Mereka sudah sampai di area mobil yang terparkir. Mama Jarek dengan tangan yang ikut gemetar segera membuka pintu mobil di belakang kursi supir. "Cepat, Jarek! Hati-hati taruh istrimu!" serunya, meski suaranya sendiri dipenuhi ketakutan seorang ibu yang ikut merasakan luka menantu sekaligus cucunya. Dengan penuh kehati-hatian, Jarek menurunkan tubuh Vio ke dalam mobil. Tangannya tidak pernah lepas menggenggam jemari Vio, seolah jika ia melepaskan genggaman itu, Vio benar-benar akan hilang darinya. Wajahnya pucat, urat-urat tangannya menegang menahan cemas. Mama Jarek segera masuk melalui pintu samping, mendekap tubuh Vio sambil mengelus rambut menantunya yang basah oleh keringat dingin. "Sabar ya, Nak... Mama di sini. Tolong bertahan demi bayi kamu..." bisiknya, meski air matanya sudah j

