Ketika Anda mengunjungi situs web kami, jika Anda memberikan persetujuan, kami akan menggunakan cookie untuk mengumpulkan data statistik gabungan guna meningkatkan layanan kami dan mengingat pilihan Anda untuk kunjungan berikutnya. Kebijakan Cookie & Kebijakan Privasi
Pembaca yang Terhormat, kami membutuhkan cookie supaya situs web kami tetap berjalan dengan lancar dan menawarkan konten yang dipersonalisasi untuk memenuhi kebutuhan Anda dengan lebih baik, sehingga kami dapat memastikan pengalaman membaca yang terbaik. Anda dapat mengubah izin Anda terhadap pengaturan cookie di bawah ini kapan saja.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Di perjalanan menuju pulang, Efrain justru mendapat panggilan telepon dari rumah sakit. Ada sebuah kasus darurat yang harus ditanganinya. “Mas turunin saya di sini enggak apa-apa, nanti saya naik taksi saja,” ucap Indira. “Mana bisa naik taksi di tol? Kamu ikut saya saja ke rumah sakit, jika terlalu lama nanti kamu bisa pulang duluan,” ucap Efrain. “Oke Mas, lagi pula saya enggak ada kesibukan.” Efrain pun melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju rumah sakit. Sebagai dokter, dia merasa sudah kewajibannya menolong pasien yang membutuhkannya. Mobil yang dikemudikan Efrain kemudian parkir di parkiran khusus dokter di rumah sakit itu, dia mengamit tangan Indira dan mengajak ke ruangan kerjanya, bukan ruang periksa. Di ruangan itu ada sofa panjang hingga Indira bisa beristira