"Aku enggak kenapa napa. Aku hanya kangen saja pada Sonia." ujaku pada Ervan. Aku sudah berjanji pada ibunya Ervan, untuk tidak mengatakan apapun perihal obrolan kami di dapur itu. "Oh, aku juga sangat merindukan Sonia. Aku boleh mampir ya." ujarnya padaku. AKu pun mengangguk. "Iya, boleh." Aku belum bisa tiba tiba berubah menghindari Ervan, karena aku akan membuat perubahan itu secara alami, sehingga Ervan mungkin tidak akan curiga. "Oh, iya. Kalian tadi membicarakan apa? aku ditarik ayah, karena dia mau bicara dengan ku. Sehingga aku tidak tahu apa yang kalian bicarakan. Jangan jangan kalian menjelek jelekan aku." Aku melihat kedua mata Ervan begitu senang. Mungkin karena ia meihat kedekatan ku dengan ibunya di dapur. Tanpa ia tahu, bahwa yang kami bicarakan adalah seputar seorang ib