsung diangguki oleh Ryco dengan penuh keyakinan. "Oh ya, tadi di rumah sakit Daddy sempat bahas soal Bella. Apakah Bella benar-benar datang ke sini?" tanya Lauren yang memang tidak mengetahui jika suaminya sama sekali tidak mendengar permohonannya dan tetap meminta Bella untuk datang. Untuk hal yang satu itu Ryco tak dapat menutupinya dari Lauren karena pastinya kedatangan Bella diketahui oleh seluruh pelayan dan juga terekam di CCTV yang dapat dilihat oleh sang pemilik rumah. "Iya Mom, tadi dia datang ke sini menemuiku karena diminta Daddy." "Lalu apa karena hal itu kamu terlihat gelisah?" Ryco menggelengkan kepala seraya memejamkan mata sekilas. Kecemasan itu masih dapat ditangkap jelas oleh kedua mata Lauren yang tajam. "Bukan, Mom… Hm, maksudku iya." Ryco mulai gugup hingga ia bingung harus mengatakan apa. "Pelan-pelan menjelaskannya padaku, Ry. Kamu tidak perlu gugup ya. Kalau tadi Bella sempat datang ke sini, lalu ke mana dia sekarang? Apa kamu langsung mengusirnya agar segera pulang karena tidak ada Daddy di rumah?" Lauren yang terus mengajukan pertanyaan tidak lupa berusaha membuat Ryco setenang mungkin agar dapat menjawabnya. "Ya, tentu. Aku hanya memintanya untuk pergi karena aku sedang tidak mau diganggu. Lagipula aku baru saja sampai di rumah, dan aku butuh ketenangan untuk sendiri," jawab Ryco berbohong. Lauren tampak bergegas menganggukkan kepala seraya berdehem, ia seakan mengerti dengan jawaban yang dilontarkan oleh putranya. "Aku tidak mungkin menceritakan kejadian yang sebenarnya pada siapapun, apalagi kalau Mommy dan Daddy sampai tahu, pasti mereka akan sangat syok, marah dan kecewa. Aku harus menyimpan rahasia ini rapat-rapat seperti yang Bella katakan. Aku juga harus bisa melupakan kejadian tadi agar pikiranku dapat tenang dan berhenti dihantui rasa gelisah!" batin Ryco memutuskan dan mencoba untuk tenang di hadapan Lauren saat ini.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN