Cass keluar dari kamar tidurnya mengenakan pakaian kasual. Ia lalu memberikan gestur pada Deon agar mengikutinya.
“Kita mau kemana?” Deon menuruti ajakan Cass dan bergerak keluar rumah menuju halaman belakang.
“Tunggu,” Cass terus berjalan hingga tiba bagian belakang rumah tempat garasi besar yang menampung deretan mobil mobil mewahnya.
“Selama aku menjadi sekretaris si Elle, aku harus membawa mobil sendiri. Coba, dari sudut pandangmu, mana mobil yang seharusnya aku gunakan?” tanya Cass.
Deon tergelak melihat deretan mobil mewah yang harganya di atas dua milyar rupiah.
“Tidak satupun yang ada di sini,” Deon menggeleng. “Nanti aku siapkan. Mobil sekaligus juga apartemen.
“Apartemen tempat tinggal Emmet Shaw bisa menjadi pilihan. Lokasinya tidak jauh dari Kantor Pusat Cirillo Group Company.”
Cass mengangguk.
“Sekarang kita pergi ke suatu tempat,” ungkap Cass lagi. Ia meminta staf yang ada di garasi untuk mengeluarkan mobil.
“Tanpa pengemudi?” Deon memastikan.
Cass kembali mengangguk, “Yes, tanpa pengemudi.”
Deon tidak lagi membantah. Ia duduk di kursi pengemudi, sedangkan Cass duduk di sebelahnya.
“Kemana?” tanya Deon.
“Kantor Cirillo,” Cass menyeringai. “Aku belum pernah melihat langsung perempuan itu. Sebelum kita menjalankan rencana, aku ingin melihatnya dengan mata kepalaku sendiri.”
“Untuk apa?” Deon mengerutkan keningnya. “Foto fotonya sudah aku serahkan. Kamu tahu sosok Brielle Cirillo.”
Cass tersenyum, “Untuk bisa menghadapinya, aku harus melihat dan menilainya secara langsung.”
Deon tidak lagi berkata kata. Ia menggerakkan mobilnya menuju Kantor Pusat Cirillo Group Company. Saat mendekat, Cass langsung mengenakan maskernya.
“Kamu juga kenakan masker. Jangan sampai ada yang menangkap wajah kita lewat rekaman cctv,” Cass menunjuk dua cctv yang terdapat di gerbang masuk kantor.
Deon menghentikan mobilnya di pinggir jalan lalu mengenakan maskernya. Setelahnya, ia kembali membawa kendaraannya masuk ke gedung kantor yang menopang lebih dari tiga puluh lantai tersebut.
Mobil mereka terparkir di basemen sambil mencari cari area khusus ‘CEO’ yang biasanya mendapatkan tempat tersendiri. Sampai akhirnya Deon menemukan satu mobil mewah dengan logo ‘RR’ di ujung kap.
“Pasti itu mobilnya,” Deon menggumam. “Siapa lagi di Jakarta yang bisa memiliki Rolls Royce Spectre Lunaflair?”
Cass memperhatikan mobil tersebut. Rolls Royce Spectre Lunaflair terbilang unik dengan cat khusus yang memiliki efek holografik sehingga membuat mobil tampak berbeda tergantung pada kondisi cahaya.
Boleh juga selera perempuan itu.
Deon lalu memarkirkan kendaraannya di lokasi yang bisa mengamati mobil tersebut, “Mau sampai kapan kita berdiam diri di sini?”
“Sampai perempuan itu muncul,” gumam Cass.
“Kamu buang buang waktu,” Deon mengeluh. “Sudah dua minggu sejak pengangkatanmu menjadi CEO Orville Corporations, dan kamu belum masuk kantor sekalipun. Tapi untuk urusan ini, kamu bersedia meluangkan waktu. Padahal kita harus menunggu tidak jelas.”
“Satu hal yang paling aku tidak suka adalah manusia pengeluh dan suka mengomel. Kamu melakukannya saat ini…” Cass berkata dengan sinis.
Deon akhirnya diam.
Lebih dari lima puluh menit berlalu, tapi sosok Brielle tidak juga terlihat.
Deon mulai menghela nafas sebagai tanda bosan.
“Aku juga bosan, tapi tidak begitu,” Cass mulai kembali menunjukkan kekesalannya.
“Ini buang buang waktu,” Deon kembali berkeluh kesah.
Cass akhirnya tertawa.
“Tunggulah, tidak setiap hari juga seperti ini. Sebentar lagi jam makan siang, aku pikir, Brielle Cirillo akan memunculkan diri,” ucap Cass. “Kenali musuh sebelum berperang.”
Deon kembali diam.
Tiba tiba pintu lift terbuka.
Cass dan Deon duduk dengan tegak dan menantikan sosok yang keluar dari dalam lift. Namun, bukan sosok Brielle yang muncul, tapi seorang laki laki.
“Siapa lelaki itu?” Cass bertanya tanya. Ia menyipitkan matanya.
Deon sedikit kaget melihatnya. Matanya menatap tanpa berkedip.
“Kenapa kamu seperti kaget?” Cass bertanya tanya sambil menoleh ke arah sekretarisnya itu.
“Dia… Chase Everett… Apa yang dilakukan si brengsk itu di tempat ini?” Deon menggumam.
“Chase Everett, dia orangnya?” Cass memastikan.
“Iya. Aku yakin seratus persen, seribu persen. Dia Chase Everett,” tegasnya.
“Cirillo berurusan dengan penjahat itu?” Cass mengepalkan tangannya. “Bertambah satu alasanku untuk mengawasi Brielle Cirillo.”
“Apa rencana mereka?”” gumamnya.
“Aku berubah pikiran,” Deon tiba tiba bicara. “Aku mendukungmu untuk mengawasi Brielle Cirillo. Kalau dia ada main dengan Everett, artinya mereka sama busuknya.”
“Nice..” Cass menepuk bahu Deon sambil menyeringai.
Mereka memperhatikan kalau Chase Everett masuk ke dalam sebuah mobil yang bergerak mendekatinya. Lalu keluar dari dalam basemen.
Selang tiga puluh menit kemudian, pintu lift kembali terbuka.
Deon langsung mengenali kalau sesosok lelaki yang keluar dari dalamnya adalah Emmet Shaw.
“Itu Emmet Shaw,” gumam Deon.
Cass kembali menegakkan tubuhnya. Ia memperhatikan sesosok lelaki tinggi besar yang lumayan tampan. Wajahnya terlihat tenang dan tanpa ekspresi. Di tangan kanannya dia memegang sebuah tablet. Sedangkan tangan lainnya mengeluarkan sesuatu dari saku jasnya. Sebuah kunci mobil.
Ia mengaktifkan kunci mobil berlogo RR tersebut, lalu masuk ke dalamnya.
“Itu mobilnya? Atau mobil Brielle? Tapi… Rasanya tidak mungkin kalau itu miliknya dan menyetir sendiri mobil tersebut,” Cass bertanya tanya. “Kemana si Brielle?”
Deon hanya diam.
Tak lama, lift kembali terbuka.
Sesosok perempuan bertubuh tinggi langsing melangkah keluar. Kakinya jenjang dan panjang dengan sepatu hak berwarna hitam yang mengkilat. Perempuan itu mengenakan gaun terusan selutut berwarna putih yang begitu ketat hingga memperlihatkan lekuk tubuhnya yang sempurna. Bokongnya membulat sempurna dengan pinggang yang kecil bak jam pasir.
Tangan kanannya menggenggam sebuah ponsel dan tangan lainnya membawa sebuah tas yang berasal dari jenama highend ternama berlogo ‘H’. Ia berjalan dengan anggun dan tenang meski hak sepatunya cukup tinggi yang mungkin mencapai sepuluh sentimeter.
Cass hanya bisa melongo sambil menelan air liurnya ketika memperhatikan bagian d**a perempuan tersebut yang berukuran cukup besar dan mengintip dari balik pakaian yang dikenakannya. Lehernya jenjang dan kulitnya putih mulus.
Wajah cantiknya bersinar dan menghipnotisnya.
Cass menatapnya tanpa berkedip.
Brielle Deandria Cirillo, kamu boleh juga…
Kamu jauh lebih menawan dari apa yang aku lihat di foto.
Tiba tiba saja, senyum lebar mengembang di wajah Rexton Cassius Orville. Entah kenapa, dia semakin semangat untuk menjalankan penyamarannya.