Aku terlalu banyak dosa padanya. Aku pikir dia tidak akan menegurku. Aku perlahan berbalik padanya dan memberikan senyuman. "Iya, pak Ervan?" aku harus tetap menghormatinya meski kami sudah saling menenal satu sama lainnya. Dia melangkah mendekat. "Selamat bergabung di Aurora." ujarnya. Aku mengangguk pelan. "Iya, pak ervan, sama sama." Tidak seperti yang aku harapkan. Aku pikir dia akan bersikap seperti kami adalah seorang mantan yang memiliki kisah manis di masa lalu. Namun itu sungguh memang tidak akan pernah terjadi. Mengingat aku lah yang kali pertama menyakitinya. Sudah untuk laki laki itu tidak mengusirku dari sini. "Kalau begitu, saya permisi. Saya duluan, ya." Ervan meninggalkan ku begitu saja. Membuatku termangu melihat punggung lebar dan tegap yang pernah menjadi satu sat