MATI PENASARAN

1303 Kata
Deon memperhatikan Cass yang terlihat sedang senyum senyum sendiri. “Apa yang kamu pikirkan?” Deon mengerutkan keningnya. “Perempuan itu… Boleh juga,” Cass tersenyum. Deon melotot, “Rencana kita hanya membuatku was was. Apa kamu akan jatuh cinta pada perempuan itu?” Cass langsung membelalak, “TI DAK MUNG KIN. “Aku tidak mungkin jatuh cinta pada seorang Cirillo.” “Kenapa tidak mungkin?” Deon memperhatikan gerak gerik Brielle dan juga Emmet dari kejauhan. Keduanya sudah masuk ke dalam mobil berlogo RR tersebut tapi belum bergerak. “Dia musuh bebuyutan. Pesaing… Jadi, tidak mungkin,” ungkap Cass tegas. Deon hanya tersenyum. “Hilangkan senyum menyebalkan itu dari wajahmu,” Cass merasa kesal sendiri. Senyum itu malah semakin lebar tersungging di wajah Deon. Cass mencoba mengabaikan tingkah menyebalkan sekretarisnya itu. Ia mengalihkan pandangan ke arah Brielle dan Emmet yang berada di dalam mobil namun tak kunjung bergerak. “Kenapa mereka lama sekali berdiam diri di dalam mobil?” gumam Deon. “Iya,” Cass menyipitkan matanya dan mencoba memperhatikan pergerakan keduanya. Tapi tidak terlihat apapun karena kaca mobil yang memang gelap. Tiba tiba, lampu mobil menyala dan suara mesin mulai terdengar. “Siap siap,” ucap Cass. “Kita ikuti mereka.” Saat mobil berlogo RR tersebut mulai keluar dari parkiran, kendaraan roda empat yang dikemudikan Deon pun mengikutinya. Brielle Cirillo dan Emmet Shaw ternyata menuju sebuah restoran. “Mmm.. Mereka sepertinya makan siang,” ucap Deon. “Ya sudah, kita juga,” ungkap Cass. Deon memarkirkan mobilnya tak jauh dari tempat mobil Brielle terparkir, “Kita belum melakukan reservasi. Bagaimana kalau ada yang mengenali kita?” “Kenakan terus maskermu,” Cass kemudian mengambil topi yang memang ada di dalam mobil tersebut. Ia pun mengenakannya sehingga wajahnya tidak jelas terlihat. “Oh ya, lepaskan jas mu. Rasa rasanya tidak terlalu cocok untuk misi mata mata ini,” ucap Cass lagi. Deon melepaskan jasnya tanpa banyak berkata kata. Ia kemudian mengenakan kacamata hitam tanpa melepas maskernya. Keduanya masuk ke dalam restoran dan mencari lokasi yang ada di pojokan sehingga terhindar dari keramaian. Cass memilih duduk di dekat dinding kaca besar yang berbatasan dengan taman. Ia bisa melihat taman yang ada di tengah restoran. “Aku hanya bingung, bagaimana cara kita makan dengan masker begini,” Deon menggumam. “Pesan makanan dan tidak makan. Take away saja,” Cass memperhatikan sekeliling restoran. Ia mencari cari keberadaan Brielle Cirillo. Sampai matanya terhenti memperhatikan perempuan itu yang ada di sisi berlawanan darinya. Tempat duduknya ada di seberang taman sehingga terhalangan dinding kaca lainnya. Brielle sedang memainkan ponselnya. Entah apa yang dilihat atau dibacanya. Diam diam Cass tersenyum. Wajah cantik Brielle yang tadi terlihat ‘galak’, sekarang ini terlihat ‘lembut’. Perempuan itu galak atau lembut? Dia seperti memiliki dua sisi yang berbeda. Satu wajah, dua karakter. Siapa kamu sesungguhnya? Apa aku harus bersikap lembut menghadapimu? Atau tegas dan galak? Kenapa aku tidak membacanya sama sekali? Tak sengaja, Cass menatap kedua buahdada Brielle yang begitu menantang. Kedua kakinya menyilang hingga sedikit menyingkapkan paha mulusnya. Kamu menggairahkan. Tapi di satu sisi… Kamu juga menggemaskan. “Ehm,” Cass berdehem menyadari pemikirannya. Kenapa juga aku memikirkan hal tersebut? Fokus Rexton, jangan sampai perempuan itu mengalihkan rencanamu. Cass mencoba mengabaikan keberadaan Brielle, tapi sudut matanya lagi lagi melirik ke arahnya. Ada apa denganku? >>> Brielle melamun sambil menunggu pesanan makan siangnya tiba sedangkan Emmet sedang ke toilet. Ia pun sendiri. Elle memilih untuk melihat lihat isi ponselnya. Rasa penasarannya kembali menelusuri nama ‘Rexton Orville’. Seperti apa wajah ‘jelek’ mu? Aku ingin tahu. Elle menekan laman demi laman di daftar pencarian tersebut, hingga tiba di laman terakhir. Tapi, tidak ada satupun fotonya. Yang ada hanya berita tanpa memunculkan ilustrasi gambar mengenainya. “Kamu pasti jelek, jelek, jelek,” Elle menggumam. “Aku kok kesal sendiri ya… Kenapa juga aku memikirkannya terus menerus?” “Ah,” Elle tiba tiba memukul meja secara perlahan dan membalikkan ponsel sehingga tidak lagi melihat layarnya. “Kenapa lagi?” Emmet menahan senyumnya. “Seriously, I’m curious… Rasa penasaran ini seperti menyiksaku,” Elle mengerucutkan bibirnya. “Soal lelaki dengan inisial RO?” Emmet menahan senyum menyebutkan inisial ‘Rexton Orville’. “Iya,” Elle mengangguk. “Aku penasaran setengah mati, kenapa dia tidak mau memunculkan diri? “Kamu belum menemukan petunjuk apapun?” “Belum. Berikan aku waktu,” ucap Emmet. “Take your time,” ucap Elle. “Tapi… Kesabaran ada batasnya. Dan kesabaranku tipis, Shaw.” Emmet tertawa. Kalau Elle sudah menyebut nama akhirnya, artinya tidak ada yang dinamakan ‘kesabaran’. Perempuan di hadapannya itu ingin segera mendapatkan informasi. “Aku tidak ingin berlama lama. Tapi jujur, tidak mudah Elle… Pertebal kesabaranmu,” Emmet tertawa. “Sesulit apa? Apa yang membuatnya sulit?” Elle menggumam. “Kamu tahu yang membuatnya sulit?” Emmet menatapnya. “Apa?” Elle penasaran. “Dia memang tidak ingin diketemukan. Itu yang membuatnya sulit,” jawab Emmet. “Kalau hanya sekedar tidak muncul, kita pasti menemukannya. “Tapi… Lelaki bernama RO ini sama sekali tidak ada datanya sama sekali,” Emmet menggelengkan kepalanya. “Sangat jelas dia tidak ingin diketemukan.” “Ahh…” Elle mengepalkan tangannya lalu memukul meja sepelan mungkin. “Aku marah… “Ini membuatku semakin ingin tahu.” “Kerahkan orang sebanyak mungkin,” tegas Elle. “Percuma Brielle. Ini bukan persoalan kekurangan tenaga untuk menemukannya. Memang datanya tidak ada,” Emmet menegaskan. “Kita seperti mencari yang tidak eksis di dunia ini.” “Iya, tapi kenapa? Kenapa?” Elle mengatupkan bibirnya kuat kuat. Emmet tertawa, “Jangan terobsesi begitu.” “Aku lama lama bisa terobsesi Emm,” Elle menegaskan. “Dia lelaki aneh yang lahir tapi hilang ditelan bumi. “Buat apa dia ada di dunia ini kalau untuk menghilang?” Emmet lagi lagi terbahak bahak, “Otakmu harus dicuci bersih.” Elle menghela nafas, “Setuju. Cuci bersih otakku. Aku tidak ingin memikirkannya, tapi ingat lagi, ingat lagi.” Tiba tiba pelayan restoran mengantarkan pesanan makan siang mereka. “Kita makan dulu,” ucap Emmet. “Bersabarlah. Tim tidak berhenti mencarinya. Kita juga sudah menempatkan beberapa orang untuk mengawasi Deon Cannavaro.” “Dimana ada Deon, pasti ada Rexton,” ungkap Emmet lagi. “Soon or later, kita pasti menemukannya.” “Hmm… Dimana Deon Cannavaro sekarang?” tanya Elle penasaran. “Dia ada di kediaman Keluarga Orville. Sampai sekarang, lelaki itu, mmm.. RO maksudku. Dia masih belum memunculkan dirinya di kantor. Deon masih menangani segala sesuatunya,” terang Emmet. “Hmm… Apa aku datangi saja rumahnya?” Elle menyampaikan ide gila. “Separah itu rasa ingin tahumu?” Emmet menahan senyum. “Iya,” Elle mengangguk. “Rasa rasanya lebih baik dengan percaya diri mengunjunginya, bahkan mungkin mempermalukan diriku, daripada terus penasaran.” “Apa alasanmu tiba tiba muncul di kediamannya?” tanya Emmet ingin tahu. “Untuk mengucapkan selamat? Atau untuk berkenalan? Apa…?” Elle malah bertanya balik pada sekretarisnya itu. “Cirillo mengunjungi Orville? Aku tidak menyarankan,” Emmet menggelengkan kepalanya. “Brielle kamu hanya akan membuat skandal. “Bisa jadi dianggap perempuan mendekati laki laki. Citramu menjadi negatif… “Bisa jadi juga sebagai simbol Cirillo mengalah pada Orville. “Jangan melakukan hal hal yang bisa menjadi pergunjingan. Ingat kamu seorang CEO.” “Rasa ingin tahuku ini bisa membuatku mati penasaran,” ucap Elle. “Atau… Aku ada ide. Kamu saja.” “Aku kenapa?” tanya Emmet bingung. Elle tersenyum lebar, “Besok pagi, kunjungi kediaman Keluarga Orville. Hanya kamu, tanpa aku. Temui lelaki itu. “Ini perintah Emm, jangan membantah.” Emmet menghela nafas, “Apa juga alasanku? Belum tentu dia mau menemuiku.” “Cari cara. Cari akal. Setelah itu, aku tidak akan membahasnya lagi. E N D,” Elle tersenyum lebar. Emmet menggelengkan kepalanya. Sulit, sungguh sulit ketika seorang Brielle Deandria Cirillo menginginkan sesuatu. Dia harus segera mendapatkannya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN