Bab 5

1099 Kata
“Kemarikan tanganmu.” “Eh!” “Tidak mau terima uluran tanganku?” “Eh!” Kaylee langsung menerima uluran tangan tersebut. “Bagaimana kamu bisa berada disini?” “Tidakkah kamu lihat seragamku?” Pandangan Kaylee langsung beralih pada pakaian yang di kenakan laki-laki tersebut. “Eh! Sama.” “Betul sekali. Mulai sekarang kita akan sering bertemu, Kaylee Kath.” “Eh!' “Itu tertulis di situ.” Tunjuknya pada name tag Kaylee. Kaylee yang tersadar langsung menutup name tagnya. Laki-laki tersebut terkekeh melihatnya. “Sepertinya kamu suka sekali duduk di atas lantai.” Raut wajah heran langsung ditunjukkan oleh Kaylee saat mendengar perkataan laki-laki itu. “Di pertemuan pertama, kita bertemu juga dalam kondisimu seperti ini,” jelas laki-laki tersebut. “Apa kamu baik-baik saja?” Tersirat raut khawatir di wajahnya saat menanyakkan keadaan gadis itu. Kaylee mengangguk kepalanya sebagai jawaban dari pertannyaan laki-laki itu. “Apa kamu mau ikut denganku?” Kaylee ragu menerima ajakan dari laki-laki itu. “Ayo!” Tanpa menunggu jawaban dari gadis itu, laki-laki itu langsung meraih tangan Kaylee dan mengenggamnya erat. Dengan setengah berlari sambil mengendap-endap, laki-laki itu membawa Kaylee menuju rooftop sekolah ini. “Ah ... akhirnya!” teriak laki-laki itu sedangkan Kaylee hanya diam sambil menikmati hembusan angin di wajahnya. Selama ia sekolah disini, Kaylee tidak pernah menginjak kakinya di rooftop gedung ini. “Apa kamu pernah datang kesini?” Kaylee menggeleng kepalanya sebagai jawabannya. “Ah ... sayang sekali,” desah laki-laki itu sambil mendongakkan kepalanya ke atas menatap langit biru yang cerah. “Apa kamu anak baru itu?” Laki-laki itu menoleh menatapnya setelah itu mengangguk kepalanya. “Jadi, kamu yang membuat satu sekolah heboh.” “Kamu tahu?” Anggukkan kepala Kaylee sebagai jawaban. “Hah!” Dengan kasar, laki-laki itu membuang napasnya. “Hidupku selalu tak tenang dengan adanya para gadis-gadis itu,” lanjutnya. Kaylee pun tertawa dan hal itu membuat laki-laki tersebut tertegun sejenak. “Sering-seringlah tertawa seperti ini, terlihat menggemaskan.” Dicubitnya kedua pipi tembem milik Kaylee. Rona merah seketika menghiasi wajah Kaylee. Segera ia menundukkan kepalanya untuk menyembunyikannya. Laki-laki tersebut sontak tertawa, sepertinya hari-hari yang dilewati di sekolah baru ini akan berjalan cukup menyenangkan. Apalagi ada gadis chubby yang ada di sebelahnya. “Kita belum berkenalan,” ujar Kaylee sambil mengulurkan tangannya ke depan. “Bukankah aku sudah tahu namamu begitu juga kamu?” Kaylee menggelengkan kepalanya. “Itu tidak sah.” Laki-laki itu pun tersenyum dan menjabatan tangan Kaylee. “Austin Corxia.” “Kaylee Kath,” balas Kaylee tersenyum tak kalah lebar. “Apa sekarang kita berteman?” tanyanya dengan suara begitu pelan, nyaris tidak terdengar. Namun masih dapat di tangkap oleh pendengar Austin. “Tentu, you’re my first friend.” Mendengarnya, Kaylee begitu senang. Akhirnya ia memiliki seorang teman. Tapi, seketika wajah gadis itu berubah menjadi murung. Dan semua itu tak lepas dari pandangan Austin. “Kenapa?” Kaylee menggelengkan kepalanya. “Bisakah aku meminta tolong kepadamu?” Austin mengangguk kepalanya. “Tentu. Selama aku bisa membantu, aku akan menolongmu.” “Hmm ...” Gadis itu mulai memainkan jemarinya. Sudah menjadi kebiasaan Kaylee jika merasa gugup, dia akan memainkan jarinya. “Bisakah kamu ... kalau kita bertemu ... jangan menyapaku ....” Satu alis Austin naik ketika mendengarnya. “Anggap saja kita tidak saling kenal,” lanjut gadis itu. “Alasannya?” tanya Austin. “Turuti saja yang aku bilang, anggap saja kita tidak saling mengenal, jika bertemu aku,” desis Kaylee dengan nada sedikit meninggi membuat Austin tersentak seketika. Sadar akan apa yang baru saja ia lakukan, Kaylee langsung pergi meninggalkan Austin sendiri yang terpaku menatap kepergiannya. **** Kaylee yang baru saja pulang langsung mendapat tamparan keras di pipinya. “Dasar anak tidak tahu diri! Alisa memberitahuku kamu bolos sekolah, mau jadi apa kamu?!” murka Bella. Alisa yang tak jauh dari sana dengan tubuh menyandar di dinding, tersenyum melihat Kaylee di marahi oleh Mommy nya. “Kalau sudah merasa hebat dan pintar, mulai besok tak perlu lagi kamu pergi ke sekolah! Buang-buang uang saja! Aku akan melaporkan hal ini pada Daddy mu, biar dia tahu bagaimana kelakuan putri kesayangannya ini selama di sekolah!” tandas Bella sembari mencari nama suaminya di dalam ponselnya. “Tidak Bu, jangan! Maafkan aku Bu, aku mohon jangan laporkan Kaylee ke Daddy ...” mohon Kaylee dengan tangisannya sambil memeluk kaki Bella. “Baiklah, aku tidak akan melapor hal ini pada Daddy mu. Tapi sebagai gantinya, kamu akan ku beri hukaman.” Kaylee mengangguk kepalanya tanda ia menerima apapun hukuman yang diberikan oleh Ibu tirinya asal dirinya tidak dilapor oleh Libert. “Malam ini tidak ada jatah makan dan besok, sehabis pulang sekolah ... aku ingin kamu langsung pulang ke rumah karena kamu yang akan melayani para tamuku saat arisan nanti.” “Tapi Bu—” “Oh iya, aku ingin kamu yang menyiapkan semua menu masakan yang terdaftar disini dan ini uangnya,” potong Bella sambil menyerahkan uang lembaran merah pada Kaylee. “Tapi Bu, besok aku tidak bisa. Aku harus menemui bimbingan guru—“ “Ikutin perintahku atau kamu mau aku lapor kepada Daddy mu,” desis Bella dengan tatapan tajamnya. “Baik Bu! Besok sehabis sekolah, aku akan langsung pulang sesuai perintah Ibu.” “Hmm.” Hanya suara deheman yang Bella kasih. Pintu kamar terbuka, dengan wajah lelah dan juga lapar Kaylee melangkah menuju ranjangnya. Gadis itu langsung menjatuhkan tubuhnya setelah itu menghembuskan nafasnya dengan berat. Krukk krukk Memegang perutnya kemudian mengelusnya, ia menatap langit-langit di kamarnya. “Aku harus bagaimana? Besok adalah hari terakhir pendaftaran kompetisi dan Ibu menyuruhku untuk pulang membantunya.” Kaylee mengubah posisi tidurnya menjadi menyamping. “Aku harus bagaimana Mom?” lirihnya sebelum ia jatuh tertidur. **** Seperti biasa, menunggu bus untuk berangkat ke sekolah. Dari belakang seseorang menepuk pundak Kaylee dan ternyata orang itu adalah Austin. “Hei, pagi.” Sapaan tersebut, hanya di tanggap Kaylee dengan sebuah senyuman. “Sudah sarapan?” Kaylee tidak menjawab, gadis itu mengabaikannya. “Apa kamu berubah menjadi bisu?” tanya Austin kembali. Gadis itu masih saja diam dan memperhatikan sekitarnya, beberapa siswa-siswi yang memakai seragam sama dengannya tengah menatapnya dan membicarakannya. Kaylee pun menundukkan kepalanya membuat Austin merasa heran. Baru saja Austin ingin kembali berkata, bus sudah datang. Kaylee langsung naik tanpa mengajak Austin. Gadis itu mengambil tempat dekat jendela agar selama perjalanan dirinya tidak bosan. Austin mengambil duduk di samping Kaylee. Terkejut, sudah pasti itu. Begitu banyak tempat duduk kenapa harus duduk di sebelahnya, itu yang ada dipikiran Kaylee. Mengabaikan sosok laki-laki di sampingnya, Kaylee lebih memilih menatap ke luar jendela. Selama perjalanan, keduanya memilih diam.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN