153. Semua Hanya Bohong!

1042 Kata

Vio duduk bersandar dengan Afsheen dalam pelukannya. Air matanya mengalir tanpa henti, seakan sulit dikendalikan. Ia meremas ujung jilbabnya sendiri, mencoba menahan rasa takut yang kian membuncah. Sementara itu, Afsheen kini hanya diam. Tangannya yang mungil sibuk memainkan hijab bundanya, seolah ingin menenangkan dengan caranya sendiri. Vio makin tersedu. Dalam hatinya ia yakin, meski masih bayi, Afsheen tahu kalau bundanya sedang dilanda kesedihan. Ia tidak ingin menambah duka itu dengan tangisan. Perjalanan yang panjang membuat lelah menyergap. Air mata yang tidak berhenti mengalir akhirnya membuat Vio tertidur di bahu pintu mobil. Afsheen pun ikut terlelap dalam dekapan bundanya. Namun, tidak lama kemudian tangisan kecil Afsheen membangunkan Vio. Dengan sigap, ia menenangkan sang b

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN