SUKSES

1206 Kata
Cass menelan air liurnya setelah terus menerus menatap mata Elle yang berhasil menghipnotisnya. Ia akhirnya membuka mulutnya. “Mmm… Kita belum resmi berkenalan,” Cass tersenyum. “Namaku Cass.” “Aku.. Bri… Mmm.. Panggil saja aku Elle,” ucap Brielle. “Ma maafkan aku kalau terkesan kurang ajar, tapi… Sebentar,” Cass mengangkat tangannya dan mengambil sesuatu dari rambut Elle. “Ada potongan daun kering.” Ia membuang daun kering itu ke lantai. “Oh… Sejak kapan ada di rambutku?” Elle merasa malu sendiri. “Entahlah…” Cass kembali tersenyum. Ia memperhatikan sorot mata Elle yang berubah malu malu. Perempuan di hadapanku ini menggemaskan sekali. Dia terlihat lemah lembut. Tidak sama dengan perempuan yang aku lihat di restoran kemarin yang mengenakan pakaian provokatif dan terkesan berani. Kali ini, dia seperti orang yang berbeda. Cass hanya berdiam diri memperhatikan Elle selama beberapa detik. Ia akhirnya merasa canggung sendiri. “Mmm… Kamu mau kemana?” Cass akhirnya memecah kesunyian. “Aku tadinya mau ke ruang rawat VVIP, kamarnya Emmet. Tapi lalu aku haus…” Elle bicara perlahan sambil menunduk. Cass merasakan jantungnya berdebar tak menentu. Kenapa Elle membuatku seperti ini? Sikapnya, gesturnya… Hanya membuatku ingin berada di dekatnya. Kakiku… Seperti sulit bergerak… Aku tidak ingin pergi. “Aku temani kamu ke sana. Apa boleh?” Cass menawarkan diri. Elle mengangguk, “Iya, boleh. Aku… Tidak mau sendiri juga. Emmet, dia, mmm.. Selalu ada di sisiku.. “Sekarang, dia, sakit. “Aku, sendiri…” Elle terdiam. Cass ikut diam. Ia memperhatikan ekspresi Elle dari matanya. Entah kenapa, perempuan di hadapannya ini seperti bersedih. Ada apa? Kenapa? Seketika, ada rasa tidak jelas menyeruak di dirinya. Perutnya mendadak mulas. Ada debar debar aneh yang menjalar di dadanya. Kenapa aku sepertinya sudah membuat Elle bersedih? Kenapa aku tidak enak hati? Kenapa aku… Aku.. Jadi ingin melindunginya? “Ayo,” Cass akhirnya mengajak Elle bergerak. “Kemana arahnya? Aku tidak mengenal rumah sakit ini.” Elle menggeleng, “Aku juga tidak tahu.” Cass akhirnya tertawa, “Aku mau mengantarmu tapi tidak tahu harus kemana. Ini seperti pengemudi buta arah.” Elle ikut tertawa, “Iya.. Aku hanya penumpang yang tidak tahu kemana harus bergerak.” “Sebentar,” Cass mendekat ke seorang petugas sekuriti yang melintas. Elle memperhatikan dari jauh. Ia melihat Cass yang begitu gagah dengan celana pendek hitam, kaos hitam, dan jaket parasut berwarna abu abu. Oh.. Kamu baik sekali. Tampan juga. Aku terpesona. Cass bicara pada petugas sekuriti tersebut untuk menanyakan arah menuju ruang VVIP. Setelahnya ia kembali mendekati Elle. “Let’s go. Aku sudah tahu,” Cass mengajak Elle pergi. “Mmm.. Thanks,” Elle dengan malu malu mengucap terima kasih. “Kamu tidak ada urusan lain?” Cass menggeleng kemudian tergelak, “Aku pengangguran.” “Kenapa kamu mengambil cuti panjang?” Elle ingin tahu. “Ada satu kejadian yang membuatku ingin rehat sejenak dari dunia bisnis,” Cass menjawab perlahan. “Akhirnya satu tahun terakhir ini, aku lebih banyak berkontemplasi.” Cass mengenang masa satu tahun terakhir hidupnya yang bulak balik ke rumah sakit karena ingin mendampingi ayahnya. Ia juga lebih banyak terlibat dalam kegiatan amal sosial daripada bisnis. Untungnya, ada Deon yang bisa menjadi perpanjangan tangannya dan berurusan dengan para eksekutif di perusahaan. “Ohh..” Elle memperhatikan perubahan ekspresi Cass sehingga tidak lagi banyak bertanya. Sepertinya ada persoalan pribadi yang tidak mudah diceritakan. “Kita harus naik ke lantai tujuh,” Cass menekan tombol lift dan membiarkan Elle masuk terlebih dulu. Keduanya berada di dalam lift kosong yang bergerak menuju lokasi kamar VVIP. Sekeluarnya dari lift, ada dua orang lelaki menghampiri Elle, “Ibu, Bapak Emmet sudah masuk kamar tujuh kosong satu.” “Iya,” Elle menjawab pendek. “Kamu bisa pergi,” Cass menatap Elle. Elle hanya diam. Tangannya mengepal sebagai gestur tidak ingin berpisah. Tapi Elle akhirnya mengangguk. “Bye,” Elle melambaikan tangannya secara perlahan. Cass memaksakan diri untuk tersenyum. Ia tidak ingin berpisah dengan Elle, tapi tidak ada hal yang bisa dilakukan untuk mencegahnya. “Bye,” dengan berat hati ia membalas ucapan perempuan cantik di hadapannya. Elle pun membalikkan tubuhnya dan melangkah menuju kamar tempat Emmet dirawat. Cass memperhatikannya hingga Elle menghilang dari pandangannya. Ia hanya bisa menarik nafas panjang. Entah kenapa, ada yang terasa hilang di dirinya. Cass melamun sambil memperhatikan pintu kamar nomor tujuh nol satu. Setelah beberapa saat, ia pun pergi. >>> Elle masuk ke dalam kamar dan melihat Emmet berbaring di atas tempat tidur rumah sakit sambil memperhatikan hasil rontgen yang ada di tangannya. “Hai..” Elle duduk di sampingnya. “Bagaimana hasilnya?” “Retak,” Emmet menggelengkan kepalanya. “Ini hari sial.” “Pesepeda itu pergi begitu saja. Aku kesal juga,” Emmet menggumam. Elle menyerahkan ponselnya pada Emmet, “Coba cari tahu kejadiannya. Kenapa orang itu tidak bertanggung jawab dan melarikan diri?” Emmet kemudian mengirimkan pesan pada Kepala Tim Keamanan Keluarga Cirillo untuk mencari tahu kejadiannya. Ia menginformasikan mengenai lokasi dan waktu kejadian. “Sudah,” Emmet mengembalikan ponsel Elle. “Mmm… Soal sekretaris pengganti,” Elle menatap Emmet. “Aku… Merasa… Lelaki itu baik.” Emmet menahan senyumnya, “Kamu mau menjadikannya penggantiku?” “Tidak selamanya Emm. Hanya selama kamu sakit tidak bisa bekerja,” Elle menonjok pelan lengan Emmet. “Coba buka resumenya,” ungkap Emmet. “Aku ingin baca.” Elle membuka pesan masuk dari Cass di ponselnya. Ia lalu membiarkan Emmet membacanya. “Kamu baca duluan,” entah kenapa Elle merasa berdebar sehingga gugup untuk mengecek isinya. Emmet dengan serius membaca isi resume Cass, “Namanya Cass Sachiel. Resumenya impresif Elle. Dia lama tinggal di New York. “Tapi sejak setahun lalu, dia berhenti bekerja dan tidak ada keterangan apapun lagi.” Ia kemudian menggeser halaman lain dari file tersebut, “Hmm.. Ada yang menarik Elle, beberapa tahun lalu dia sempat bekerja sebagai staf sekretaris Roscoe Orville.” “Oh ya,” Elle langsung tertarik. “Iya, sekitar delapan tahun lalu. Sudah cukup lama,” jelas Emmet. “Ini menarik…” Emmet kembali menggumam. “Aku semakin bulat untuk merekrutnya,” Elle tersenyum lebar. “Kenapa?” tanya Emmet. “Dia pasti pernah melihat Rexton Orville,” Elle langsung antusias. Emmet tersenyum. “Gara gara kejadian ini, kamu belum sempat mengikuti perintahku untuk mengunjungi kediaman Keluarga Orville. Cass akan menjadi orang yang tepat untuk mendatanginya karena dia ada kedekatan dengan Roscoe Orville di masa lampau,” Elle menjelaskan panjang lebar. “Kamu yakin untuk merekrutnya?” Emmet memastikan. “Yakin,” Elle mengangguk. “Baiklah. Setelah selesai proses di rumah sakit dan bisa pulang, nanti aku akan menghubunginya,” tegas Emmet. Elle langsung memamerkan senyum penuh kemenangan. Hormon dopamine di dalam tubuhnya mendadak meningkat drastis. Ia semangat. >>> Cass sedang berdiam diri ketika ponselnya berbunyi. Nomor tersebut tidak dikenalnya sehingga tidak ia angkat. Namun ada pesan masuk. Emmet : Ini aku, Emmet. Orang yang kamu tolong tadi pagi. Emmet : Apa bisa aku hubungi? Cass lalu menghubunginya. Emmet : “Sorry, ada yang ingin aku bicarakan? Ini soal pekerjaan. Mmm… Apa kamu bisa bantu?” Cass : “Jadi sekretaris pengganti?” Emmet : “Iya. Apa kita bisa ketemu? Di apartemenku.” Cass : “Bisa. Kirim saja alamatmu.” Emmet pun mengirimkan titik lokasinya. Cass tersenyum lebar. Rencanaku berhasil…
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN