bc

DARA (COMPLETED)

book_age16+
949
IKUTI
5.0K
BACA
confident
student
drama
bxg
campus
enimies to lovers
lonely
like
intro-logo
Uraian

Hanya kisah yang sering terjadi hingga terdengar membosankan, kisah menyebalkan dimana kau dan aku akhirnya bertemu dengan apa yang sering mereka sebut 'takdir' - Dara

chap-preview
Pratinjau gratis
Part 1
 Happy Reading... ...  Limousin mengkilap itu meninggalkan sebuah Mansion mewah yang kini tampak menyeramkan karna diselimuti kegelapan, meninggalkan seorang gadis kecil yang bersandar pada sebuah dinding dingin.      Tubuh mungilnya merosot terduduk diatas rumput basah karna embun dengan tangan bergetar membekap mulutnya, mencoba menahan agar isakannya tak terdengar. Dadanya terasa sesak seolah ada tangan tak kasat mata meremasnya dengan kuat tanpa perasaan.      Gadis itu memeluk tubuhnya erat menguatkan dirinya agar bergegas bangkit dari sana. Kakinya yang penuh luka bergetar hebat saat melangkah melepaskan diri dari kegelapan. Tubuh mungil itu seketika merosot ketanah, tidak mampu menopang tubuhnya sendiri. Hanya ada Isakan memilukan diantara desiran angin dan dedaunan yang mambawa aroma darah yang begitu pekat.. "Mommy." "Dara." "Dara." "Dara!" Kedua mata dengan bulu mata lentik itu tampak terbuka menunjukkan sepasang mata coklat keemasan yang begitu indah berkilauan saat tertimpa cahaya. "Dara.." Gadis itu menghela nafasnya sebelum menatap wajah tampan yang menunjukkan raut wajah yang syarat akan kekhawatiran.     Wajah tampan yang menjadi satu satunya alasan ia hidup didunia yang penuh kegilaan ini. Regadava Anderson. "Again?" Dara tak menyahut, ia hanya menerima uluran segelas air dan meminumnya hingga tandas. Iris keemasannya bergerak kearah jam diatas nakasnya. "Kau harus bergegas, Dava." Pintanya masih berusaha keras mengendalikan nafasnya yang memburu. "Baiklah, kau juga harus bergegas. Aku sudah membuat sarapan." Dara tersenyum tipis sesaat Dava menjatuhkan satu kecupan hangat dipipinya sebelum benar benar meninggalkannya dengan suara deruman mesin yang perlahan menjauh hingga benar benar tak terdengar. Ia menghela nafasnya, beringsut turun sebelum melangkah menuju jendela dan menyibakkan tirai berenda mawar hitamnya. Membiarkan cahaya matahari yang menyengat perlahan memasuki kamarnya yang tamaran. Mimpi buruk yang sama. ...            Dara melangkah pelan menyusuri koridor, bibir merah merekahnya tampak bergerak seiring dengan kunyahan permen karet dimulutnya. Ia menambah Volume di Ipodnya, membiarkan musik keras itu mengalun memenuhi kepalanya. "Dara!" "Dara!" Kaki yang dibalut Conversee Darkblue senada dengan kemejanya tampak masih melangkah, sama sekali tidak mempedulikan tatapan yang sejak tadi tertuju padanya.      Tidak ada yang menarik darinya kecuali satu kebenaran tentang hubungannya dengan gadis yang cukup berpengaruh dikampus ini. Tiga orang gadis yang kini memaksa Dara menghentikan langkahnya. "Dara!"     Kesal gadis Cantik berambut sepinggul yang selalu diagungkan oleh kaum pria dikampusnya ini. Kezia Danovan. "Ada apa?" "Dara! Kami sudah memanggilmu sejak tadi dan kau hanya mengatakan 'ada apa?'"     Gerutu Nana yang ditimpali dengusan kesal oleh Sunny, gadis yang selalu menguncir rambutnya dengan bibir yang selalu mengeluarkan nada tajam pada siapapun. "Cepatlah, aku ada kelas pagi ini." Desak Dara melirik arlogi yang melingkar dengan sempurna ditangannya. "Yasudah, pergi sana." Ketus Sunny dengan Nana yang hanya mengerucutkan bibirnya kesal mengingat Dara selalu saja menghilang. "Ingat, kami menunggumu saat jam makan siang." Dara hanya mengangguk sebelum kembali melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda. "Dara benar benar bekerja untuk beasiswanya." ...       Dara membuka kedua matanya yang baru saja terpejam saat mendengar suara langkah yang mendekat kearah pohon yang ia sandari, sebuah pohon ditaman yang nyaris tidak pernah dikunjungi siapapun dikampus ini. Ia menunduk dengan bibir yang masih bergerak pelan mengunyah perment karetnya, menatal para pria yang berada dibawah pohon.  "Apa? Kau dijodohkan?"      Tanpa diberitahupun Dara sudah tahu siapa satu satunya pria bertingkah konyol dengan rambut pirangnya dibawah sana. Alvin Greyson. "Ya." Dara lalu beralih pada Pria berambut hitam yang selalu dipuja puja dan menjadi objek fantasi liar oleh para wanita dikampusnya bahkan Kezia dan Nana tidak luput dari pesona pria itu. Veron Alexanders Cendrick. "Jangan dpikirkan, Bagaimana kalau kita kearena Drive?" Suara itu, Dara bahkan terlalu mengenalinya hingga ia tidak ingin repot repot untuk menatapnya. Kenan Danovan, Kakak dari Kezia Danovan sahabatnya. "Ide bagus, aku baru saja membeli mobil." "Apa? Lagi? Kau gila?" "Kau membuat telingaku sakit Alvin." "Sudah, ka-" Kenan menghentikan ucapannya saat sebuah ponsel terjatuh dan mendarat dengan sempurna diatas rumput. "Shit!" Umpatan itu membuat mereka mendongak dan mendapi sosok gadis yang sedang duduk dengan manis diatas sana. "Apa yang kau lakukan?" "Kau menguping?" Tuding Alvin menajamkan matanya, namun yang ditatap hanya menaikkan alisnya seraya mengacungkan eartphone ditangannya. "Aku tidak mendengar apapun." Bohong Dara, keningnya mengkerut saat menyadari Veron membungkuk mengambil ponselnya yang tergeletak diatas rumput. "Bisa kau kembalikan ponselku?" Veron mendongak menatap Dara yang juga menatapnya lurus lurus, mata yang indah.. ..dan sesuatu sedang menyelimuti keindahan itu. "Ini jaminan kalalu kau memang tidak mendengar apapun." Mata keemasan itu menajam saat melihat Veron memasukkan Ponsel kedalam saku celananya. "Hei!" Geram Dara kesal saat Veron berbalik meninggalkan taman dengan Kenan dan Alvin yang mengekorinya. "Terima saja." Ujar Alvin dengan senyum mengejek menyebalkannya membuat Dara mengumpat kesal. Brengsek. Dan sekarang ia harus kekantin sebelum ketiga sahabatnya menghancurkan kampus untuk mencarinya. **                    Dara menopangkan dagunya diatas meja dengan bibir yang seperti biasa bergerak seiring dengan kunyahan permen karet dimulutnya. Iris keemasannya menatap bosan kearah tiga sosok gadis yang sejak tadi berceloteh ria hingga membuat kupingnya sakit. "Sudah Selesai?" "Sudahlah, manusia batu ini memang menyebalkan." Sunny mendengus sinis seraya bersidekap. "Kei kau saja yang bicara dengan Dara." Pinta Nana mengerucutkan bibirnya kesal, Kezia tertawa pelan dan menatap Dara dengan serius. "Ada apa?" "Akan ada perkemahan dan kau Dara harus ikut." Ucap Kezia dengan nada yang tidak ingin dibantah sedikitpun, Dara berdecak seraya memutar bola matanya malas. "Aku tidak mau." Tolak Dara mentah mentah membuat Sunny melayangkan tatapan membunuhnya. "Kau harus ikut, Nona Anderson." "Tidak." "Kau harus ikut." "Tidak akan." "Dara!" "Aku-" "Ayolah Dara, kau tidak pernah ikut perkemahan dan sebentar lagi kau akan menyusun Skripsimu." Mohon Kezia membuat Dara menghela nafasnya, ia memang tidak pernah mengikuti acara seperti itu mengingat dulu ia masih bekerja paruh waktu. "Baiklah terserah kalian." Gumam Dara seraya memasang earphone nya, bolamatanya bergerak dipenjuru kantin hingga terpaku pada sosok yang memainkan ponsel ditangah kantin. Sial! Bagaimana dengan ponselnya? "Dara?" "Apa?" Dara menoleh dengan kening berkerut, kerutan dikeningnya makin dalam saat Sunny hanya menggelengkan kepalanya. "Dia benar benar tampan." "Ya, benar benar tampan sampai aku ingin mencekiknya."       Gumam Dara menimpali decakan penuh kekaguman Kezia, ia jelas tahu bahkan nyaris seisi kampus ini tahu jika seorang Kezia Danovan menyukai Veron sahabat Kakaknya Kenan. "Aku tidak tahu apa yang ada dikepala cantikmu Dara, sampai kau mau mencekik Veron yang tampan itu." Cibir Nana yang membuat Sunny mendengus sinis seperti biasa. "Apalagi selain permen karet dan Musik." Dara hanya tersenyum tipis, sebatas itu. Melihat seorang Dara tersenyum adalah hal langkah, ia juga tidak banyak bicara namun sekali ia berbicara ia bisa membuat lawan bicaranya kesal setengah mati. "Aku harus pergi." "Gadis itu benar benar.." Kezia menggerutu melihat punggung Dara yang perlahan menghilang diantara lautan manusia. "Aku tidak tahu kenapa aku masih bisa bertahan dengan orang sekejam Dara." "Oh, ayolah. Setidaknya dia tidak menunjukkan wajah penjilat."                                                                                                                                                  .....

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Mrs. Rivera

read
47.1K
bc

SHACKLES OF GERALD 21+

read
1.2M
bc

A Secret Proposal

read
377.5K
bc

Loving The Pain

read
2.9M
bc

LARA CINTAKU

read
1.5M
bc

DIA UNTUK KAMU

read
37.4K
bc

Pinky Dearest (COMPLETED) 21++

read
297.8K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook