Saat ini William sedang menghadiri pernikahan seorang pengusaha dan juga sebagai pesaing bisnis milik keluarganya. Malam ini William datang untuk memberi selamat kepada Russell Xalim. Walaupun mereka adalah saingan bisnis tapi William selalu diingatkan oleh kedua orang tuanya jika ketika seseorang mengundang kita ke acaranya maka kita wajib untuk datang jika ada waktu. Dan malam ini William menuruti pesan dari kedua orang tuanya. Setelah memberi selamat untuk Russel Xalim dan istrinya, William berjalan meninggalkan kedua mempelai. Malam ini ia hanya datang sendiri karena memang ia tak berniat mengajak siapapun untuk datang bersamanya. Ia sedang malas untuk berhubungan dengan wanita. Walaupun ia tahu banyak wanita yang menatapnya dengan lapar termasuk dengan seorang wanita yang sedang berjalan kearahnya dengan aura yang seksi dan anggun. Dan wanita itu adalah Nadia Thomas putri keluarga Thomas yang merupakan salah satu keluarga kaya di negeri ini. Memiliki usaha di bidang kosmetik dan kesehatan membuat keluarga Thomas berhasil menjadi keluarga terkaya di negeri ini. Malam ini Nadia terlihat sangat menawan dengan gaun yang William tahu pasti sangatlah mahal. Dengan paras cantik khas wanita Spanyol karena memang sang papa Luis Thomas yang memang memiliki darah Spanyol membuat Nadia terlihat sangat cantik dan seksi. Dan sebagai laki-laki William tak memungkiri hal itu. Tapi William tak merasakan apapun ketika bersama Nadia. Padahal William tahu jika Nadia memiliki perasaan yang lebih padanya.
"Hai Liam. Kamu datang juga ke acaranya Rusell Xalim? Aku kira kamu gak bakal datang kesini," kata Nadia yang langsung berbicara ketika sudah ada di hadapan William.
"Karena aku punya waktu jadi aku sempatkan untuk datang. Bagaimana pun juga Russell sudah mengundang aku untuk datang jadi aku hadir saat ini," jawab William santai.
"Well kalau tahu kamu mau datang kesini mungkin kita bisa datang bersama Liam. Aku pasti dengan senang hati menemani kamu," kata Nadia mulai melancarkan aksinya menggoda William.
"Sorry Nad. Tapi kita kan tidak punya hubungan yang lebih jadi sepertinya kita tidak usah terlalu dekat. Bukannya kamu sekarang adalah pacarnya Christo Xalim. Jadi lebih baik kamu jaga hubungan kamu dengan Christo." William memilih tak menggubris rayuan Nadia daripada nanti terjadi keributan.
"Liam kenapa kamu gak pernah mengerti perasaan aku sama kamu. Selama ini aku cuma cinta sama kamu. Aku udah berusaha untuk dekat dengan kamu. Berusaha untuk membuat kamu jatuh cinta sama aku. Tapi hasilnya kamu gak pernah buka hati kamu buat aku. Apa kurangnya aku Liam? Di bandingkan wanita lain aku jauh lebih segalanya buat kamu. Dan soal Christo itu karena papa yang memang menjodohkan aku. Jadi aku gak punya perasaan apapun dengan Christo." Nadia tampak marah dengan penolakan yang William berikan.
"Nad, kamu tahu sendiri kenapa aku gak pernah buka hati aku buat wanita manapun," kata William mencoba mengingatkan Nadia.
"Ya aku tahu. Gara-gara gadis di masa lalu kamu yang sampai detik ini masih kamu tunggu kedatangannya. Gadis yang sudah merebut kamu dari aku," kata Nadia yang mulai menangis.
Nadia tak bisa menahan air matanya karena hatinya sangat sakit karena laki-laki yang ia cintai ini tak pernah sedetikpun membuka hatinya untuk dirinya. Hatinya selalu tertutup untuk wanita lain. Karena William sampai detik ini menutup hatinya dan akan membukanya untuk gadis di masa lalunya. Tiba-tiba datang seorang laki-laki yang tak kalah tampan daripada William datang dan langsung memeluk Nadia.
"Baby, kamu kenapa?" tanya laki-laki itu khawatir.
Laki-laki itu lalu melihat keadaan wanita yang sudah menjadi kekasihnya itu. Ia melihat kekasihnya menangis dan tak menjawab pertanyaannya. Sampai pandangan matanya melihat ke arah William dengan sorot penuh amarah.
"Kamu apakan kekasih saya?" tanya laki-laki itu marah kepada William.
"Saya tidak melakukan apapun terhadap kekasih anda tuan Christo. Bisa anda tanyakan sendiri dengan kekasih anda kenapa dia bisa seperti ini. Dan saya tidak memiliki urusan apapun dengan kekasih anda," kata William santai.
Raut laki-laki bernama Christo sedikit marah dengan William. Karena sebenarnya ia tidak suka dengan sosok William Ritz. Ia adalah pesaing terbesar dalam bisnis keluarganya. Ketika setiap ada projek yang besar pasti perusaham Ritz yang memenangkannya. Dan banyak orang yang kagum dengan sosok William Ritz karena di usianya yang masih muda sudah menjadi pengusaha yang sukses hingga dirinya di banding-bandingkan dengan William Ritz. Apalagi ketika ia tahu kekasihnya yang bernama Nadia Thomas menaruh hati kepada laki-laki yang ia benci.
William memilih untuk pergi dari sana daripada ia terlibat dalam masalah yang tidak penting. Ketika ia akan pergi tiba-tiba tanpa sengaja ia melihat sosok gadis yang membuatnya penasaran ketika di sebuah acara beberapa waktu yang lalu. Waktu itu William melihat gadis itu memakai baju pelayan di sebuah toko roti tapi malam ini ia melihat gadis itu memakai gaun yang mungkin terlihat sangat sederhana daripada gaun yang di pakai dengan gadis lain di pesta ini. Tapi bagi William gadis itu seperti memancarkan aura yang menarik seorang William Ritz untuk mengetahui siapa dirinya.
William ingin tahu siapa gadis itu tapi ketika ia mendekat ia melihat gadis itu datang tak sendiri. Ia datang dengan seorang laki-laki yang lumayan tampan yang setia berdiri di sampingnya.
Entah kenapa ada rasa tidak suka di hati William ketika melihat gadis itu datang bersama laki-laki. Sepertinya ia tak rela jika gadis itu sudah menjadi milik orang lain. Ia merasa ada sebuah magnet yang menariknya dan menginginkam gadis itu menjadi miliknya. Entah kenapa perasaan itu muncul begitu saja. Perasaan yang sama ketika ia bertemu seorang gadis kecil yang memberikan dirinya permen coklat dan bilang kalau anak laki-laki boleh kok nangis. Dan ketika kejadian itu membuat William yang terlihat kuat akhirnya menangis di samping seorang gadis kecil. Gadis kecil itu menemaninya sampai ia berhenti menangis dan ia pun memberikan permen coklat untuk William. Dan sejak itu William seperti sudah menetapkan hatinya jika ia harus mencari dimana gadis itu berada dan akan menjadikan gadis itu miliknya.
"Xander kamu cari informasi tentang gadis dan laki-laki itu. Saya mau informasi yang selengkap mungkin," perintah William.
"Baik tuan William akan saya laksanakan," jawab Xander patuh.
Xander adalah orang kepercayaan sekaligus bodyguard William. Kemanapun William pergi Xander akan selalu menjaganya. Karena di luar sana banyak musuh yang ingin melihat seorang William Ritz mati.
Sementara itu Eliza sudah mulai bosan dengan pesta yang isinya kalangan berkelas. Sepertinya ia menyesal menerima ajakan sahabatnya Andra untuk menemani dirinya ke acara pernikahan mantan pacarnya. Karena Eliza tahu ia akan merasa bosan dan tak nyaman berada disini.
"Andra kita pulang aja yuk. Aku udah bosan banget disini. Mana aku pakai gaun kayak gini. Aku udah gak nyaman lagi nih," kata Eliza membujuk Andra sahabatnya.
"Bentar lagi lah El. Lagian besok kamu kan gak masuk kerja kan? Jadi gak pa-pa kalau sekali-kali kamu pulang malam." Andra pun menolak ajakan Eliza untuk pulang.
"Kalau kamu gak mau antar aku pulang, aku bisa pulang sendiri," kata Eliza yang mulai sewot.
"Ehh.... El tunggu. Ok kita pulang sekarang." Andra akhirnya menyerah juga dan menuruti kemauan sahabatnya.
Akhirnya Eliza dan Andra pun memutuskan untuk pulang. Sebenarnya yang lebih tepat Eliza yang meminta pulang. Padahal Andra masih berada disana tapi dasar sahabatnya ini gak pernah suka datang ke acara seperti ini.
"El makasi ya buat malam ini," kata Andra ketika sudah berada di depan rumah Eliza.
"Iya sama-sama. Tapi awas aja kamu sampai lupa janji kamu sama aku. Aku qakan tagih janji aku terus," kata Eliza mengingatkan.
"Iya aku gak bakal lupa. Ya udah aku masuk aja sana. Aku juga mau balik sekarang. Salam buat om Rudi ya," kata Andra berpamitan.
Tak berapa lama mobil Andra sudah pergi dari rumah Eliza. Eliza pun segera masuk ke rumah karena malam ini udaranya lumayan dingin.
Setelah membersihkan diri dan berganti baju, Eliza pun pergi ke kamar sang om untuk melihat keadaanya. Dan betapa kagetnya Eliza ketika melihat omnya pingsan di lantai.
"Om Rudi," teriak Eliza panik.
Happy reading