Aku menoleh saat merasakan pundakku di rangkul. Aku merasa tak enak hati saat bersitatap dengan suamiku karena sejak tadi tatapanku terus tertuju ke luar. "Ayo, duduk di sana, Dik," katanya sambil menuding bangku besi. Aku mengangguk kecil, lalu melangkah menuju bangku yang ditunjuknya. "Adik ingin sesuatu? Minuman atau camilan, misalnya?" tanyanya dengan tatapan lekat ke wajahku. Aku menggeleng. "Aku gak ingin apa-apa, Mas," sahutku. Tatapanku tertuju ke arah pintu. Aku yakin sekali tadi itu benar-benar Mas Adi. Karena tidak mungkin ia tahu namaku jika ia bukan Mas Adi Jaya. Jika ia benar-benar Mas Adi, lalu apa maksudnya berbohong jika ia sudah meninggal tapi kenyataannya belum? Sebaiknya, aku menanyakan ini pada mantan ibu mertuaku biar jelas. Walau aku sudah mengakui bahwa anak yan