Aku memandang ke rumah Mama, menimbang-nimbang haruskah aku menemui Mama untuk menitipkan Aina atau tidak. Tapi, pasti Mama akan bertanya aku mau ke mana sampai Aina dititipkan padanya. Juga, bisa-bisa mama mengoceh karena aku baru lahiran tapi sudah keluyuran. Sudahlah, lebih baik Aina kubawa saja. Itu sepertinya yang terbaik. Maka akhirnya aku kembali melangkah ke bibir jalan, menyetop taksi yang lewat dan mengatakan arah tujuanku. "Me-la-niii," ucap Ibu dengan wajah antusias saat melihatku berjalan ke arahnya. Ibu yang tengah menyapu tersenyum lebar saat aku berdiri di depannya. Aku balas tersenyum pada mantan ibu mertuaku ini. Mengulurkan tangan lalu dengan sedikit membungkuk mencium punggung tangannya. "Kok ke sini tidak bilang-bilang sih, Mel? Kalau bilang kan ibu pasti akan masakk