“Jangan bunuh dia! Ingat dia sepupuku kita!” Tangan Axton terhenti di udara, kepalan itu bergetar hebat karena menahan amarah yang membara. Urat-urat di pelipisnya menonjol, napasnya kasar. Suara Austin kembali terdengar dalam benaknya. “Kalau kau bunuh dia, kau akan berhadapan dengan keluarga Weiner. Mereka pasti tidak akan melepasmu.” Mata Axton menyipit. “Aku tidak takut dengan mereka.” Austin terdiam sejenak, lalu suaranya bergetar. “Apa kamu tidak memikirkan keselamatan Kaylee dan bayinya?” Eric masih terjepit di dinding, kerah bajunya diremas erat oleh Axton. Tatapan membunuh itu masih menusuk, namun perlahan berubah, dipenuhi pergulatan batin. “Jangan bunuh dia…” suara Austin kembali terdengar jelas di dalam kepalanya. “Kalau kau lakukan, Kaylee yang akan menanggung akibat