Hari berlalu, Jarek tidak fokus bekerja dan rasanya ia ingin menghampiri Vio di ruangannya. Namun, ia mencoba menahan dirinya untuk mengabaikan pikirannya tentang Vio. Ia ingin bertanya tentang obat itu, dan kenapa Vio mengalami trauma. Benarkah karena kejadian pagi itu? Atau Vio yang memang sedang stress berlebihan sehingga mengkonsumsi obat semacam itu. Jareka hanya bisa diam dengan kedua tangan bertumpu di atas meja kerjanya dan dahinya ia sentuhkan ke telapak tangannya. Rasanya ia tidak bisa menahan diri lagi untuk tidak bertanya dan memastikannya sendiri. Ia pun berdiri dari duduknya kemudian berjalan ke arah pintu ke luar. Belum juga ia memegang handle pintu, pintu ruangannya terbuka dari dalam membuatnya reflek mudur seketika. "Ma, kenapa ke sini?" tanya Jarek seraya mengernyitkan

