Suasana Kantor Pusat Cirillo Group Company, khususnya di lantai tiga puluh satu berubah sunyi dan tegang. Penyebabnya hanya satu, sosok Brielle Deandria Cirillo, CEO dari perusahaan besar berskala internasional itu melangkah memasuki ruangannya. Di belakangnya ada seorang lelaki bertubuh tinggi besar bernama Emmet Shaw, sekretaris sekaligus orang kepercayaannya.
Siapapun yang melihat sosok Elle, nama kecil Brielle, pasti akan menelan air liurnya. Baik laki laki maupun perempuan. Tubuhnya yang tinggi langsing bak jam pasir yang berlekuk sempurna. Elle menjadi gambaran ‘Barbie’ hidup yang sesungguhnya.
Rambutnya bergelombang indah dengan panjang tepat di bawah bahunya. Bulu matanya lentik, matanya bulat menggemaskan, dan hidungnya mancung sempurna. Bibirnya yang tebal terlihat merekah dengan menggoda. Lipstik merah muda lembut mewarnainya hingga membuatnya semakin memesona.
Kesempurnaan wajahnya semakin lengkap dengan kemolekan tubuh yang tidak ada duanya. Buahdadanya membusung dengan ukuran cup C sehingga membuat kaum adam akan melirik dua kali. Pinggangnya yang kecil dan bokonggnya yang membulat tanpa cacat semakin mengintimidasi kaum perempuan dan menggoda kaum lelaki.
Apalagi semua itu ia pertontonkan dengan apa adanya. Elle seringkali mengenakan pakaian seksi yang ketat dengan beberapa bagian yang terbuka. Belahan dadanya mengintip dari balik kemejanya yang dengan sengaja tidak ia kancingkan secara penuh. Elle juga menjadikan rok pendek sebagai ‘seragam’ sehari harinya. Kakinya jenjang dengan kulit putih mulus terpampang tanpa cela.
Kesan berani dari potongan dan model pakaian yang ia kenakan seakan kontras dengan nuansa warna pastel pakaiannya yang mengesankan kelembutan. Elle seperti memainkan pikiran orang orang yang memandangnya penuh rasa ingin tahu.
Apa dia perempuan mandiri yang memiliki keberanian tanpa batas? Ataukah perempuan lembut yang membutuhkan perlindungan? Kontradiksi yang membuat orang orang penasaran pada sosoknya.
Elle menjadi CEO di usia muda, sehingga antara siap dan tidak siap, tapi ia harus bisa. Pakaian seksi menjadi ‘topeng’nya untuk mengintimidasi lawan, khususnya para lelaki yang memang mendominasi di dunia bisnis. Prinsipnya adalah ‘menyerang sebelum diserang’.
Terlepas dari penampilannya yang mengintimidasi dan mengesankan perempuan ‘ahli’ dan ‘berpengalaman’, aslinya Elle memiliki pengalaman nol besar kalau itu urusan lelaki. Ia memang kadang merespon godaan para lelaki gatal yang mendekatinya, tapi sebatas itu. Elle tidak pernah terlalu jauh melayani mereka.
Alasannya hanya satu, ia tidak ingin disepelekan lelaki karena satu rahasia yang ditutupinya. Rahasia itu adalah…
Brielle Deandria Cirillo masih perawan. Tidak pernah ada lelaki yang pernah menyentuhnya terlalu jauh.
Oleh sebab itu, ia sangat takut kalau label ‘perawan tua’ akan melekat dalam dirinya dan dilecehkan para lelaki yang ada di sekitarnya. Itu sebabnya, pakaian seksi seakan menjadi ‘topeng’ untuk membentuk identitasnya agar tidak ada yang merendahkannya.
Aslinya, Elle adalah wanita karier yang cerdas dan berani mengambil resiko. Ia juga pemberani. Elle pernah melakukan bungee jumping dari ketinggian tiga puluh meter tanpa takut. Bahkan, ia juga dengan berani melakukan paralayang dan terjun payung tanpa ragu. Hanya satu hal yang membuatnya gentar, dan itu adalah serangga.
Entah kenapa, Elle selalu merasa takut dan jijik ketika melihat serangga terbang atau berlarian di sekitarnya. Itu sebabnya, kediamannya bersih mengkilat tanpa cela. Dimanapun ia tinggal atau tidur, selalu harus ada yang menginspeksinya terlebih dahulu agar bebas dari serangga.
Emmet Shaw yang sudah memahami kebiasaan atasannya tidak lagi banyak bertanya. Ia hanya melakukan yang perlu dilakukan.
Di dalam ruangan kerjanya yang luas, Elle menatanya dengan interior bercita rasa mewah dan elegan. Nuansa keemasan dan hitam mendominasi ruangannya. Material perabot dari kayu hitam Afrika atau biasa disebut blackwood yang mahal menghiasi setiap sudut ruangan.
Bahkan, ada lampu gantung khusus yang sengaja didatangkan dari Italia. Lampu tersebut terbuat dari kristal buatan tangan sejumlah lebih dari dua ribu keping. Siapapun yang mengetahui harganya tentu akan sangat berhati hati agar tidak menyentuhnya. Dua milyar rupiah menjadi nilai uang yang harus Elle keluarkan demi mendapatkan lampu gantung khusus tersebut.
Seleranya memang mahal dan berkelas.
Tapi semua itu tidak masalah karena Elle memiliki segalanya. Uang tidak pernah jadi halangan baginya. Apapun dengan mudah ia dapatkan.
Elle lalu duduk di kursi kerjanya yang besar dan empuk. Material kulit domba yang lembut dengan kayu hitam Afrika yang kuat mengesankan kursi tersebut begitu kokoh. Siapapun yang mendudukinya pasti seseorang yang berkuasa.
“Ada berita apa hari ini?” Elle mulai membuka mulutnya.
Emmet seperti biasa membacakan resume berita berita ekonomi dan politik. Terkadang ia juga menginformasikan berita berita hiburan yang mungkin akan mempengaruhi iklim bisnis, seperti tren dan gaya hidup sehari hari.
Cirillo Group Company merupakan konglomerasi yang bergerak di industri beauty products. Kadang ulasan dari warganet yang menggunakan produk mereka menjadi hal penting yang dibacakannya setiap hari. Apalagi kalau ada ulasan dari selebritis atau tokoh ternama lainnya.
Elle menyimak semuanya tanpa terlewati. Memorinya yang kuat dan otaknya yang cerdas dengan mudah menangkap ucapan Emmet.
“Oh ya, satu lagi, sepeninggal Roscoe Orville, para pemegang saham Orville Corporations sudah menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa. Hasilnya, sesuai dugaan, Rexton Cassius Orville terpilih sebagai CEO,” ungkap Emmet.
“Mmm…” Elle hanya menggumam.
“Tidak ada komentar lain?” Emmet penasaran dengan sikap Elle yang biasanya seringkali mengkritisi setiap laporan laporannya.
“Aku tidak ingin berkomentar karena berita mengenai lelaki itu hanya membuatku kesal,” jawabnya. “Bisa jadi aku buang buang energi untuk marah marah.”
“Karena?” Emmet mengerutkan keningnya. “Kenapa harus marah?”
Ekspresi wajah Elle mengeras, “Kamu seharusnya mengerti.
“Sudah jadi rahasia umum kalau Cirillo dan Orville saling bersaing. Bayangan persaingan itu saja sudah membuatku emosi… Angka penjualan kejar kejaran. Posisi pasar naik turun bergantian. Aku ingin menang. Aku tidak rela kita ada di bawah mereka.
“Ditambah lagi mendengar nama lelaki itu,” Elle menggelengkan kepalanya. “Bagiku, dia hanya simbol lelaki pengecut karena tidak pernah memunculkan diri.
“Dia selalu bersembunyi dibalik Deon Cannavaro dan tidak pernah mau berhadapan secara langsung denganku… Apa persoalannya? Apa dia takut? Apa dia jelek? Buruk rupa? Cacat? Disabilitas? Ada apa dengan lelaki itu?
“Atau apa sesungguhnya Rexton Orville sudah meninggal dunia?”
Emmet menahan senyumnya ketika mendengar Elle menyebut kata ‘buruk rupa’.
“Kenapa kamu senyum senyum?” Elle merasa tidak suka.
“Aku memang tidak pernah melihat Rexton Orville, tapi pernah melihat Roscoe Orville. Kalau Rexton buruk rupa, artinya dia tidak mungkin anak dari Roscoe,” jawab Emmet.
“Selain itu, dia tidak mungkin meninggal dunia. Mana mungkin Rapat Umum Pemegang Saham mengangkat orang yang sudah tidak ada di dunia ini. Kamu ada ada saja.”
Elle lagi lagi menggeleng.
“Ok, aku tarik kata kataku. Mungkin dia tidak meninggal, tapi dia pasti menyembunyikan diri karena ada sesuatu yang salah dengan dirinya. Semua orang dekatnya menutupi agar tidak pernah muncul, apa lagi alasannya selain karena ada masalah dengan fisiknya atau kesehatannya?
“Kita menutupi sesuatu kalau hal itu bisa menjadi persoalan besar yang pasti akan membuat pasar saham bergejolak. Orville memiliki CEO dengan masalah besar terkait fisik atau kesehatannya. Aku meyakini hal itu..”
Emmet terdiam dan mencoba memahami pemikiran Brielle yang memang ada benarnya. Ia pun tidak lagi membantahnya.
“Itu sebabnya…” Elle melanjutkan ucapannya. “Aku rasanya ingin marah setiap kali mendengar nama Rexton Orville. Dia pengecut karena tidak berani memunculkan diri. Orville melawan Cirillo secara sembunyi sembunyi, itu tindakan apa kalau bukan pengecut?”
“Apa mungkin ada alasan lain yang menjadi sebab musabab dia tidak muncul?” Emmet mencoba menenangkan Elle.
“Alasan apa? Coba buat aku mengerti,” Elle menantang Emmet.
Emmet mengemukakan satu alasan, “Mungkin dia hanya tidak ingin dikenali.”
Elle tertawa sinis, “Omong kosong.
“Aku tetap percaya pemikiranku. TI TIK.”
Emmet tergelak, “Aku tidak pernah bisa mengalahkan pemikiranmu.”
“Jangan. Aku tidak pernah mau menerima kekalahan,” Elle bicara tegas.
Emmet tertawa terbahak bahak.
“Kenapa juga kamu tertawa? Tidak ada yang lucu di sini,” Elle mengerutkan keningnya.
“Ada hal lucu terbersit di pikiranku,” Emmet menahan tawanya.
“Apa?” Elle menunjukkan sikap ingin tahu.
“Bagaimana kalau ternyata Rexton Orville adalah lelaki dengan ketampanan luar biasa yang membuatmu jatuh cinta? Itu akan jadi hal lucu Elle,” Emmet kembali tertawa.
Elle bangkit dari kursinya dan melotot.