“Kalian sudah denger belum?” seru gadis berbendo merah yang duduk dibelakang Kaylee dan kini sudah dikerumuni oleh gadis-gadis lainnya.
“Apa? Ada berita apa?” tanya gadis berpita besar disebelahnya yang tak sabar dengan gosip terbaru.
“Ada siswa baru di kelas sebelah dan kalian tahu ....”
“Apa? Apa? Bicaranya jangan setengah-setengah dong!” kesel gadis berpita besar itu.
“Siswa baru tersebut sangatlah tampan!” pekik gadis berbendo merah dan itu membuat para gadis lainnya menjerit histeris. Beda dengan Kaylee yang mendengarnya, hanya diam dan fokus pada kegiatan membacanya.
“Beneran sangat tampan?” tanya gadis berpita besar itu.
Gadi berbendo merah itupun mengangguk kepalanya. “Lebih tampan mana? Dia atau Evan?”
“Tentu saja anak baru itu,” seru gadis berbendo merah dan membuat para gadis kembali berhisteris ria.
Bel istirahat berbunyi, ini lah yang di tunggu-tunggu para siswi-siswi sedari tadi. Mereka tidak sabar untuk melihat siswa baru yang menghebohkan satu sekolah akan ketampanannya. Jika para gadis sibuk ke kelas sebelah lain hal dengan Kaylee yang pergi membawa buku-bukunya menuju ke perpustakaan.
Setelah mengembalikan buku yang dipinjamnya, Kaylee berjalan menuju rak paling sudut dan betapa terkejutnya ia melihat sepasang kekasih sedang b******u panas.
“Ah ... Van,” desah gadis itu saat buah dadanya diremas.
Wajah Kaylee seketika memanas melihatnya, ia membalikkan badannya untuk tidak melihat lebih lanjut adegan tersebut. Namun keberadaannya sebenarnya sudah diketahui oleh sang laki-laki. Laki-laki tersebut menghentikan kegiatannya dan membuat gadisnya kesal.
“Ada apa? Kenapa kamu berhenti Van?”
Kaylee yang mendengar suara gadis itu, terkejut bukan main. Tentu saja ia mengenal suara gadis itu.
“Kita ketahuan.”
“Benarkah? Siapa—” Gadis itu melihat seketiar dan tidak menemukan sosok yang memergoki mereka.
“Keluarlah!”
Kaylee masih syok, tidak berani keluar dari persembunyian. “Keluar sendiri atau aku seret?” ancam laki-laki itu membuat Kaylee terpaksa menampakkan dirinya.
“Kau!” pekik Alisa dengan marahnya. Yah, gadis itu adalah Alisa, adik tirinya.
“Ma—maafkan a—aku ....”
Laki-laki yang bersama Alisa, menyeringai melihat Kaylee mendapat bentakan dari kekasihnya, Alisa.
“Beraninya kamu—“
“Sudahlah Alisa, dia tidak salah. Seharusnya kita tidak melakukannya disini dan aku lupa kalau, aku memiliki janji dengannya,” bela laki-laki tersebut yang bernama Evan.
“Janji? Dengannya? Di sini?” tanya Alisa dengan wajah tak percayanya.
Kaylee menganggukkan kepalanya. “Untuk apa kamu memintanya bertemu di perpustakan, berdua lagi?” tanya Alisa penuh selidiki pada kekasihnya.
“Untuk apa?” tanya balik Evan sambil menatap ke arah Kaylee untuk memberikan jawaban pada kekasihnya.
“I—ini.” Menyerahkan sebuah buku pada Evan.
“See?” Setelah mengetahui kebenarannya, amarah Alisa langsung redup. Gadis itu tersenyum sinis pada Kaylee dan mengucapkan kata maaf pada kekasihnya dengan mengecup bibir Evan.
”I'm sorry.”
“No problem baby,” balas Evan mengelus lembut kepala Alisa.
“Bodohnya aku, cemburu pada si gendut. Mana mungkin kamu mau sama dia yang begitu jelek ini. Gadis seperti dia, bukan seleramu.” Alisa mengatakannya dengan ekpresi jijik dan pandangan rendah pada Kaylee.
Evan tidak membalas maupun mengiyakan perkataan Alisa. Laki-laki itu memeluk pinggang sang kekasih dan mengajaknya untuk pergi dari sana. Saat mereka melewati Kaylee, tanpa Alisa ketahui tangan Evan yang terbebas menyentuh jemari Kaylee.
Dikatakan seperti itu, hati siapa yang tidak sakit. Namun saat merasakan sentuhan di jemarinya, Kaylee tersentak kaget dan rasa sakit itu hilang seketika. Ia mendongakkan kepalanya dan melihat ke arah Evan yang tersenyum kepadanya.
Kaylee membaca gerakan bibir Evan. “Tunggu pesan dariku.” Setelah mereka hilang dari pandangannya, segera ia memegang bagian dadanya. Lagi-lagi hatinya berdebar.
Di tengah jalan menuju kelasnya, Alisa dan sahabatnya menghadang Kaylee. Melihat queen bully beraksi, para siswa-siswi langsung mengerumuni mereka, tak ingin melewatkan sedikitpun adegan yang akan terjadi.
“Ku beritahu kalian! Ada gadis yang tak tahu diri dan tak tahu malu mendekati cowokku.” Mendengar perkataan Alisa, bisikan-bisikan mulai terdengar dari mulut para siswa-siswi.
“Sudah gendut, jelek, gak sadar apa? Siapa yang mau sama gadis seperti itu?. Apalagi Evan? Bisa hancur reputasinya sebagai most wanted boy jika memiliki tipe gadis kayak kamu. Benar gak guys?”
“Benar,” jawab mereka semua serentak.
“Jadi harap sadar diri ya, gendut! Beli tuh kaca yang besar … pajang dirumah.” Mendengarnya para siswa-siswi yang ada di sana tertawa.
“Ops ... lupa.” Alisa menutup mulutnya dengan kedua tangannya. “Si gendut mana ada duit beli kaca. Buat makan saja, susah? Haruskah kita galang dana untuknya, biar dia segera sadar betapa menjijikan dirinya.”
Di jambaknya rambut Kaylee dengan kuat. “Menjauh dari kekasihku, b***h!”
Kaylee tersentak saat Alisa menyatakan bahwa Evan adalah kekasihnya. “Apa? Terkejut? Semuanya sudah pada tahu kalau aku dan Evan adalah sepasang kekasih. Tepatnya, semalam dia menembakku saat kita nonton bersama. Dia memesan satu studio hanya untuk menyatakan perasaannya kepadaku. Bukankah itu sangat romantis?”
Deg
Sakit dan hancur, itulah perasaan Kaylee sekarang. Mengetahui bahwa laki-laki yang ia sukai ternyata adalah kekasih dari adik tirinya. Jadi selama ini, ia salah mengartikan perasaan Evan kepadanya. Betapa bodohnya diriku, ditipu oleh semua perlakuan manisnya selama ini yang aku kira bahwa Evan menyukaiku. Betul yang dikatakan Alisa, harusnya aku sadar diri. Diriku yang jelek dan gendut ini mana mungkin merupakan kriteria dari cassanova.
Air matanya pun mengalir keluar, bukan karena sakit dari jambakan dari rambutnya melainkan rasa sakit pada hatinya. “Jika aku kedapatan kamu mendekati Evan maka hidupmu akan ku buat semakin sengsara,” bisik Alisa pada telinga Kaylee dan dengan kasar ia melepas cengkramannya pada rambut Kaylee dengan sedikit doroangan. Kaylee yang tidak siap, dirinya pun terjatuh ke lantai.
Bel berbunyi pertanda kelas akan dimulai. Para siswa-siswi mulai kembali ke kelas masing-masing, meninggalkan Kaylee, Alisa dan sahabatnya.
“Cabut Girls!”
Sekarang tersisa Kaylee sendiri di sana. Gadis itu tidak peduli dengan kelas yang sudah dimulai. Dirinya butuh waktu untuk sendiri setelah ini semua. Tiba-tiba sebuah tangan terjulur.
“Terima ulur tanganku.”
“Suara ini,” batin Kaylee.
Gadis itu langsung mendogakkan kepalanya untuk melihat siapa pemilik tangan dan suara tersebut. Matanya membulat besar, saat pandangan mereka bertemu.
“Kamu?”