Pangeran menahan senyum, kembali menatap Yuna. “Misal kita hidup berdua aja, di rumah baru. Elo ... elo mau?” tanyanya pelan. Kali ini mengerjap pelan, lalu menatap ice creamnya yang masih sedikit. Kembali menyendok, memasukkannya ke mulut dengan sedikit grogi. “Gimana?” tanyanya, meminta jawaban dari Yuna. Yuna menunduk, berusaha menyembunyikan kegugupan. Ada rasa seneng karna Pangeran ngajakin hidup berdua aja. Tapi, semua nggak mungkin akan semulus yang ada dibayangan. “Uumm, aku ... aku belom siap.” Akhirnya itu yang keluar dari mulut Yuna setelah beberapa menit dia diam. Kening Pangeran berkerut, ada kecewa disana. “Why?” Yuna mengangkat wajah, manyun menatap Pangeran. “Aku juga butuh teman dirumah.” “Kan kita di rumah berdua, lo nggak sendirian, ada gue juga di rumah itu.” “

