Patah Hati

1187 Kata
Setibanya Ryco di rumah kediaman keluarga Bernard, pria itu langsung menuju kamar untuk beristirahat sejenak. Menenangkan pikiran dan amarah yang masih mendidih di dalam d**a. Andai saja ia dapat meluapkan amarah itu, mungkin bisa saja Jeff merasa lebih sakit hati karena perkataannya. "Argh! Aku benar-benar kesal dengan Daddy! Kenapa dia tidak pernah mau mengerti keadaanku, bahkan dia melupakan hak-hak seorang anak dalam keluarga. Sampai kapan dia akan terus bersikap egois seperti itu, terus menyalahkanku dan tak pernah mau mengaku salah!" Ryco mengacak-acak rambutnya dengan frustasi, ia tak habis pikir akan kehidupannya yang jauh dari kata bahagia walau terlahir sebagai anak konglomerat. "Aku sudah benar mengambil keputusan untuk hidup jauh dari Daddy, dan sekarang aku terpaksa kembali lagi ke sini karena dia sakit! Sial, lagian kenapa sih Daddy sakit segala sih? Hatiku rasanya sakit saat dia mengumpat tadi, apalagi saat dia memintaku untuk menjadi anak yang tahu diri dan tahu balas budi, padahal selama ini aku selalu menuruti segala kemauannya!" Ryco yang masih dibalut amarah pun memaksa tubuhnya untuk bangkit dari ranjang, lalu melangkah menuju bathroom. Ia akan berendam air dingin untuk menenangkan pikirannya. Pria itu tidak mau terus menerus memikirkan perkataan Jeff yang selalu membangkitkan amarahnya. Sementara di pelataran rumah mewah kediaman keluarga Bernard, sebuah mobil baru saja berhenti. Sang supir bergegas keluar dan membukakan pintu. Tak lama kemudian tampak seorang wanita cantik yang berpenampilan sempurna turun dengan anggunnya. Lalu wanita itu melangkahkan kaki jenjang meninggalkan pelataran dan masuk ke dalam rumah. Kedatangannya disambut hormat oleh para bodyguard yang berjaga di sepanjang jalan menuju pintu masuk dan juga para pelayan. Semuanya membungkuk hormat seraya tersenyum tipis, namun wanita cantik itu sama sekali tak membalasnya. Ia berlalu masuk begitu saja seakan hanya fokus dengan tujuan utamanya. "Ryco di mana ya kira-kira? Ah, pasti dia ada di kamarnya. Bisa jadi dia sedang istirahat karena baru sampai rumah. Lebih baik aku langsung ke rumahnya aja deh!" gumam wanita itu, lalu mulai menaiki anak tangga. Hingga akhirnya wanita itu masuk ke dalam kamar Ryco tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. "Ryco, kamu di mana?" Wanita itu bertanya-tanya saat kedua matanya tak menemukan pria yang dicarinya di atas ranjang. Namun, setelah mencari-cari ia pun mendengar tetesan air dari dalam bathroom dan menyadari jika Ryco berada di sana. "Ah, ternyata dia sedang mandi. Baiklah, aku akan menunggunya di sini aja!" Kemudian ia menduduki salah satu sofa, menunggu dengan posenya yang menawan. Tak butuh waktu lama pria yang dinantikannya keluar dari dalam bathroom hanya dengan menggunakan handuk yang melilit di pinggangnya. Menampilkan d**a bidang dan bentuk perut berotot yang terpahat sangat sempurna. "Bella?!" Sontak saja Ryco terkejut melihat keberadaan wanita yang bernama Bella di kamarnya. "Kenapa kamu bisa ada di sini? Sejak kapan kamu masuk ke kamarku?" tanyanya dengan raut wajah penuh ketidaksukaan. Bella pun mulai bangkit dari posisi duduknya sambil mengembangkan senyuman manis yang ia miliki. "Ryco. Kenapa kamu sangat terkejut melihat aku ada di kamarmu? Bukankah sebelumnya kita sering berada di kamar yang sama?" Bella malah balik bertanya sambil mengusap d**a bidang Ryco dengan jemarinya yang lentik. Sentuhan itu salah menggoda, berusaha memancing pria yang selalu menolak untuk menikahinya. "Itu karena dulu aku dipaksa Daddy untuk menemuimu di kamar hotel, tapi kita hanya ngobrol biasa saja 'kan! Lalu kenapa kamu juga bisa ada di sini, apa kamu disuruh oleh Daddy?" "Jangan memasang tampang marah seperti itu, Ry. Daddy mu itu tidak salah. Justru apa yang dilakukannya itu sudah sangat benar, dia hanya ingin aku dan kamu semakin dekat, saling mengenal satu sama lain lebih dalam lagi hingga kamu bisa membuang jauh aku rasa ragumu untuk segera menikah denganku." "Tapi aku tidak akan pernah mau menikah dengan wanita yang tidak aku cintai, apalagi menikah karena sebuah perjodohan!" jawab Ryco dengan tegas sembari menghempaskan lengan Bella agar enyah dari dadanya. Akan tetapi Bella tidak menyerah begitu saja, bahkan ia sudah terbiasa mendapatkan penolakan dari Ryco. Wanita itu berusaha tenang untuk menghadapi calon suaminya dengan penuh kelembutan. "Bukankah aku sudah berulang kali bilang sama kamu, cinta itu bisa datang belakangan yang penting kita menikah dulu. Lagipula apa susahnya untuk jatuh cinta pada wanita sepertiku, Ry? Kamu tahu sendiri 'kan di luar sana ada banyak pria yang aku tolak demi kamu, itu alasannya karena aku hanya cinta sama kamu, dan aku cuma mau nikah sama kamu. Makanya aku sangat yakin kalau aku pasti bisa membuat kamu jatuh cinta suatu hari nanti, kalau tidak sekarang mungkin nanti setelah kita menikah. Kamu tidak perlu khawatir, Ryco. Kamu pasti akan bahagia menjadi suamiku." "Aku tidak tahu bagaimana caranya untuk menyadarkanmu, Bella, tapi aku hanya minta satu hal sama kamu, tolong berhenti berharap kalau aku akan menikahimu. Sampai kapanpun aku tidak akan pernah mau menikah dengan wanita yang tidak aku cintai, apa pun alasannya!" Bella tertawa pelan sambil menggelengkan kepala saat mendengar permintaan Ryco. "Itu tidak mungkin, Ry. Aku tidak mungkin bisa. Aku akan tetap menunggumu sampai kapanpun, sampai kamu siap menikahiku. Coba kamu pikirkan sedikit saja perasaan aku, perasaan Mommy Lauren, dan juga harapan Daddy kamu yang sangat ingin melihat kita menikah." Dengan kedua mata yang berkaca-kaca Bella berusaha menyadarkan Ryco walau harus terlihat mengemis sekalipun. "Bell, sadarlah. Di luar sana ada banyak pria yang mencintaimu, menikahlah dengan salah satunya, jangan menungguku yang tidak pasti. Sejak awal kamu tahu kalau aku mendekatimu karena Daddy, dia yang ingin menjodohkan kita. Bukan aku yang mau mencintaimu. Lagipula aku kembali tidak akan lama, aku akan segera pergi jika urusanku di sini telah selesai dan mungkin aku tidak akan pernah kembali lagi ke sini. Jadi sudahlah, Bella, sudahi harapanmu, sampai 10 tahun ke depan pun pernikahan kita tidak akan pernah terjadi, kecuali dengan pasangan masing-masing, dengan orang berbeda yang saling mencintai satu sama lain." Air mata pun jatuh perlahan membasahi wajah Bella yang tak kuasa menahan tangis saat Ryco selalu menolaknya tanpa memikirkan perasaannya sedikitpun. Walau sejak awal ia telah menduga bahwa perjuangannya akan berakhir sia-sia karena Ryco berbeda dengan pria yang pernah ia temui di luar sana, namun entah mengapa Bella bisa segila itu hingga berulang kali mengemis cinta di hadapan pria yang tidak mencintainya. "Kamu benar-benar tega ya, Ry. Aku datang ke sini baik-baik untuk melepaskan rindu yang tertahan selama satu bulan ini, karena kamu menghilang begitu saja tanpa kabar, tapi nyatanya kamu malah tega mematahkan hatiku dengan mengatakan semua itu. Gimana sih, Ry, gimana caranya aku buat kamu paham kalau aku benar-benar mencintaimu? Gimana caranya aku bisa buat kamu yakin kalau cinta itu bisa hadir karena terbiasa bersama. Sekarang coba kamu pikir, gimana caranya kamu bisa cinta sama aku kalau kamu sendiri aja selalu menghindar setiap kali aku berusaha mendekati kamu? Pernah nggak sih kamu mikir hal itu, Ry?" tanya Bella yang seakan berakhir dengan menelan pil pahit. Ryco memilih diam, ia tak menjawab apa-apa lagi karena hatinya merasa iba saat melihat seorang wanita menangis karenanya. Ryco merasa bersalah, namun ia tak mungkin untuk semakin memberi harapan pada Bella yang tidak akan pernah dapat terwujud selamanya karena tidak ada cinta di hatinya. "Maafin aku, Bell. Mungkin dengan cara mematahkan hatimu berkali-kali itu bisa membuatmu menyerah dan pergi jauh melupakanku, karena aku tidak mau kamu terus berharap hal yang sama, sementara aku tidak bisa mewujudkan harapanmu itu," batin Ryco di kedalaman hati.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN