Elle menatapnya dengan kaget.
“Ke.. Kenapa kamu marah?” Elle mengerutkan keningnya.
Emmet bersikap sama. Ia juga menoleh ke arah Cass dengan heran.
Cass terdiam. Mulutnya mengatup rapat. Tangannya mengepal di bawah meja sebagai tanda bingung.
Duh.. Kenapa juga aku lepas kendali?
“Sorry…” Cass mencoba mencari jawaban yang tepat dalam waktu hanya beberapa detik saja. Hingga akhirnya ia terpikirkan untuk memuji Rexton, alias dirinya sendiri.
Ia tersenyum, “Aku sedikit lepas kendali. Sorry…
“Tanpa bermaksud membela, tapi Rexton Orville pernah membantuku. Dia bukan lelaki pengecut, justru dia sangat pemberani.”
“Oh ya?” Elle langsung tertarik.
“Iya,” Cass mengangguk.
“Dia pernah membantumu? Membantu apa?” tanya Emmet penasaran.
“Aku agak terganggu dengan sebutan ‘pengecut’ tadi, ehm…” Cass berdehem lalu melirik ke arah Elle. “… Mmm… Penyebabnya hanya satu, Rexton Orville pernah membantuku.
“Ketika itu, tim sekretaris bisa dibilang memang berbuat kesalahan. Hal yang terjadi di masa awal bekerja sebagai tim sekretaris Roscoe Orville.
“Rexton Orville membelaku dan tim dari amarah big boss. Padahal, tidak pernah ada yang berani melawannya. Roscoe Orville adalah sosok yang disegani dan ditakuti, tapi Rexton dengan gagah berani membela tim sekretaris hingga akhirnya Tuan Orville luluh.
“Tidak hanya itu, masih ada lagi sebetulnya yang dilakukannya. Tapi aku tidak enak untuk menceritakan semuanya.”
Dalam hati, Cass merasa bangga telah memuji dirinya sendiri.
Elle menggelengkan kepalanya.
Cass merasa kesal sendiri melihat reaksi Elle.
“Kenapa kamu menggelengkan kepalamu?” Emmet menoleh ke arah Elle.
“Aku percaya cerita Cass. Dia tidak ada alasan untuk berbohong. Tapi tindakan Rexton membela karyawan tidak menjelaskan sikap pengecutnya dengan tidak memunculkan diri,” tegas Elle.
Cass mengepalkan tangannya di bawah meja.
“Apa kamu tahu kenapa Rexton Orville tidak pernah memunculkan dirinya?” tanya Emmet.
Cass terdiam.
Ada lebih dari satu alasan yang membuatnya menyembunyikan diri. Penyebab paling utama adalah karena…
Cass mengabaikan isi kepalanya dan memilih untuk menjawab dengan alasan yang paling umum, “Yang aku tahu, Rexton Orville tidak pernah muncul karena alasan keamanan. Tuan Orville dan istrinya sangat melindungi putra satu satunya itu.”
“Oh… Dia seperti anak manja begitu ya?” Elle kembali menyeletuk
Cass menahan diri agar tidak meledak. Ia ingin membantah, tapi tidak ada alasan yang bisa ia kemukakan.
Kalau aku terus membela diriku sendiri, bisa bisa mereka curiga. Sabar Rexton. Ini hanya sebulan dua bulan saja. Sabar…
Tapi, ada apa dengan si Brielle? Pemikirannya membuatku tambah kesal.
Aku tidak manja, dan aku juga bukan pengecut.
“Sudahlah,” Emmet menengahi. “Pada akhirnya kita akan tahu juga.”
“Iya, kamu benar. Kalau dia gentleman, pada akhirnya dia akan memunculkan diri,” Elle bicara perlahan sambil menyimpan garpu dan sendok di atas piringnya yang sudah kosong. “Aku kenyang.”
Cass menggertakkan giginya sambil mengunyah suapan terakhirnya.
Aku seorang gentleman Brielle. Apa kamu tidak lihat lelaki di hadapanmu ini?
“Perutku kenyang. Aku sepertinya langsung pulang. Sudah malam juga,” Elle melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul delapan.
“Masih pukul delapan Elle,” Emmet tertawa.
“Iya, sudah malam,” Elle ikut tertawa. “Aku pulang ya… Entah kenapa tapi aku mengantuk sekali.”
Matanya melirik ke arah Cass sekilas tapi kemudian kembali menatap Emmet.
“Ok, hati hati,” Emmet mengiyakan.
“Bye,” Elle berdiri dari kursinya lalu menatap Emmet dan Cass bergantian.
Cass hanya diam. Ada rasa berat untuk membiarkan Elle pergi begitu saja.
“Oh ya,” Emmet lalu menatap Cass. “Apa kamu bisa ikut pulang bersama Elle?”
“A.. Aku?” Cass kaget.
“Iya,” Emmet mengangguk. “Sekalian Elle bisa memperkenalkanmu pada supir yang akan menjemput kalian setiap harinya. Kamu juga harus menunjukkan tempat tinggalmu agar dia tidak kesulitan menjemputmu besok.”
“Bagaimana?” tanya Emmet.
Cass berpikir beberapa saat, kemudian menatap Brielle, “Kalau Elle tidak keberatan, aku… Aku juga tidak.”
“Tidak masalah,” Elle menjawab perlahan.
“Baiklah,” Cass bangkit dari kursinya. “Aku pergi sekarang.”
“Aku tidak antar,” ucap Emmet sambil melambaikan tangannya.
Keduanya melangkah pergi.
Elle hanya berdiam diri. Ada rasa gugup yang membuatnya tidak sanggup berkata kata. Meski ia mencoba tetap bersikap percaya diri.
Seperti juga Cass yang memilih untuk tidak membuka mulutnya. Otaknya terasa kosong dan tidak bisa berpikir jernih.
Jangan sampai salah bicara Rexton. Heran aku… Kenapa juga bisa kehabisan kata kata dan tidak tahu harus berbuat apa?
Di depan lift, dengan sigap Cass menekan tombol turun. Keduanya pun masuk ke dalam ruangan kecil yang kosong tersebut. Tidak ada siapapun selain mereka berdua.
“Ehm, basemen satu,” Elle bicara perlahan.
Cass kemudian menekan tombol ‘BI” dan lift pun bergerak turun.
Elle hanya menunduk di pojokan lift. Sedangkan Cass bersikap seperti bodyguard yang berdiri di depannya membelakangi Elle.
Saat pintu lift terbuka, mobil Rolls Royce yang dilihat Cass beberapa waktu lalu sudah terparkir di depan mereka. Meski sedikit canggung, tapi Cass bergerak untuk membukakan pintu belakang dan membiarkan Elle masuk.
“Thank you,” Elle tersenyum.
Seketika, Cass merasakan tubuhnya kembali terasa hangat. Ada kegembiraan yang meluap di dalam dirinya ketika mendapatkan senyuman manis dari Brielle Cirillo.
“Sama sama,” ia memperhatikan Elle yang melangkah dengan anggun memasuki mobilnya. Pahanya yang mulus sedikit tersingkap ketika duduk di jok belakang tersebut.
Cass dengan cepat menutup pintunya menghindar dari pemandangan yang menggoda syahwatnya tersebut. Ia pun duduk di kursi depan seperti kebiasaan Deon ketika pergi bersamanya.
Jantungnya berdebar kencang tanpa bisa ia kendalikan. Mendadak saja, badannya gerah. AC dari mobil mewah tersebut seperti tidak bisa membuatnya merasa dingin.
Hawa panas menyebar di tubuhnya.
Tenang Rexton, tenang...
Setelah mobil bergerak, Elle mulai bicara pada pengemudinya, “Pak, mulai besok Cass akan menggantikan Emmet sementara waktu.”
“Baik nona,” ucap pengemudinya itu.
Elle kembali bicara, “Mmm… Cass…”
“Ya,” Cass menoleh ke belakang.
“Apa kamu meninggalkan kendaraanmu di gedung ini?” tanya Elle.
“Tidak, aku tadi berjalan kaki ke sini,” jawab Cass bohong. “Apartemenku di gedung sebelah. Jadi tidak jauh.”
“Oh.. Kebetulan sekali. Tidak heran kamu berolah raga di daerah sini,” Elle menggumam.
“Iya,” Cass mengangguk.
Ucapan Cass mengakhiri obrolan singkat mereka. Bukan karena tidak ingin berbincang bincang, tapi keduanya merasa gugup dan tidak tahu harus bicara apa.
Cass berulang kali menatap dari kaca tengah mobil ke jok belakang. Brielle hanya diam sambil menunduk memperhatikan ponselnya.
Rambut panjangnya yang indah terurai menutupi satu sisi dari wajahnya yang cantik, sehingga Cass tidak bisa melihat jelas pesona perempuan yang menjadi ‘bos’nya tersebut.
Apa yang kamu lihat di ponsel itu Elle?
Cass menggaruk rambutnya yang tidak terasa gatal tersebut.
Kenapa juga aku bisa kehabisan kata kata? Tidak biasanya Cass… Tidak biasanya kamu begini…
Mobil terus melaju hingga tiba di Kediaman Keluarga Cirillo.
Cass kembali melirik ke arah jok belakang dari kaca tengah mobil. Ia tersenyum ketika memperhatikan kalau Brielle Cirillo tertidur.
Mobil memasuki gerbang kediaman Keluarga Cirillo yang megah dan besar. Pemandangan yang biasa saja bagi Cass. Ia lebih tertarik untuk terus memperhatikan sosok Brielle yang tertidur.
Kamu lucu sekali. Apa jam delapan adalah jam malam mu? Kalau iya, kita sangat bertolak belakang.
Ah, Rexton.. Kamu aneh sekali. Apa lucunya orang tidur jam delapan malam?
“Sudah tiba pak,” pengemudi bicara ketika mobil berhenti di pintu depan rumah.
“Oh sebentar,” Cass turun dari jok depan. Ia kemudian membuka pintu jok belakang.
Cass mendekat ke arah Elle dengan niat membangunkannya. Namun, kecantikan Brielle begitu menghipnotis. Ia pun terdiam.
Jari jarinya dengan sedikit gemetar menyingkirkan rambut panjang Elle yang menutupi wajahnya. Cass memperhatikan bulu mata Brielle yang lentik dan panjang. Hidungnya yang mancung dan lancip semakin menyempurnakan wajahnya yang memang memesona.
Tiba tiba saja, Elle menggerakkan kepalanya dan membuka matanya. Keduanya saling berhadapan dengan jarak yang begitu dekat.
Elle menatap Cass dengan matanya yang bulat dan sendu.
Cass seperti membatu. Lehernya tidak bisa bergerak.
Ia terpesona…